Tak usah bicara bentuk, tapi bicara saja tentang kesan! Karena bentuk dapat dimanipulasi sedangkan kesan bebas untuk di refleksikan. bentuk itu statis sedangkan kesan dinamis. Bentuk itu kaku dan mengikat sementara kesan bersifat bebas! Lalu, Sampai dimana musik itu memberimu kesan…
Back In Black - AC/DC (1980)
Tak usah pertanyakan mengapa album ini kumasukan sebagai Top list, tentu saja jika hanya menulis tentang musik tanpa pernah terlibat dalam band maka saya pasti gagal menemukan alasan untuk menjustifikasi pendapat-pendapatku. AC/DC itu band hebat dan semua katalog AC/DC itu mengagumkan, tak usah menyangkali karena saya tak akan perduli atau mungkin malah menertawakanmu. Satu hal yang paling pasti hingga saat ini band saya masih setia mengkafir (cover –red) AC/DC pun beberapa lagu dialbum ini merupakan lagu wajib dimainkan dalam setiap panggung kami. Alasannya sederhana: karena kau tak akan sedahsyat kami memainkan AC/DC. Hahaha.. :p
Pada album ini saya mulai yakin bahwa Angus Young adalah manusia briliant seperti Einstein atau barangkali Heraclitus sang penemu istilah panta rei pra Socrates, bukan karena determinasi sound atau riff-riff gitarnya yang memang menjadi karakter AC/DC. Lebih dari itu, gitaris asal Australia ini mampu menciptakan lagu yang padan untuk vocalis barunya dan Brian Johnson adalah orang yang tepat mewarisi microphone peninggalan Bon Scott. Saya tak yakin Shoot To Thrill akan sedahsyat itu tanpa Brian Johnson. Hmm… tanpa harus terjebak pada perdebatan siapa yang paling bagus antara Bon atau Brian, mereka berdua vokalis hebat! Bila saya mesti memilih maka What Do You Do For Money atau Have Drink On Me merupakan lagu yang menurut telinga saya akan sangat indah untuk alm Bon Scott namun kinerja Brian juga tak asal-asal-an, dia mampu mengejewantahkan keinginan Angus Cs, dia seperti mengatakan pada penggemar AC/DC Hey You.. Forget him! Bon Scott is dead! Hells Bells, Back In Black bukti bahwa Brian dan Bon itu berbeda. Saya mendengarkan AC/DC hampir setiap hari pun album ini. Mengapa bukan Highway To Hell? Semua orang sudah tahu Highway To Hell itu album keren (bagi saya semua tentang AC/DC itu keren). Back in Black ini adalah album transisi bagi AC/DC yang selama ini identik dengan Bon dan album ini menjawab bahwa kepergian seseorang bukan harus ditangisi apalagi harus mati karenanya, buktinya Om Angus malah semakin berjaya sepeninggal kompatriotnya! Berkaca dari itu, saat seseorang yang berarti pergi dari hidupku, album ini membuatku tegar. Tak aneh jika kau masuk kamarku maka album ini adalah album yang selalu menjadi background dalam setiap obrolan, album ini juga telah menyelamatkanku dari nyamuk-nyamuk ganas di sekitar Tebet. Serangga-serangga penghisap darah itu kemudian kabur, entahlah… sepertinya mereka bosan mendengarnya tiap hari dari komputer bututku! but who’s care??
POWER ONE – POWER METAL (1991)
Ada beberapa band yang saya sukai sekaligus saya benci, dan Power Metal adalah salah satunya. Band ini memberiku dua hal berlawanan secara bersamaan. Musik mereka keren dan siapapun yang pernah memainkan musik rock di negara berbendera merah putih tak akan memprotes bahwa Power Metal adalah salah satu mastermind hingga heavy metal berkumandang di negara korup ini, teknik vocal Arul Efansyah benar-benar luarbiasa dan hingga saat ini saya masih kesulitan menemukan vokalis sekaliber laki-laki kelahiran Banjarmasin itu. Album Power One adalah salah satu album paling bersejarah bagi saya. Bermula saat masih ABG dimana festival - festival musik rock masih sangat menggairahkan untuk diikuti. Pertengahan 90-an, kota kelahiranku marak dengan kompetisi tersebut, lagu Angkara dan Satu Jiwa selalu menjadi lagu wajib bagi para kompetitor selain nomor-nomor lain Power Metal semacam Timur Tragedi (Power Demons- 1993). Beberapa teman seumuranku kadangkala membawakan lagu rock bergema dari Roxx atau beberapa nomor dari Godbless sebagai alternatif. Masih SMP kelas dua ketika band saya sibuk latihan untuk mengikuti festival musik rock pertama kali. Disana syarat utama untuk menjadi vokalis band rock adalah memiliki suara tinggi melengking plus vibra dan lagu bayangan dirimu yang juga salah satu track dialbum Power One menjadi barometernya. Saya gigih belajar teknik Falsetto agar bisa menyempurnakan lagu Satu Jiwa. Sering di maki-maki tetangga karena berteriak ditengah malam, atau di usir guru agama karena memutar lagu Angkara pas jam belajar (waktu itu masih menggunakan walkman), semakin saya berusaha menyamai teknik Arul, saya semakin tak berdaya dan diujungnya selalu gagal. Akhirnya dengan sangat tidak lapang dada saya terpaksa menerima kenyataan dipecat dari band saya sendiri dan sejak itu saya benci Power Metal. Hahaha…
Meskipun demikian, saya tak bisa memungkiri bahwa setengah dari masa SMP ku kuhabiskan dengan mendengarkan album Power One. Ada nuansa Halloween disana, ada Judaspriest, ada Loudness, ada Iron Maiden. Dulu saya tidak pernah menyangka ada band indonesia bisa menciptakan musik dengan high teknik seperti mereka. Ipunk –gitaris power metal- harusnya bisa menjadi salah satu ikon gitar hero di indonesia. Entah mengapa, namanya tidak se terkenal gitaris band lain seangkatannya. Beberapa waktu lalu, saya sempat menjumpai Power Metal di Surabaya dalam kapasitas sebagai jurnalis bahkan ikut menginap dimarkas mereka di daerah Ngagel. Seluruh personil Power Metal itu adalah pribadi yang hangat dan bersahabat. Sayangnya saya tidak sempat bercerita kepada mereka tentang kenangan album Power One. Saya berharap suatu waktu memiliki kesempatan untuk mengatakan pada Arul, “bung, gw dulu pernah berantem gara-gara lagu Angkara” hahaha.. :p
POWERSLAVE - IRON MAIDEN (1984)
Hanya orang bodoh yang mengatakan Iron Maiden itu jelek! Dari Trilogy legendaris Iron Maiden maka album powerslave adalah album yang paling berkesan menurutku dan tentu saja saya tidak perduli: menurutmu! Pada album ini saya sedang menyaksikan sebuah band besar dalam kreatifitas mengagumkan. Saya tidak ingat persis dimana saya pertamakali mendengar album ini, mungkin sekitar 15 sampai 20 tahun lalu, who’s care??. Yang saya tahu: album ini mencuri elemen rock yang tersembunyi dibarisan terdalam jiwaku. Tidak bisa dikatakan puitis karena lagu Aces High adalah ode yang mengambarkan kecepatan pertempuran udara Perang Dunia II. Saya bisa mengingat dalam sebuah festival rock yang sempat kuikuti, salah satu kompetitor membawakan lagu 2 Minutes to Midnight. Dengan cara yang paling progresif dan ambisius band itu membuatku terkesima dan saat pulang dari acara tersebut, saya lalu membongkar koleksi kaset ku demi memastikan tak ada iblis yang mencurinya dari almariku.
Saat mendengarkan album Powerslave saya merasa seakan berhasil menjinakkan setan. Penggunaan melodi Timur Tengah pada lagu Rime of the Ancient Mariner, bagiku seperti menggali mitologi lama yang menggugat kekuasaan, kematian dan frustasi. Ini mengarah ke hal yang paling megah. Epik terbesar dalam katalog Iron Maiden. Rasanya saya ingin meminum semua isi otak Harris agar bisa menciptakan karya sebaik album ini. Flash Blade dan The Duellists menjadi lagu yang menggambarkan pertempuran, kemuliaan berpikir ditambah obsesi lirik tegas, bahkan jika diperhatikan ada penggalan sejarah militer modern dalam album ini. Walaupun Dickinson melakukan tugasnya dengan baik namun pengaruh punk lama masih sedikit membekas di album ini dan saya suka itu!
