Sejak didirikan di Surabaya ditahun 1987, Power Metal belum juga surut untuk terus menyemburkan percikan distorsinya. Perjalanan panjang band ini telah menjadikan mereka sebagai salah satu dari sekian band yang bertahan dari generasinya. Menyuguhkan musik rock yang lugas menghentak telinga juga diselingi beberapa lagu manis disetiap albumnya memberi ciri tersendiri bagi musik Power Metal. Kini mendekati seperempat abad usianya dan sembilan album yang telah mereka dedikasikan, band kugiran ini masih tetap bersemangat untuk kembali mempertegas keberadaannya dikolam musik tanah air. Sebagai salah satu band pengusung heavy metal, Power Metal tidak bisa disangkal telah muncul sebagai kekuatan yang memiliki pengaruh besar bagi para penggemar rock meski kepopulerannya tidak lagi seperti didekade 90-an namun konsistensi mereka telah menjadi prasasti hidup yang menjadi saksi jatuh bangunnya dinasti rock di negeri ini. Ditengah krisis legitimasi musik rock, Arul Efansyah vokalis Power Metal tetap optimis bahwa kebangkitan musik rock sudah diambang pintu “Saya masih percaya bahwa rock akan kembali berkibar”. Ucapnya beberapa waktu lalu
Power Metal yang saat ini dimotori oleh Ipunk (gitar), Lucky Setyo W (gitar), Arul Efansyah (vokal), Ecko Dinoyo (drum), Sastro Adi ( kybord), Babah (bass) baru saja melontarkan album kesembilan bertitle Power Metal IX belum lama ini. Album Power Metal IX ini tak sekedar album bagi band ini namun hampir seperti sebuah plakat yang mengabarkan kepada para penggemar rock bahwa Power Metal masih ada. “Album ini diberi title IX, karena angka sembilan adalah angka yang punya banyak arti bagi kami dan album ini juga membuktikan bahwa kami belum bubar”. Lanjut Arul. Walau demikian, vokalis bersuara melengking ini tidak memungkiri bahwa industri musik hari ini didominasi oleh trend musik yang jauh dari genre yang mereka usung. Dengan dirilisnya album tersebut, Arul dan kawan-kawan seakan memberi titik terang bagi para penggemarnya. Rentang waktu 6 tahun sejak album kebesaranmu dirilis pada tahun 2004 merupakan jeda waktu yang panjang untuk memulai kembali apa yang telah mereka bangun ditahun-tahun sebelumnya.
Menjelang promo tour album kesembilan tersebut, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi studio sekaligus markas Power Metal yang terletak di kawasan Ampera Jakarta Selatan. Arul sangat bersahaja saat menyambut kami dengan ditemani Sastro Adi, kybordis yang baru bergabung bersama Power Metal. “Ipunk, Lucky dan Babah sedang berada di Surabaya” katanya.
Arul sangat sumringah ketika menceritakan proses rekaman album kesembilan Power Metal. “Kami memainkan musik yang jauh dari trend musik hari ini. Bukan sekedar bertujuan meraih keuntungan komersial namun kami ingin juga mengobati kerinduan para penggemar Power Metal yang menunggu kehadiran album kami” Jelas Arul serius. “Saya yakin, orang-orang masih mengenal Power Metal” sambung Sastro sambil mengutak-atik komputer studio. Pada album kesembilan ini, Power Metal memberi suguhan 10 lagu selain 9 lagu baru, dialbum tersebut juga berisi salah satu lagu lawas mereka yang berjudul ‘Satu Jiwa’ dengan aransemen yang berbeda. “Perubahannya mungkin dialbum kesembilan ini kami memainkan lagu slow sekitar empat lagu tapi yang speed juga ada, tetap rock-lah”. Arul berkata antusias. Dialbum ini juga memberi kesempatan bagi Lucky Setyo untuk kembali bergabung setelah sempat hengkang pada dua album sebelumnya. Selain Sastro Adi yang menggantikan Raymond diposisi kybord, pergantian personel juga terjadi di posisi bass. “Untuk bass baru bergabung Babah blungky menggantikan Endro” lanjutnya
Tidak banyak band yang bertahan dengan pasang surut hidup yang telah dilalui Power Metal. Perjalanan mereka juga menyimpan banyak kisah pun dibalik pembuatan album kesembilan ini, ada beberapa peristiwa yang memberi kenangan tersendiri bagi mereka. “Banyak hal yang terjadi dalam proses pembuatan album ini, mungkin Arul bisa menceritakan selebihnya”. celutuk Sastro lalu melirik Arul yang hanya melemparkan tatapannya pada langit-langit studio. Laki-laki kelahiran Banjarmasin ini seolah menerawang berbagai macam petualangannya. Selepas merilis album Kebesaranmu di tahun 2004, Power Metal seakan meredup dan tak terdengar lagi kabarnya. Arul Efansyah juga ikut menghilang dan kembali kekampung halamannya di Banjarmasin. Menjelang Pilcaleg beberapa tahun lalu, Arul ditawari oleh salah satu partai untuk ikut bertarung memperebutkan kursi legislatif di Senayan. Dari sana, Arul menelusuri pedalaman Kalimantan untuk mendulang suara. Sebuah aktifitas yang tentu saja baru baginya. “Selepas album kebesaranmu, kami lama vakum dan saya akhirnya sibuk buat usaha kecil-kecilan hingga ada tawaran dari partai, awalnya ragu lalu minta waktu untuk berpikir dan akhirnya saya memutuskan untuk menyanggupi” ceritanya. Pada masa itu, Arul kehilangan kontak dengan semua awak Power Metal. Kesibukan tersebut bukan tanpa alasan. “Waktu itu saya pikir Power Metal sudah rekaman dengan vokalis yang baru” katanya lagi. Diakui oleh Sastro Adi bahwa ketika Arul hilang, Power Metal sempat manggung dengan beberapa penyanyi lain untuk menggantikan posisi Arul. “Kita emang sempat memakai beberapa vokalis untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Arul pun dalam album kesembilan ini, kami bahkan sudah mengaudisi beberapa vokalis” kenang Sastro.
Dalam perkembangan selanjutnya, Power Metal ternyata belum menemukan kecocokan dengan semua vokalis yang di audisi. Sampai akhirnya owner sekaligus manajer Power Metal Ir. Totty Moekerdiono berusaha sekuat tenaga untuk menemukan Arul yang tengah sibuk berkampanye di pelosok Kalimantan. “Pak Totty bahkan sampai ingin menyewa helikopter buat mencari Arul” kenang Sastro. Tak ada personel maupun manajemen Power Metal yang mengetahui keberadaan Arul. Satu-satunya orang yang berhubungan dengan Arul hanyalah salah seorang kawan bernama Dadi Syahputra yang juga penggemar berat Power Metal. Dari dia, Arul mendapat kabar bahwa Power Metal sedang persiapan merilis album dan dirinya dicari kemana-mana. “Waktu itu hanya Dadi yang biasa saya hubungi dan Dadi yang bilang ke saya bahwa anak-anak Power Metal mencari saya. Dadi minta ijin untuk memberi nomor telepon saya ke manajemen Power Metal tapi karena waktu itu saya harus menyelesaikan beberapa urusan, saya bilang ke dia untuk menundanya”. Setelah semua urusan-urusannya terselesaikan, Arul akhirnya memutuskan untuk kembali berhubungan lagi dengan manajemen Power Metal. Tak berapa lama kemudian ia pun terbang ke Jakarta untuk proses rekaman album kesembilan yang pada saat itu semua materinya sudah hampir rampung. “Saya hanya dapat sekitar sembilan ribu suara jadi gak bisa nyampe ke senayan, mungkin panggilan politik saya itu musik rock“. Ucapnya tertawa.
