Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Saturday 26 February 2011

mungkin diluar sana ada sesuatu untuk jiwaku disuatu tempat dan aku tidak lagi berharap kau berada disana!


Malam ini biru…

Seperti malam minggu 4 bulan belakangan, sejak diriku disini, malam-malam penuh kepulan asap rokok, kesibukan computer, bunyi mesin print dan gorengan di atas meja.

Yaapz! Deadline minggu! karena senin, kantor sudah harus menugaskan para distributor untuk mengedarkan apa yang kami selesaikan malam ini.

Baru saja, aku beradu argument dengan salah seorang temen, seorang sahabat sebenarnya karena bagiku dia adalah sahabat sejak kami memutuskan untuk menempati rumah dinas bersama-sama. Adu argument kali ini cukup menyulut emosi, entahlah… mungkin karena kelelahan begadang membuat sensitifitas kami jadi lebih mudah bergejolak.

Kondisi yang rumit..

beginilah ruang kerja, rencana, target dan pressure adalah moralitasnya!

Meski akhirnya aku menerima kesalahan itu, terpenting bagiku, aku telah menunjukan sikap…

Yaapz! Sama ketika aku memutuskan untuk berada disini dengan menyembunyikan impian, harapan juga hal-hal yang menggairahkanku dimasa lalu. Sikap yang bisa saja kusesali.

Sejujurnya, tak sepenuhnya impian-impian lama itu kuhancurkan, ada sebagian yang kusimpan diatas awan, agar bisa kulihat setiap pagi, karena suatu waktu aku akan membutuhkannya lagi..

Meski ku akui, aku sudah terjebak begitu lama disana. Bermain-main dalam ideal-idealku sendiri sedangkan waktu bergerak tanpa kompromi, ketika aku sadar semua tak bisa merubah apa-apa, hanya menyisakan sesak khususnya orang-orang baik yang kukecewakan, yang akhirnya pergi dan tak mungkin kembali lagi.

Saat ini yang bisa kulakukan adalah bagaimana mencari jalan pulang, aku tidak akan mungkin mampu melakukan hal-hal yang benar jika jalan itu tak berbekas dihadapanku...

Belajar bijaksana, bersikap positif dan menggerus arogansi individualku, karena bisa saja selama ini bukan dunia yang sinis tapi pikiranku sendiri yang sinis hingga membuatku apatis..


Adakalanya, aku merindukan aktifitas-aktifitas lama, ruang kebebasan juga hangatnya hubungan tanpa deal-deal untung-rugi, aktifitas-aktifitas yang membuatku merasa menjadi manusia, disatu sisi itu terus menghantuiku dan mengetuk sisi romantisku, disisi lain aku harus mengorbankan semua itu untuk sementara ini, aku pasti akan kembali kesana, entah suatu hari nanti….


Pernah dulu, aku melihat hujan berteduh dibalik suaramu, senja berlabuh di rambutmu, embun menampakan diri ketika menjalin obrolan dalam kata-katamu, aku menemukan kedamaian, ketenangan disana… hal-hal yang menyenangkanku!

Konyol sekali bahwa kita yang dulu pernah dekat, sekarang berada dijalan yang berbeda, aku juga sudah tidak tahu harus kemana melayangkan kata-kata ini untuk menyapamu..

Kau seperti mendayung perahumu ke barat sedangkan aku masih tersesat ditimur.

Kita sudah begitu jauh! tapi ketahuilah…

Saat ini, aku hanya ingin menyapamu

Hal yang paling ironik adalah aku sudah tidak lagi memiliki ruang itu, kau mengunci pintumu rapat-rapat dan aku telah melakukan pencarian tapi tidak menemukan tanda-tanda kapan tembok yang kau bangun itu runtuh? Semakin keras kumencoba mendobraknya, semakin keras pula perih yang muncul, begitu kokoh benteng-benteng itu dan saat sadar aku malah terjerembab tanpa kebanggaan!

Aku lelah, aku menyerah!

Dalam ketiadaanmu, aku melihat dunia yang beringas…

Seketika, aku pun menyisihkan waktu untuk menghapus segala tentangmu disudut pikiranku. Aku sudah berusaha sekuat yang kubisa tapi bintang menolak bersinar, ada saatnya aku harus menyerah’ apakah ini nyata atau caraku yang salah’ entahlah.. aku butuh sesuatu yang berbeda!

Kurasa aku tak mampu melanjutkan ini lagi..


“ ada apa? Mau cerita apa el yang baik?” katamu saat itu, dengan nada sumringah namun terdengar miris ditelingaku

“ gw gak mau cerita apa-apa, hanya ingin menegaskan sekali lagi bahwa dengan siapapun nanti lo jalani hidup elo, gw tetap senang jika elo bahagia..” jawabku


Matahari sudah nampak, bulan menunduk malu-malu, sambil memutar ulang masalalu dalam setiap adegan yang menyebabkan bintang itu tak mau bersinar saat kutatap, mereka semua pergi tapi kau dapat menemukanku di setiap jalan yang kau lalui..

Hanya jika kau punya waktu, menyisipkan waktu, memberi waktu atau tidak samasekali..

Entahlah’

Aku tahu, kau disana tapi entah menunggu siapa..

Ketahuilah, saat ini aku ingin sekali melihat senyummu, menggenggam tanganmu, terakhir kali.. Sekedar mengucapkan: ‘apa kabar?

Terimakasih pernah menjadi angin yang membawa imajinasiku berhembus…

Kegilaan ini sudah harus dihentikan…

Well, dulu aku berharap kau mau menunjukanku jalan, menemukan cara paling bijaksana untuk memulai kembali semuanya, sekarang ku akui, aku gagal dalam harapan itu…

Mungkin diluar sana ada sesuatu untuk jiwaku disuatu tempat dan aku tidak lagi berharap kau berada disana!

Artikel Terkait

5 komentar:

Anonymous said...

Hidup itu sama dengan permen nano - nano, selalu penuh kejutan tanpa diduga.

Hidup itu rollercoaster, naik - turun. Hanya ada pilihan menikmati atw berteriak !!!!

Jgn biarkan kehidupan mengikis kebebasan begitu juga sebaliknya.

Gak ada yg salah kalau mars sesekali berlaku seperti venus, begitu juga sebaliknya.

Anonymous said...

Tulisan yg manis :)

Anonymous said...

dalem..bangetttttt

Anonymous said...

😭

No one said...

Jgn membenci masa lalu dan jgn pula tetap mengingatnya.
Hanya jadikan itu dongkrak cadangan utkmu menemukan seseorang diluar sana yg sama2 menunggu menememukan seseorang yg lebih berarti.