Alasan lain kumasukan album ini dalam list, berkaca pada kisah biru ku yang sangat tidak romantis, beberapa bulan lalu saat majalah Urgensi berada pada titik terendahnya dan kemudian diputuskan untuk berhenti. Saya sangat terpukul! Beberapa hari, saya hanya mengurung diri dalam kamar sambil mengutuk diri sendiri. Perjuangan yang kami bangun itu gagal. Hingga pada suatu sore, dering handphone berbunyi dan suara diseberang menawarkan project baru ditempat yang jauh dari Jakarta. Sebuah desa di ujung bekasi. Tanpa berpikir langsung ku-iyakan! Bukan kebetulan saat mengatakan ‘Iya’, lagu Back In The Village sedang mengalun dalam kamarku.
I'm back in the village again.
Throwing dice now, rolling loaded,
I see sixes all the way. In a black hole, and I'm spinning. As my wings get shot away.
Questions are a burden And answers a prison for oneself
SUIT-SUIT Hehehe.. (Gadis Sexy) - SLANK (1990)
Sumpah! Ini adalah album yang menyelamatkanku dari frustasi dan sakit hati. Awal ‘ketidakwarasanku’ dimulai saat lagu berjudul: memang, gadis sexy, kalah, amerika style menghantuiku setiap pagi. Lagu-lagu itu seperti virus yang menyebarkan pemberontakan dalam diriku. Saat gagal ikut festival dengan band SMP-ku, saya menemukan diri sedang terhipnotis pada warna vokal berkarakter serak milik kaka.
Sejatinya album ini dirilis ketika saya baru masuk Sekolah Dasar namun gaungnya membekas bahkan sampai saya SMP, jujur saya telat mengenal album ini. Waktu itu sekitar tahun 95-96, masih berseragam putih biru dan studio musik menjadi tempat favorit saat kabur dari jam belajar. Setiap bolos sekolah, bersama temen-teman kami suka mendengarkan album itu sambil minum tuak/ kameko (alkohol tradisional sulawesi yang terbuat dari pohon enau dan gula aren) dirumah kosong dekat sekolah.
Pay, Indra, Bongky, Bimbim dan Kaka, dulu kupikir mereka itu titisan dewa. Debut album pertama mereka ini menjadi momentum bersejarah bagiku. Di album ini, saya menemukan banyak pembenaran atas konsep-konsep musik yang kugeluti. Rock & Roll itu apa? Hanya notasi nada yang menemukan justifikasinya dalam lirik. Aku gila adalah lagu balads namun saat mencapai reffrain lagu itu jadi galak. Saya ingat pernah menyanyikan lagu itu diprom nite SMA. Saya merasa tidak lengkap untuk menjadi kenangan jika tidak meletakkan album ini dalam daftar list. Slank itu legend dan tanpa mengatakan statemen itu tak akan mempengaruhi kehebatan mereka. Sayangnya, saya sudah lama tidak mendengarkan album-album baru mereka. Jika besok saya ke toko kaset mungkin saya akan mencari MP3 seluruh katalog band potlot ini sekedar untuk menyusuri ingatan masa laluku.
