Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Thursday 3 March 2016

Spotlight: Film Mainstream paling Nekat yang menyentil Vatikan.

Spotlight

Produksi    :    Universal
Sutradara  :    Tom McCarthy
Biaya         :    20 juta USD


Damn! Itu kata pertama yang harus dikatakan setelah menyaksikan film ini, for sure.. itu bukan makian kepada mereka yang disorot dalam keseluruhan cerita film. Itu kekaguman, edan! Ini film ter’berani’ yang pernah saya tonton. Maksud saya, film Box Office. Okeylah, banyak film diluar sana yang jauh lebih berani dari ini. Film-film yang menyuarakan kritikan atau kebencian yang terang-terangan pada sesuatu tapi itu film-film kelas dua. Pengerjaannya pun abal-abal, film yang bahkan tidak beredar dibioskop. Guys, Spotlight ini beda. Saya sudah menyaksikan ribuan film bahkan saking banyaknya saya sudah tidak bisa lagi mengingat judul tapi ini adalah film mainstream paling nekat yang pernah saya tonton. Saya tidak tahu apa yang ada dibenak Tom McCarthy menyutradarai film ini. Barangkali dia memang nekat, sekedar mencari kontroversi? atau memang tanggungjawab profesionalnya? What the hell... Setelah semua ini, apa dia masih berani datang ke Vatikan?

Yeah.. Film ini adalah film yang diambil dari kisah nyata tentang sekelompok jurnalis dari surat kabar Boston Globe yang mempublikasikan kisah pelecehan sexual anak dibawah umur dalam Keuskupan Boston ditahun 2001 pasca 9/11. Tak tanggung-tanggung 70 lebih Pastur terlibat didalamnya. Film ini dibintangi Mark Ruffalo, Michael Keaton, Rachel McAdams, Liev Schreiber, John Slattery, Stanley Tucci. Mereka memainkan perannya dengan baik. Saya tidak mau mengatakan mereka luar biasa karena karakter yang mereka perankan tidak butuh energi extra seperti Gretta yang ketakutan difilm The Boy, atau peran konyol nan sadis Ryan Renolds di film Deadpool. Mereka tidak memainkan karakter anthem seperti Di Caprio difilm The Revenant. Tidak juga seperti karakter hening yang diperankan Colin Farell di film The Lobster. Atau peran epic nan megah Liam Hemsworth di film In The Heart of The Sea. No! Titik fokus saya adalah apa yang coba diutarakan dalam film. Para jurnalis di film ini, benar benar menohok langsung ke jantung Vatikan. Keberanian mereka mengungkap pelecehan sexual di-Boston seakan kotak pandora yang membuka ratusan kisah pelecehan lain diseluruh dunia dalam Gereja Katolik. Sutradara McCarthy mengerjakan ini dengan segala kemampuannya. Setting awal tahun 2000-an, ketika bunyi telepon genggam masih polyponic juga komputer kantor masih dengan monitor tabung.  Semi klasik. 

Saya menyaksikan Spotlight dengan perasaan campur aduk, ada ketakutan dan kemarahan didalamnya. Perasaan perasaan yang berjalan semakin jauh. Film ini menegaskan bahwa institusi keagamaan bukan hal suci untuk dikritik, tak perduli itu Katolik, Kristen, Islam, Yahudi, Budha, Hindu, Kong Hucu, Zoroaster dan sebagainya. Para jurnalis Boston Globe mempublikasikan hampir 600 kisah tentang skandal ini sepanjang tahun 2002 yang akhirnya membuat 249 Pastor dan Biarawan didakwa didepan umum. Bulan desember 2002, Kardinal Law mengundurkan diri dari Keuskupan Boston. Setelah keberhasilam tim Spotlight membongkar skandal pencabulan tersebut menyusul beberapa tempat didunia juga ikut diungkap dan lebih dari 200 wilayah yang membentang dari Eropa, Amerika, Afrika, Australia dan Asia. Kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa keseluruhan institusi agama bisa menjadi sangat cacat akibat ulah segelintir orang didalamnya, yang semakin buruk ketika dilakukan oleh mereka mereka yang dianggap sebagai representasi Tuhan dan itu terjadi pada hampir semua agama. Bukan sekedar pencabulan tapi lebih dari itu. Sejujurnya, saya tidak mau menyalahkan agama karena apa yang terjadi didalam agama baik dan buruk barangkali memang bukan salah Tuhan. Whatever.

Well.. film ini bukan tanpa kritik, sebuah artikel 8 Januari 2016, di The New York Times mengatakan bahwa Spotlight keliru tentang bagaimana Gereja menangani kasus-kasus pelecehan seksual. Dalam artikel itu menuliskan cacat terbesar Spotlight adalah kegagalannya untuk memerankan efek psikolog para pejabat Gereja. Bagaimana para imam yang terlibat bisa aman kembali ke pelayanan setelah menjalani perawatan terapi. Film ini seakan mengabadikan mitos dalam rangka untuk mengalihkan perhatian dari kisah nyata pelecehan.
Lepas dari itu, saya angkat topi untuk kedewasaan Vatikan yang justru bijak dalam menghadapi kontroversi film Spotlight. Surat kabar Vatikan, L'Osservatore Romano, bahkan memuji Spotlight sebagai upaya meyakinkan untuk menunjukkan penyalahgunaan dan hal yang ditutup-tutupi dalam gereja Katolik. Saya tidak yakin, institusi agama lain akan melakukan hal yang sama seperti Vatikan. Surat kabar L'Osservatore Romano menerbitkan editorial pada halaman depan dengan mengatakan bahwa apa yang dilakukan sutrdara Tom McCarthy bukan sesuatu yang anti-Katolik. Editorial tersebut menyebutkan film Spotlight disajikan sebagai upaya gereja untuk mempertahankan diri dalam menghadapi kenyataan menghebohkan. “Tidak semua monster memakai jubah”. Tulis editorial itu. Pedofilia tidak selalu timbul dari kaul kemurnian, hal itu akan dijadikan pembelajaran bahwa dalam institusi agama beberapa orang lebih sibuk dengan citra lembaga daripada tindakan.

Anyway, dengan segala kontroversinya kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Spotlight mendapatkan puluhan penghargaan termasuk ratusan nominasi diseluruh dunia. Memenangkan BAFTA Awards 2016 dalam katageori Best Original Screenplay, kemudian Hollywood Film Awards dalam katagori Screenwriter of The Year. Di tetapkan sebagai Movie of The Year oleh AFI Awards USA 2016. Alliance of Women Film Journalist memberi Spotlight kemenangan dalam katageri Best Director, Best Writing dan Best Original Screenplay. Film ini juga mencatatkan namanya dalam Autralian Film Institute, Independent Spirit Awards, International Cinephile Society Awards, London Critics Cirlce Film Awards, Toronto International Film Festival, Venice Film Festival dan banyak lagi hingga puncaknya meraih Oscar 2016 dalam katagori Best Motion Picture of the Year, Best Writing dan Best Original Screenplay. Siapa yang meragukan film ini?

Pada akhirnya film hanyalah sekedar film. Interpretasi visual atas peristiwa yang terjadi dimana kebenarannya kadang menyisakan perdebatan. Kekuatan dalam film ini adalah keberaniannya menunjukan pada dunia anomali anomali yang begitu tabu untuk diungkap. 

Mengutip dialog dalam film ini

“ We gotta show people that nobody can get away with this”



Artikel Terkait

0 komentar: