Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Tuesday, 1 March 2016

Review Film September Dawn: Kisah Gereja Mormon dan Keberagaman Kita

 


Film ini beredar tahun 2007, diangkat dari kisah nyata berawal dari tewasnya Josep Smith atau seorang yang dianggap Rasul oleh Gereja Mormon atau Latter Day Saints, di Indonesia dikenal dengan Gereja Orang Orang Suci Zaman Akhir. Kemudian memunculkan pembalasan orang orang Mormon. Berangkat dari peristiwa di-bulan September tahun 1857 yang menceritakan pembantaian di Mountain Meadows dengan mengambil nyawa 120 pria, wanita, dan anak-anak. Korban itu adalah mereka yang bepergian dari Arkansas menuju California. Tentu saja film ini meninggalkan kontroversi. Bagi penganut Mormon film September Dawn adalah distorsi sejarah. Namun terlepas dari itu, sutradara Christopher Kain  menggunakan penayangan yang artistik dalam pembuatan film ini untuk memberi kesan bahwa film ini tidak diabaikan dari fakta yang sebenarnya.

Saya mencoba keluar dari kontroversi dengan menarik lebih jauh tentang kekerasan atas nama agama. Sejak awal berdirinya, Mormon dianggap menyimpang dari ajaran Yesus. Namun seiring berjalannya waktu ajaran Mormon berkembang pesat diseluruh dunia. Bahkan politisi Partai Republik Mitt Romney eks Gubernur Massachusetts yang juga calon presiden Amerika ditahun 2012 adalah penganut Mormon yang taat. Ryan Gosling yang terkenal dengan Film The Notebook adalah seorang aktor yang tumbuh besar dalam ajaran Mormon. Saya membayangkan jika film ini adalah film yang menyerang agama mayoritas di Indonesia pasti akan menimbulkan keributan atau bahkan huru hara yang luarbiasa. Kita tidak bisa membayangkan jika salah satu Gubernur di Indonesia dari Ahmadiyah, Syiah, Mormon atau Saksi Jehovah, apa bisa eksis di negara ini? Tentu saja, kita tidak bisa menyamakan Amerika dan Indonesia. Namun sebagai salah satu negara demokrasi terbesar didunia pada saatnya Indonesia akan kompromi dengan hal hal tersebut. Whatever.

Hari ini, kekerasan atas nama agama marak diberbagai tempat di Indonesia. Perang ideologi yang menampilkan sisa doktrin Orde Baru dengan aksi aksi ormas yang melarang peredaran buku, film, acara dan sebagainya. Argumentasi dilawan dengan ancaman. Debat kritis diberangus tanpa memberikan penjelasan rasional. Ironisnya peran negara seakan akan tidak ada. Begitu banyak orang phobia dengan komunisme, liberal atau paham paham dari luar. Barangkali kita sudah lupa, bahwa bahkan agama pun kita impor. Saya meyakini, komunisme sudah jadi bangkai dan pun jika harus bangun lagi hanya sekedar teori diatas meja, hanya sekedar perdebatan intelektual. (sorry to say) Tidak mesti harus setuju dengan Fukuyama namun mau akui atau tidak tapi demokrasi liberal sudah menang sejak politik perestroika Gorbachev lahir. Komunisme sudah tidak perlu ditakuti, apa yang dibawa Marxisme saat ini hanya sebagai acuan ilmu sosial. Tidak lebih.

Kembali ke film tadi, kita harus mengakui, bahwa negara ini terlambat beberapa abad dari negara negara demokrasi lainnya dalam membangun komitmen keberagaman. September Dawn memang hanya soal interpretasi. Namun jika menyimak film itu jelas itu adalah kampanye yang akan membuat penonton membenci Gereja Mormon-Latter Day Saints. Lihat bagaimana dramatisnya peristiwa itu. Wanita dan anak anak dibawa menuju ladang pembantaian lalu ditembak seperti hewan. Sangat vulgar. Anehnya, tidak ada perlawanan-nya yang berarti dari Latter Day Saints untuk membendung opini yang dibangun dalam film ini. Padahal Rasul kedua mereka, Brigham Young dianggap terlibat dalam peristiwa tersebut. Okeylah.. Mereka menolak membenarkan namun tidak ada hura hara. Tidak ada teror. Tidak ada gesekan yang berarti.
Well, bagaimanapun juga memang tidak bisa membawa hal-hal seperti itu ke indonesia. Kondisi geopol dan sejarah masyarakat kita berbeda dengan negara lain. Namun sekali lagi, kita harus melihat fakta bahwa saat ini Indonesia sedang coba dibawa menghadap ke Timur tengah, Arab, Suriah. Beberapa lainnya mencoba membawa kita ke Barat. Ada juga yang mencondongkan kita ke Rusia, China. Whatever... Keberagaman memperkaya kita. Dan karena keberagaman itulah Indonesia masih tetap eksis hingga hari ini.