Penis Envy - Crass ( 1981 )
Freud memperkenalkan konsep penis envy dalam artikelnya di tahun 1908 tapi ide tersebut menemukan pembenarannya ketika karyanya tentang narsistik diterbitkan 1914. Dalam budaya kontemporer, istilah penis envy digunakan untuk merujuk kepada laki-laki yang iri dengan ukuran penis orang lain yang lebih besar bahkan kadang-kadang secara simbolik digunakan untuk menyinggung wanita yang berharap punya penis. Penis Envy dalam psikoanalis freudian mengacu pada reaksi seorang gadis yang tiba-tiba sadar bahwa dia tidak memiliki penis. Sayangnya, siapa yang pada perduli Freud? dan saya juga tidak perduli paling tidak dalam konteks tulisan ini. Saya tidak berbicara tentang konsep psikoanalisis. Saya bicara tentang Punk! Saya bicara tentang sistem! Dan saya belum mengerti dengan pasti mengapa Crass mengadopsi istilah ini untuk album mereka. Album ini adalah salah satu album yang membebaskanku dari determinisme ekonomi yang sebelumnya begitu kuat mempengaruhiku dan memberi catatan paling hebat bahwa kontrol telah ada jauh sebelum kita dilahirkan. Siapa yang percaya bahwa kepentingan rakyat itu selalu didahulukan? Untuk apa mengkritisi ketololan itu jika saat pemilihan umum mereka juga ramai-ramai mengotori tangannya dengan tinta. Damn! saya muak dengan semua itu…
Penis Envy mengambil vokal pada seluruh album ketiga Crass dengan penggambaran mengerikan dari rumah sakit dan menunggu kematian. Sebuah catatan Punk yang kuat dan menantang, album Penis Envy menggunakan deskripsi, brutal kejam dari seksisme dan pemerkosaan sebagai titik untuk meluncurkan perlawanan pada seluruh kontrol sosial dan penindasan sistemik. Segala sesuatu yang bersifat mekanik mengacaukan kemanusiaan dari bisnis asmara hingga stereotip gender. Steve Ignorant itu dinamit meski dia tidak mengikuti sesi rekaman Crass untuk album ini tapi otaknya memberi saya sesuatu untuk saya anggukan. Pada album ini, balutan aransemen musik yang lebih rumit dan suara perempuan yang dihadirkan oleh Eve Libertine dan Joy De Vivre benar-benar lompatan besar bagi scene punk kea rah yang lebih ekstreem. isu-isu feminisme dan sekali lagi menyerang semua institusi pemerintah seperti perkawinan dan penindasan sexual. Di salah satu lagu, sebuah lagu parodi dari 'MOR' lagu cinta yang diberi judul ‘Our Wedding memberi banyak pertanyaan tentang penindasan di ruang privat
Saya bisa menangkap lirik paling tajam dialbum ini adalah untuk mereka yang memilih menerima sistem daripada bereaksi menentangnya. Mengapa album ini kumasukan sebagai list? Barangkali hanya untuk menertawai Pemilihan Umum :P
What The Fcuk
What now? Now you would destroy the earth. Dry the river beds. What now? Now in your control, birth and death, Dry the bodies, incadescent in the heat. Your fire is melting both soil and soul, In plan maybe, is that not enough? Your war and raving of it is so total. You're consumed by it as you'd consumed us. Would you see the fire from your sanctuary of death? What terrible pain you need to hide, In your hatred you'd seek to destroy the earth, What is it that you have been denied? Your mind and its rantings are so barren, What the fcuk are you thinking? What the fcuk? Your eyes and their vision, empty, staring, What the fcuk are you seeing? What the fcuk?
Kangen Band Tentang Aku Kau dan Dia (2007}
Jujur saja, saya mendengarkan album ini baru beberapa minggu lalu, itu pun karena beberapa orang dikantor sering memutarnya dari komputer kerja dan mau tidak mau saya pun ikut dengar. Lalu mengapa saya masukan album ini kedalam list? Begini saja: ada dua pekerjaan paling menjengkelkan di dunia, satu pengamat politik dan satunya lagi pencipta lagu cengeng, tapi diantara dua itu ternyata masih kalah memuakkan dengan: kritikus musik sok teu! Apalagi kritikus musik yang main musik dan naik panggung saja tidak pernah… wow! Ketika kangen band merilis album ini dan meledak ditahun 2007, ramai orang berteriak menghina band ini seakan para mantan pedagang kaki lima ini lebih nista dari sampah diselokan. Beruntungnya! Saya tidak termasuk didalamnya. Saat ribuan serapah ditujukan kepada band ini, saya malah ngakak.. pertanyaaannya, apa bedanya kangen band dengan peterpen, ungu dan lain-lain? Jika para