“Ketika Arul tiba di Jakarta, dari bandara dia langsung menuju studio dan kebetulan saya lagi didepan komputer” Sastro menambahkan. “nyampe studio dia langsung take vokal lagu satu jiwa yang kami remix ulang, awalnya saya bilang kenapa mas Arul gak istirahat dulu baru take” lanjutnya. Arul sendiri hanya tertawa mengenang peristiwa itu. “Waktu itu saya merasa lagi dapat aja feelnya, sebelum masuk studio dari luar saya mendengar lagu itu (satu jiwa) diputar dan saya pikir ini momentnya, yaah… akhirnya tidak butuh waktu lama untuk menuntaskan rekaman lagu itu” Katanya. Proses rekaman vocal untuk album kesembilan Power Metal hanya memakan waktu dua minggu. “Awal-awal bulan puasa 2009 lalu saya menyelesaikan semuanya. Sebenarnya itu bukan hal yang istimewa, Power Metal itu sudah menjadi darah dalam tubuh saya, jadi saya udah bisa langsung menyatu dengan lagu yang dibuat teman-teman meski lagu itu baru saja saya dengarkan. Saya tahu apa mau mereka karena kami sudah lama jalan bersama-sama.” Papar Arul merendah.
Jejak rekam Power Metal tidak dilalui dengan mulus, sudah lebih dari dua puluh tahun mereka melalang buana menunjukan eksitensinya dan sejarah akan mencatat mereka sebagai salah satu pioner heavy metal di Indonesia. Sebagai salah satu band rock yang masih tersisa ditengah pergeseran-pergeseran kecenderungan musik mainstream, Power Metal juga sulit untuk menolak gesekan yang terjadi didalam internal mereka. Keragaman pola pikir dan kesibukan masing-masing para awaknya menjadikan band ini cukup sering vakum hingga kerap menimbulkan spekulasi bahwa mereka telah bubar. Album kesembilan yang dirilis dengan menggunakan distributor Loggis Record adalah jawaban atas semua kabar itu. Bergabungnya dua wajah baru menjadi sebuah penyegaran bagi Power Metal. Bukan sebuah kebetulan jika perbedaan usia Sastro Adi dan Babah yang terbilang muda dibanding dengan para awak Power Metal yang lain semacam penyatuan visi antar generasi. Sastro Adi yang sebelumnya juga sering terlibat dalam side project sebagai music director dan pernah tergabung dalam beberapa band adalah sosok yang mampu memberi nuansa berbeda bagi Power Metal. Hal itu di akui oleh Lucky ketika tiba di Jakarta dalam rangka promo album Power Metal di Hotel Park Lane. “Sastro itu pandai dalam soal sound dan recording. Kualitasnya dengan pemain kybord yang lama juga gak jauh beda”. Kata gitaris yang juga pernah memperkuat Andromeda itu. Sastro Adi sendiri memiliki animo besar pada setiap penampilannya bersama Power Metal. “Saya merasa terhormat bisa bergabung disini” katanya antusias. Sementara Babah Blungky merupakan salah satu pentolan band Scooter dari Gresik yang dikenal oleh Ipunk ketika gitaris Power Metal itu menjadi juri dalam sebuah festival dimana babah ikut berpartisipasi bersama bandnya yang kemudian membuat Ipunk terkesan. “Waktu itu saya jadi juri disalah satu festival dan saya lihat dia (babah) mainnya bagus. Akhirnya ketika pemain bass Power Metal mundur, saya ajak dia bergabung”. Sementara babah sendiri mengakui bahwa bergabung di band sebesar Power Metal merupakan sesuatu yang luar biasa baginya. “Saya mengenal Power Metal dari kecil dan saya senang bisa bergabung disini” kata pria berbadan subur itu.
Power Metal, band yang terbentuk dengan formasi awal Ipunk (guitar), Punky Deaz (vocal), Raymond Ariaz (Kybord), Mugix Adam (drum), Hendrix Sanada (bass) adalah band yang besar dari festival ke festival. Berawal dari menjuarai festival musik remaja di Lumajang ditahun 1987 kemudian menjadi jawara pada festival rock sejawa di Kediri pada tahun 1988 hingga memuncak ketika mereka menjuarai festival rock ke V se Indonesia pada tahun 1989 di Surabaya. Band ini kemudian mendapat tawaran kontrak rekaman dan menghasilkan beberapa album yang mengukirkan nama mereka sebagai grup rock cadas Indonesia yang memiliki penggemar tak sedikit. Konsistensi mereka juga di ikuti dengan bongkar pasang pemain hampir disetiap album. Ketika masuk dapur rekaman untuk album pertama mereka di tahun 1991, Power Metal harus rela dengan mundurnya dua personel yaitu Pungky Deaz yang kemudian digantikan Arul Efansyah dan posisi bass juga ikut berubah dengan mundurnya Hendrix Sanada hingga posisinya diambil alih oleh Prass Hadi.