Mengutip kata terakhir di-film September Dawn’

"The story of hate will eventually die but the story of love will last forever"


Wednesday, 24 February 2016

Martina Gedeck, My fave one



Martina Gedeck was born 14 September 1961 in Munich, West Germany. she's one of the best German actrees. I m being her fan when the first time i watched her film by title Baader Meinhof Complex. Which story about underground movement againts capitalism in german at 1970s. By that time i figured out her movies and i’ ve seen some of them. Like The wall, The Live of others, Atomised, Sommer 42, Mostly Martha etc. Gedeck has a good carieer. She’s very talented. In the movie title Atomised she’s playing hard on her character. Acting as a women with sexual adventures. in that film, She was playing with Moritz Bleibtreu who’s the same actor involved in Baader Meinhof Complex. In 2013, Gedeck was a member of the jury at the 70th Venice International Film Festival.
well, Madam.., you rockin me anyway.

Luiz Suarez, Tupamaros Uruguay dalam Guerra Dela Triple Alianza


Giginya memang tidak setajam pisau Guillotine yang memancung raja Louis XVI di Paris. Tapi giginya sukses menjadi isu yang berhembus kencang bagi para postmo kulit bundar, bisa saja aksi gigitannya adalah bentuk sabotase, emosi yang meledak ledak atau sekedar iseng, atau gemas mungkin? Tentu saja, apapun itu tetap tidak bisa dibenarkan dalam peraturan  FIFA, namun kali ini saya mencoba untuk keluar dari terminologi benar dan salah.




Well, Dia adalah pemuda Amerika Selatan biasa yang menjadi bintang dalam pengembaraannya. Menancapkan ketajaman kakinya (bukan saja giginya) di Belanda, Inggris hingga Spanyol dan pada saat tulisan ini dibuat, pemuda ini sedang berada di London Inggris bersama tim nya dari Catalonia bersiap menghadapi Arsenal dalam putaran Liga Champions Eropa.  Sebelum ke Spanyol, di Inggris dia adalah momok menakutkan bagi para bek-bek The Big Four. Selain mendapatkan tepuk tangan tentu saja ada cacian. Berapa makian yang dia dapatkan dari pendukung Manchester United (khususnya Helmi -teman saya pendukung MU berat-) ketika dia dituduh melakukan perbuatan rasis kepada Patrik Evra? Atau coba tanyakan pendukung Chelsea saat gigitannya berbekas ditubuh Branislav Ivanovic? Dan yang terakhir coba tanyakan pendukung Italia makian apa yang mereka berikan padanya ketika Chiellini harus meregang akibat gigitannya? El Pistolero manusia normal tapi bagi para pendukung lawannya dia seperti vampire. Barangkali dia memang vampire? Yang merobek robek jala gawang lawan-lawannya tanpa ampun, saya setuju dipoint terakhir.

Sebagai pemuda kelahiran Uruguay, dia tumbuh besar oleh cerita cerita disekelilingnya. Anyway... dia lahir ditahun 1987, atau tiga tahun sejak rezim militer Uruguay lengser setelah pemilu ditahun 1984. Pemuda ini juga ikut berpartisipasi pada pemilu tahun 2009, dimana Jose Mujica mantan gerilyawan beraliran kiri memenangkan pemilihan umum itu dengan mengalahkan kandidat konservatif dari Partai Nasional, Luis Alberto Lacalle. Jose Mujica yang menggemparkan dunia dengan dikenal sebagai Presiden termiskin didunia adalah mantan anggota Tupamaros yang didirikan sejak tahun 1960an sebagai respon dari kemerosotan ekonomi Uruguay kala itu. Tupamaros atau dikenal juga dengan nama lain Movimiento de Liberacion Nacional (MLN: Gerakan Pembebasan Nasional) pada awalnya adalah gerakan yang meminimalisir kekerasan bahkan langkah perjuangan mereka mirip seperti ‘Robin Hood’ dimulai pada permulaan dekade 1960-an di mana pada masa itu, mereka aktif menyerang dan merampok fasilitas-fasilitas bisnis seperti bank, kereta ransum atau gedung milik perusahaan swasta. Hasil rampokan tersebut kemudian dibagi-bagikan kepada penduduk miskin di Montevideo, ibukota Uruguay. Sabotase mereka juga melebar dengan menculik lalu mempermalukan para penyelenggara negara.