kritikus musik menghujat struktur nada, pergerakan chord, atau harmonisasi? Hahaha.. itu bulshitt! Perbedaanya cuma player doank kok! Subjektif! Tentu saja.. bisa apa orang-orang itu mengkritisi musik orang namun mereka berada dalam lingkaran yang sama dengan band ini? Saya tak mau tendensius seperti Adorno yang menilai musik kontemporer tak berkualitas. Jimi hendrix dan kangen band itu jelas berbeda namun juga sama, kangen band dan Bob Marley itu memiliki kesamaan! Apa samanya? Ketika menciptakan musik mereka sadar bahwa atap rumah bolong dan hidup itu sulit, ketika Bob Marley menciptakan lagu, didapur rumahnya dia tidak menggunakan microwave, dia tidak punya apa-apa selain mimpi! Pun jika album-albumnya membuatnya kaya.. soal lain! Album ini kutulis sebagai salah satu album yang mengintervensi paradigmaku dengan alasan paling rasional bahwa album ini berhasil menghabisi para pialang di industri musik. Gilaa! Ada sekelompok anak dusun dari strata sosial paling bawah berhasil meruntuhkan teory-teory kapital. Band yang diklaim kampungan ini mampu mengatakan kepada orang-orang bebal di industri. “lo gak perlu keren untuk menghasilkan platinum. Lo gak perlu kaya untuk merekam lagu elo” Meledaknya album perdana mereka mempertegas kegelisahanku bahwa dalam industri musik mainstream tidak ada barometer yang bisa menentukan kualitas sebuah karya musik selain ukuran keping kaset yang terjual, damn! Bukankah itu satir bagi mereka yang menghina band ini? Alasan lain mengapa album ini kumasukan sebagai list adalah untuk menertawai mereka yang tergusur karena eksitensi band ini. hahaha.. :P
The Doors : The Doors (1967)
Jika ada kata lain untuk rock & roll maka: Nietszche adalah terminology yang tepat. Sialnya hanya satu band yang sekali lagi menurutku berhasil merepresentasikan seni dionysian dan apolonian ala Nietszche dan itu adalah The Doors! Self title ini merupakan debut album luar biasa dari band paling gila yang pernah ada dalam sejarah, dan memang salah satu yang terbaik dalam sejarah musik yang memperkenalkan rock, blues, klasik, jazz, dan puisi dengan pukulan drum knock out. Gitar dan riff organ menjalin ancaman hipnotis, memberikan latar belakang yang menggoda didukung vokal Jim Morrison yang menawan dengan prosa misteriusnya. Light My Fire adalah kharisma yang menduduki puncak tangga lagu dan meletakan kelompok ini sebagai bintang, tapi sebagian besar sisa album ini selalu sama mengesankan, termasuk beberapa lagu terbaik mereka: Break on Through (To the Other Side) seakan membuka kawah gunung berapi penuh lahar mematikan lalu memperdaya para pendengarnya.
The Doors adalah kelompok musisi berbakat yang mampu menggabungkan kekuatan jahat dan baik menjadi samar untuk dibedakan. Mungkin pengaruh yang paling masuk akal mengapa musik mereka abadi adalah karena The Doors terlahir dari diskusi-diskusi filsafat. Saya mendengarkan album ini seminggu sekali, hanya bila seorang kawan bernama “Tristan” datang dengan membawakanku buku-buku ‘anehnya’ dikamarku. Jika dia tak ada, saya ragu memutarnya. Alasanya: saya tidak mau kehilangan kendali dalam kamar. Album ini kumasukan sebagai list untuk mengenang Jim, seseorang yang menurutku layak untuk di katakan pahlawan amerika. Seseorang yang bahkan kursus piano saja tak lulus namun suaranya yang misterius berhasil mengutak-atik dunia.
Drama oedipal 11-menit The End adalah lagu yang paling berani, beberapa orang akan berpendapat lagu itu seperti over ambisius. Menghantui kewarasanku dengan melodicism tanpa henti dan ketegangan dinamis dan saya yakin tidak akan pernah ditandingi oleh band lain. Jim adalah sosok yang mencoba menolak sesuatu yang bukan dirinya namun kekuatan itu terus menerus menggerogotinya dan alkohol, mariyuana, LSD menjadi satu-satunya alasan mengapa Jim begitu tidak berdaya melawan moralitas. Dalam album ini, saya seakan sedang menerawang keabsurditas-an hidup seorang Jim Morrison seperti umumnya para eksistensialis yang lain, kecintaan Jim pada puisi, sastra dan film pantas untuk menempatkan namanya sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh dalam sejarah. Jim menjadi seorang lelaki Renaissans yang menggugat segala hal tanpa batas untuk menuju proses kreatifnya di panggung rock & roll.