Album Power One merupakan album pertama yang mengukuhkan nama band ini diblantika musik Indonesia. Pada album itu pula, Power Metal mendapat penghargaan BASF sebagai grup rock pendatang baru terbaik. “Setelah tour raksasa bersama Godbles kami diasingkan di daerah terawes selama sebulan” kenang Ipunk. “Disanalah kami menuntaskan beberapa lagu untuk album Power One” Sambungnya lagi. Di album tersebut, Power Metal menghasilkan beberapa hits, seperti Angkara juga Satu jiwa dan tentu saja lagu-lagu lain yang tak kalah populernya. ”Satu jiwa mungkin lagu yang paling berkesan bagi saya” kata Ipunk lagi. “Setiap selesai memainkan lagu itu, saya seperti lepas”. Kesuksesan album Power One yang direkam di studio Syailendra Jakarta itu menjadi semacam batu loncatan bagi Power Metal. Kehadiran mereka mulai diperhitungkan di industri musik. Hal inilah yang kemudian membuat Log Zhelebour yakin untuk kembali bekerja sama dengan mereka untuk album berikutnya. Penghargaan BASF juga membuat Power Metal berhak untuk liburan ke luar negeri namun karena lebih membutuhkan uang untuk album selanjutnya maka tiket keluar negeri itu dilepaskan. Ir. Totty Moekordiono sang pemilik Power Metal mengisahkan peristiwa itu. “Penghargaan BASF membuat Power Metal berhak untuk liburan keluar negeri tapi kami menjual tiketnya ke keluarga personel Godbless karena kami lebih membutuhkan uangnya” Ungkao beliau tertawa.
Menjelang pembuatan album ke dua Power Metal, Ipunk tiba-tiba mengundurkan diri dan keluarnya Ipunk merupakan hal yang cukup menganggu bagi Power Metal. Beredar kabar bahwa keluarnya Ipunk karena ada permasalahan dengan para personel Power Metal lainnya. Namun hal tersebut dibantah oleh Ipunk. “Mungkin itu cuma ego masa muda” katanya. “Selepas dari Power Metal, saya gabung di band Golden Boys, juga sempat di band Kalingga. Saya senang mencoba hal-hal baru” lanjutnya. Lucky Setyo W gitaris Andromedha akhirnya menggantikan posisi Ipunk. Hingga album ke dua Power Missions rillis ditahun 1992. Bergabungnya Lucky memberi corak yang berbeda bagi Power Metal. Selain Ipunk, Prass Hadi juga mengundurkan diri dan digantikan oleh Freddy Rossi. Meski album Power Missions tidak sesukses album Power One namun album tersebut semakin menambah popularitas Power Metal dalam industri musik. Sejalan dengan beberapa album yang mereka rillis, Power Metal tak bisa menghindari pergantian para personelnya. Setelah power Missions, ditahun 1993 Power Metal kembali merilis album mereka bertajuk Power Demons dengan hits-hits seperti Bidadari dan Timur tragedi. Lagu tersebut adalah lagu yang akan selalu dikenang oleh para penggemarnya. Secara bertahap mereka menelurkan beberapa album lainnya: Serigala pada tahun 1995, Pesta Dansa ditahun 1996. Meski tidak sefenomenal album pertama mereka namun sejumlah album tersebut adalah bukti konsistensi band ini dijalur rock. Setelah album Pesta Dansa, Power Metal kembali merelakan kepergian Mugix Adam dan Raymond yang akhirnya hengkang.
