Giginya memang tidak setajam pisau Guillotine yang memancung raja Louis XVI di Paris. Tapi giginya sukses menjadi isu yang berhembus kencang bagi para postmo kulit bundar, bisa saja aksi gigitannya adalah bentuk sabotase, emosi yang meledak ledak atau sekedar iseng, atau gemas mungkin? Tentu saja, apapun itu tetap tidak bisa dibenarkan dalam peraturan FIFA, namun kali ini saya mencoba untuk keluar dari terminologi benar dan salah.
Well, Dia adalah pemuda Amerika Selatan biasa yang menjadi bintang dalam pengembaraannya. Menancapkan ketajaman kakinya (bukan saja giginya) di Belanda, Inggris hingga Spanyol dan pada saat tulisan ini dibuat, pemuda ini sedang berada di London Inggris bersama tim nya dari Catalonia bersiap menghadapi Arsenal dalam putaran Liga Champions Eropa. Sebelum ke Spanyol, di Inggris dia adalah momok menakutkan bagi para bek-bek The Big Four. Selain mendapatkan tepuk tangan tentu saja ada cacian. Berapa makian yang dia dapatkan dari pendukung Manchester United (khususnya Helmi -teman saya pendukung MU berat-) ketika dia dituduh melakukan perbuatan rasis kepada Patrik Evra? Atau coba tanyakan pendukung Chelsea saat gigitannya berbekas ditubuh Branislav Ivanovic? Dan yang terakhir coba tanyakan pendukung Italia makian apa yang mereka berikan padanya ketika Chiellini harus meregang akibat gigitannya? El Pistolero manusia normal tapi bagi para pendukung lawannya dia seperti vampire. Barangkali dia memang vampire? Yang merobek robek jala gawang lawan-lawannya tanpa ampun, saya setuju dipoint terakhir.
Sebagai pemuda kelahiran Uruguay, dia tumbuh besar oleh cerita cerita disekelilingnya. Anyway... dia lahir ditahun 1987, atau tiga tahun sejak rezim militer Uruguay lengser setelah pemilu ditahun 1984. Pemuda ini juga ikut berpartisipasi pada pemilu tahun 2009, dimana Jose Mujica mantan gerilyawan beraliran kiri memenangkan pemilihan umum itu dengan mengalahkan kandidat konservatif dari Partai Nasional, Luis Alberto Lacalle. Jose Mujica yang menggemparkan dunia dengan dikenal sebagai Presiden termiskin didunia adalah mantan anggota Tupamaros yang didirikan sejak tahun 1960an sebagai respon dari kemerosotan ekonomi Uruguay kala itu. Tupamaros atau dikenal juga dengan nama lain Movimiento de Liberacion Nacional (MLN: Gerakan Pembebasan Nasional) pada awalnya adalah gerakan yang meminimalisir kekerasan bahkan langkah perjuangan mereka mirip seperti ‘Robin Hood’ dimulai pada permulaan dekade 1960-an di mana pada masa itu, mereka aktif menyerang dan merampok fasilitas-fasilitas bisnis seperti bank, kereta ransum atau gedung milik perusahaan swasta. Hasil rampokan tersebut kemudian dibagi-bagikan kepada penduduk miskin di Montevideo, ibukota Uruguay. Sabotase mereka juga melebar dengan menculik lalu mempermalukan para penyelenggara negara.
Tahun 1967, Uruguay dibawah kendali Presiden Pacheco Areco yang menerapkan kebijakan tangan besi untuk meredam gerakan-gerakan protes, sehingga aparat keamanan Uruguay semakin leluasa dalam melakukan aksi kekerasan dengan dalih menjaga keamanan. Menyusul sikap pemerintah Uruguay dalam meredam aksi-aksi protes yang dianggap semakin brutal, Tupamaros pun semakin meningkatkan intensitas serangannya, utamanya aksi penculikan dan sabotase. Salah satu aksi mereka yang terkenal adalah aksi "pengadilan rakyat" di mana para anggota Tupamaros menculik tokoh politik atau pebisnis untuk diinterogasi sambil direkam, lalu hasil interogasinya (soal pengakuan korupsi) disebarkan ke pusat-pusat keramaian yang memiliki pengeras suara, misalnya di dalam stadion. Bentuk sabotase gerakan ini rasanya hanya ada didalam film namun nyatanya beberapa dekade setelahnya salah satu gerilyawan Tupamaros berhasil menjadi Presiden Uruguay.
Apakah El Pistolero terinspirasi oleh Tupamaros?
Dengan aksi aksi gigitannya yang seakan menyabotase pertandingan pertandingan besar. Liga Premier? Piala Dunia? Saya tidak tahu dan tidak peduli. Sepengetahuanku, dia kelahiran Uruguay negara kecil di Laut Atlantik yang diapit Brazil dan Argentina dimana pada tahun 1864, negara itu menjadi pemantik perang paling kejam di Amerika Selatan yaitu perang Paraguay atau dikenal juga dengan ‘Perang Guerra Dela Triple Alianza” yang melibatkan Uruguay, Argentina dan Brazil disatu pihak dan Paraguay dipihak lain. Perang tersebut adalah perang paling berdarah dalam sejarah Amerika Selatan dan salah satu perang paling mematikan di abad ke-19. Jumlah korban tewas paling besar dipihak Paraguay yang kehilangan 300.000 nyawa rakyatnya alias lebih dari 60% populasi total negaranya. Di pihak lawan, jumlah korban tewas jika ditotal mencapai 100.000 jiwa di mana mayoritasnya adalah orang Brazil.Lupakan soal perang berdarah, sekarang bayangkan Messi, Neymar, Suarez? Mereka adalah manifesto “Guerra Dela Triple Alianza” di masa sekarang. Messi dari Argentina, Neymar dari Brazil dan Suarez dari Uruguay. Perang mereka kali ini bukan untuk menghilangkan nyawa manusia tapi untuk menciptakan gol gol. Jika dahulu lawan mereka adalah Paraguay maka saat ini lawan mereka adalah semua klub sepakbola didunia yang memiliki gawang. Trio MSN ini menjadi trio paling menakutkan dalam sejarah sepakbola modern. Messi sudah tidak bisa diragukan lagi, pun juga Neymar namun Suarez adalah pelengkapnya. Suarez adalah mata rantai yang hilang dan belum ditemukan bahkan Amerigo Vespucci atau Colombus. Suarez baru ditemukan oleh direktur teknik Barcelona saat itu Andoni Zubizareta atas permintaan pelatih Luis Enrique
Well, Suarez memang tidak sepopuler Maradona di Amerika Selatan bahkan dunia. Dia juga tidak punya ambisi mempersatukan Amerika Selatan dalam satu negara seperti Simon Bolevar sang Liberator dari Venezuela. Tapi Luis Suarez adalah momok menakutkan bagi Rio Ferdinand, Smalling, Ramos, Pepe, John Terry dan seluruh bek bek sepakbola dunia. Pemain nomor 9 Barcelona ini menjadi salah satu dari GUERRA DELA TRIPLE ALIANZA. Trio penyerang paling mematikan di abad 20!
Luisito, Suarez! El Pistolero!
Saya selalu percaya bahwa kakimu lebih tajam dari gigimu...
'ditulis 30 menit menjelang kick off Arsenal VS Barcelona'
Artikel Terkait
0 komentar:
Post a Comment