Tahun 1967, Uruguay dibawah kendali Presiden Pacheco Areco yang menerapkan kebijakan tangan besi untuk meredam gerakan-gerakan protes, sehingga aparat keamanan Uruguay semakin leluasa dalam melakukan aksi kekerasan dengan dalih menjaga keamanan. Menyusul sikap pemerintah Uruguay dalam meredam aksi-aksi protes yang dianggap semakin brutal, Tupamaros pun semakin meningkatkan intensitas serangannya, utamanya aksi penculikan dan sabotase. Salah satu aksi mereka yang terkenal adalah aksi "pengadilan rakyat" di mana para anggota Tupamaros menculik tokoh politik atau pebisnis untuk diinterogasi sambil direkam, lalu hasil interogasinya (soal pengakuan korupsi) disebarkan ke pusat-pusat keramaian yang memiliki pengeras suara, misalnya di dalam stadion. Bentuk sabotase gerakan ini rasanya hanya ada didalam film namun nyatanya beberapa dekade setelahnya salah satu gerilyawan Tupamaros berhasil menjadi Presiden Uruguay.

Apakah El Pistolero terinspirasi oleh Tupamaros? 

Dengan aksi aksi gigitannya yang seakan menyabotase pertandingan pertandingan besar. Liga Premier? Piala Dunia? Saya tidak tahu dan tidak peduli. Sepengetahuanku, dia kelahiran Uruguay negara kecil di Laut Atlantik yang diapit Brazil dan Argentina dimana pada tahun 1864, negara itu menjadi pemantik perang paling kejam di Amerika Selatan yaitu perang Paraguay atau dikenal juga dengan ‘Perang Guerra Dela Triple Alianza” yang melibatkan Uruguay, Argentina dan Brazil disatu pihak dan Paraguay dipihak lain. Perang tersebut adalah perang paling berdarah dalam sejarah Amerika Selatan dan salah satu perang paling mematikan di abad ke-19. Jumlah korban tewas paling besar dipihak Paraguay yang kehilangan 300.000 nyawa rakyatnya alias lebih dari 60% populasi total negaranya. Di pihak lawan, jumlah korban tewas jika ditotal mencapai 100.000 jiwa di mana mayoritasnya adalah orang Brazil.
Lupakan soal perang berdarah, sekarang bayangkan Messi, Neymar, Suarez? Mereka adalah manifesto “Guerra Dela Triple Alianza” di masa sekarang. Messi dari Argentina, Neymar dari Brazil dan Suarez dari Uruguay. Perang mereka kali ini bukan untuk menghilangkan nyawa manusia tapi untuk menciptakan gol gol. Jika dahulu lawan mereka adalah Paraguay maka saat ini lawan mereka adalah semua klub sepakbola didunia yang memiliki gawang. Trio MSN ini menjadi trio paling menakutkan dalam sejarah sepakbola modern. Messi sudah tidak bisa diragukan lagi, pun juga Neymar namun Suarez adalah pelengkapnya. Suarez adalah mata rantai yang hilang dan belum ditemukan bahkan Amerigo Vespucci atau Colombus. Suarez baru ditemukan oleh direktur teknik Barcelona saat itu Andoni Zubizareta atas permintaan pelatih Luis Enrique
Well, Suarez memang tidak sepopuler Maradona di Amerika Selatan bahkan dunia. Dia juga tidak punya ambisi mempersatukan Amerika Selatan dalam satu negara seperti Simon Bolevar sang Liberator dari Venezuela. Tapi Luis Suarez adalah momok menakutkan bagi Rio Ferdinand, Smalling, Ramos, Pepe, John Terry dan seluruh bek bek sepakbola dunia. Pemain nomor 9 Barcelona ini menjadi salah satu dari GUERRA DELA TRIPLE ALIANZA. Trio penyerang paling mematikan di abad 20!

Luisito, Suarez! El Pistolero! 


Saya selalu percaya bahwa  kakimu lebih tajam dari gigimu...


'ditulis 30 menit menjelang kick off Arsenal VS Barcelona'


Saturday, 26 December 2015

In The Heart of The Sea

Gagal di film Blackhat tapi Chris Hemsworth berhasil menebusnya difilm ini. Salah satu film keren yang pernah gue nonton di tahun 2015. Barangkali, karena dibesarkan dipesisir pantai dengan laut maha luas persis belakang rumah membuat gue jadi bernostalgia. hehehe..

 "When i saw the sea it feels like home"