Sempat tiga tahun tidak merilis album, maka ditahun 2000 Power Metal kembali memuaskan dahaga para penggemarnya dengan album Love, Peace and War dengan formasi, Arul (vocal) Lucky (guitar) Freddy Rossi (bass), posisi drum diambil alih oleh Ecko Dinoyo mantan drumer Eclipse. Sedangkan untuk kybord, Power Metal merekrut James Fistgerald mantan rekan Lucky di Adromedha. Pada tahun 2002, Power Metal kembali merilis album Topeng-Topeng Murka dan pergantian personel dialbum ini juga tak terelakan, Lucky mengundurkan diri dan posisinya diganti oleh Ipunk, gitaris pertama yang juga salah satu pendiri Power Metal. “Waktu proses pembuatan album itu saya sedang sibuk kerja” kata Lucky. Selain Lucky, Freddy Rossi juga keluar dan digantikan oleh Endro sebagai pembetot bass. Masuknya Endro bertahan hingga album Kebesaranmu yang dirillis Power Metal pada tahun 2004.
Setelah album Kebesaranmu, Power Metal hampir tak ada kabar dan beragam spekulasi beredar bahwa mereka resmi membubarkan diri. Namun kehadiran mereka kali ini dengan album terbarunya sekaligus mematahkan semua asumsi tersebut. Power Metal masih ada bahkan terus eksis dijalurnya. Pada album ini, Lucky Setyo, kembali bergabung bersama Ipunk mereka memainkan formasi dua guitar dan dapat dipastikan bahwa band ini sedang bersiap untuk memuntahkan kembali amunisinya. “Power Metal adalah heavy metal, saya rasa jika kami kembali lalu mengikuti arus maka kami tidak akan punya peluang, jika Power Metal lepas dari jalur rock maka orang akan meninggalkan kami. Power Metal adalah band rock” ucap Lucky optimis.
Power Metal: Prasasti hidup kegemilangan musik rock dekade silam
Nama Power Metal memang tidak bisa di lepaskan begitu saja dari peta musik rock di Indonesia dan mereka tidak sekedar memainkan musik tapi memiliki andil dalam mewarnai sejarah musik rock di negeri ini. Band yang dibentuk di kota Surabaya ini telah berusia hampir tiga dekade dan hingga kini tetap berada dalam garis heavy metal tanpa bermaksud mengikuti jejak langkah band-band heavy metal klasik dari Judas priest, Iron Maiden, Loudness hingga Metallica. “Pada dasarnya saya suka ngulik, saya senang dengan grup-grup musik rock seperti Iron Maiden, Helloween, Ingwie Malsteem, Metallica dan untuk saat sekarang saya suka mendengarkan Dream Theater” cerita Ipunk gitaris Power Metal. Ipunk juga menegaskan apapun yang terjadi Power Metal tetap akan bertahan dengan musik rock. Band kugiran asal Surabaya ini awalnya bernama Power hingga berubah menjadi Power Metal. “Power Metal ini sebenarnya berat di nama, dulu waktu diberi nama Power Metal banyak orang bilang, kok genre musik di jadikan nama band” Musandika Indrayana manajer operasional berkisah tentang nama Power Metal. “semoga Power Metal tetap eksis lah” sambungnya tertawa. Menimbang eksitensi Power Metal hingga saat ini tak salah kiranya jika mereka dikatakan sebagai piagam hidup dari sisa-sisa gemilang kota Surabaya yang beberapa tahun lalu sempat di klaim sebagai barometer rock di Indonesia. Momentumnya dimulai pada pertengahan 80-an tepatnya ditahun 1984, seorang pengusaha asal Surabaya bernama Log Zhelebour menggelar festival rock Indonesia di Surabaya. Festival tersebut kemudian diadakan secara berkelanjutan hingga saat ini dan dari festival ini banyak melahirkan band-band rock klasik yang kemudian ikut mewarnai kegemilangan sejarah musik rock di Indonesia. Band-band seperti, Roxx, Jet Liar, El Pamas, Grass Rock, Adi Metal Rock, Andromeda, Red Spider, Kamikaze, Kaisar, Val Halla yang berasal Medan, Big Boys dari Kalimantan, juga Loe Joe dari Makasar. Beberapa dari band itu merupakan seangkatan Power Metal. Ironisnya, banyak dari mereka kini tak lagi terdengar kabarnya. Serbuan musik mainstream berhasil menenggelamkan para rocker-rocker itu hingga sulit bangkit lagi. “Kalo mau jujur, masalah ekonomi merupakan persoalan yang membuat beberapa dari kami tidak lagi bisa bertahan. Power Metal berusaha mensiasati hal itu dengan cara kekeluargaan agar bisa terus bertahan” guman Lucky pelan.