Gak Bisa Di Tawar: Rumput Ijo (2008)
Ivan, gitaris Rumput Ijo itu berkarakter impulsif, tak terduga, tergantung moodnya. Pertanyaannya: mengapa orang berkepribadian seperti itu mampu menciptakan musik keren? Dengar saja riff-riffnya! Mungkin dia hanya menutupi bakatnya atau barangkali dia sengaja bersembunyi dari sisi-sisi romantisnya sendiri. Album gak bisa di tawar ini adalah salah satu album yang sering saya dengar untuk menghadirkan nuansa british 70-an dikamarku. Warna suara ayeng hampir mirip kaka slank namun jika didengar berulang-ulang orang ini sebenarnya berkarekter melodis. Lagu kaki berkarat dan gak bisa ditawar merupakan lagu favoritku. Tentu saja pukulan drum ikbal tak sehebat pukulan mike tyson namun bila pemuda bekasi itu bisa sedikit bebas dia bisa membuat orang KO hanya dengan beat-beatnya. Keseluruhan dari anak-anak rumput ijo adalah kawan-kawanku bahkan manajernya pun sahabatku dalam segelas beer. Hahaha. Jika ada pertanyaan yang mendebat objektifitasku: saya tidak perduli! Emang ada objektifitas dalam review musik saat ini? jika ada, tunjukan parameternya? Sudahlah… mereka band keren, dan mereka kawan-kawanku! Alasan logis album ini kumasukan dalam daftar list adalah karena mereka membangkitkan kepercayaanku bahwa rock & roll itu tidak lahir dari tempat-tempat mewah, bahwa rock & rol itu menemukan pembenarannya dijalanan.. tanpa harus banyak bertanya lagi: saya persilahkan kalian mendengarkan album ini! gugat saya di pengadilan jika saya salah.. :P
Voodon Lounge: Rolling Stone (1994)
“there were a lot of things that we wrote for Voodoo Lounge that Don steered us away from: groove songs, African influences and things like that. And he steered us very clear of all that. And I think it was a mistake." Ujar Jagger dalam sebuah wawancara terkait album ini. Seorang kolektor piringan hitam juga pernah berkata kepada saya bahwa salah satu alasan musik Rolling Stones mendunia karena mereka memainkan musik yang easy listening. Terlepas seberapa hebat mereka mempengaruhi sejarah, Rolling Stones itu adalah generasi pop dalam rock & roll, Begitu katanya. Benar dan tidaknya, saya tidak perlu memberi resume. Semua orang yang belajar gitar tahu siapa Keith Richards. Rolling Stone itu band hebat dan saya adalah salah satu dari sekian penggemarnya! Mengapa album ini terdaftar dalam list? Bukan album-album klasik mereka semisal Honest I Do, Now I've Got a Witness (Like Uncle Phil and Uncle Gene), Little by Little, Tell Me (You're Coming Back)? Alasannya sederhana: akhir-akhir ini saya rutin sekali mendengarkan album ini. Barangkali akibat lelah berkutat dengan pekerjaan yang menyita konsentrasi, lagu New Faces, Sweetheart Together, The Worst dan Blinded by Rainbow.. sedikit obat bagi telinga yang sudah bosan mendengar ceramah spiritual.. hahaha..
----+------
sebenarnya ini catatan lama namun ruang kerja tak memberi gw waktu untuk menyelesaikannya, ketika sampai ditebet sore kemaren dengan disambut caci maki kamar, catatan berisi review nyeleneh ini kutemukan masih sama seperti dulu, dalam sebotol beer akhirnya terburu-buru diselesaikan. Sekedar merefleksi diri demi mengingat para sahabat-sahabat yang masih berjuang digaris depan. Terimakasih kepada karpet, temaram lampu dan tentu saja: beer!
Rock on!
1 komentar:
The best foods are vegetable soups (no tomatoes, potatoes or eggplant) with spices, (cardamom, cumin, coriander, fennel, black pepper, turmeric, etc.
From the simple plastic or wooden constructions that children can ride on, to pull or
push toys that toddlers would enjoy to ride on, to motor-driven riders and miniaturized versions of popular car brands and makes which are popular with young boys, ride-on toys would always be a section of any child's
playtime menagerie. Her chiropractor performed low amplitude, high velocity
manipulation across the 3 spinal locations and almost 1.
Post a Comment