Kota Surabaya adalah saksi bisu bagi kiprah Power Metal. Di kota tersebut, mereka banyak melahirkan lagu-lagu yang kemudian menjadi hits. Meski demikian, Power Metal tidak mengklaim diri sebagai band Surabaya. “Gak juga lah, Power Metal ini dulunya emang terbentuk di Surabaya tapi kita majemuk kok, apalagi personel yang sekarang. Babah dari Gresik, Sastro dari Banyuwangi, Arul dari banjarmasin, Saya, Lucky dan Ecko dari Surabaya, studio dan markas kami di Jakarta” ucap Ipunk. “Sekarang musik rock itu lebih maju dan tersebar luas di semua kota di Indonesia gak cuma di Jakarta dan Surabaya saja” tambah Lucky. Band ini juga memiliki fansbase cukup besar di Sumatera, Kalimantan juga Sulawesi. Para penggemarnya selalu setia menanti kiprah Power Metal musik rock telah menjadi bagian tak terpisahkan dari diri mereka dan mereka serius. Tahun-tahun berlalu begitu cepat namun bagi Power Metal semua masih akan sama seperti dulu pun dalam musik rock yang mereka usung tak akan berubah oleh apapun. Kemunculan mereka dengan album kesembilan ini adalah salah satu bukti kontribusi mereka terhadap musik rock
Genderang perang dari band ini akan terus ditabuh dan sejarah tak akan bisa mengelak bahwa kesetiaan band ini dijalurnya menjadi bukti bahwa musik rock tidak akan pernah menyerah dengan serbuan trend musik saat ini. Power Metal sebagai salah satu ikon musik rock tanah air secara tidak langsung juga memberi ilham bagi generasi dibawahnya. Mereka telah berada dititik yang mereka inginkan dan hal tersebut merupakan sebuah pencapaian yang sulit untuk diukur. Log Zhelebour, tokoh yang juga berperan dalam karir Power Metal hadir saat promo tour Power Metal di Surabaya. ”Ini adalah moment bagi Arul dan kawan-kawan untuk kembali lagi” katanya. Pernyataan itu juga diamini oleh Toto Tewel gitaris Elpamas yang terlihat datang saat konser Power Metal di Hotel Park Lane Jakarta “saya ikut senang mereka kembali dengan album barunya” ucap gitaris kawakan itu.
Telah lebih dari dua puluh tahun sejak mereka mengikrarkan diri. Power Metal masih menyengat dan akan terus menebarkan ancaman distorsinya dan itu merupakan kabar gembira bagi para pencinta rock. Ditengah hiruk pikuk industri musik hari ini, band-band bersesakan dengan corak yang seragam. Beberapa dari generasi yang tumbuh besar dengan segala tawaran televisi akan sulit menolak bahwa kesemua itu adalah gambaran umum wajah musik dalam negeri. Opini yang jelas termanipulasi tapi bagi mereka yang tumbuh besar di era ketika musik rock tanah air masih digdaya maka nama Power Metal telah menjadi salah satu band yang turut membesarkan kerajaan rock dinegeri ini. Power Metal adalah sebuah band yang masih bertahan dengan segala kerikil tajam yang mereka lalui. Jatuh dan terpinggirkan atau saat mereka berada dipuncak seakan memberitahukan kepada generasi hari ini bahwa musik rock belum habis. Mereka seperti mendirikan kuil bagi para seniman rock, yaitu orang-orang yang tidak merasa berat memikul bakat besar. Power Metal adalah legenda hidup yang belum menjadi artefak. Mereka masih ada, masih akan terus memainkan musik yang membuat para penggemarnya bersesakkan dalam setiap konser-konsernya. Kini legenda itu tengah bersiap kembali untuk mengabarkan bahwa ada yang berbeda dari keseragaman mainstream.
0 komentar:
Post a Comment