Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Friday, 10 October 2014

Resensi Film Dracula Untold "terkadang pahlawan adalah mereka yang dihujat seperti setan"

Dracula Untold
Sutradara: Gary Shore
Produksi: Universal Picture
Biaya: USD 100 juta




"Terkadang didunia ini, orang-orang tidak lagi butuh pahlawan tapi mereka butuh monster"

 





Ada jutaan kelelawar yang menghancurkan balatentara, ada petir yang menyambar-nyambar ketika satu orang laki laki berlaga dimedan perang dan membunuhi ribuan pasukan. Matahari pun terlambat turun untuk memberi jalan bagi Sang Dracula menuntaskan aksinya. Begitulah, dengan biaya produksi yang mencapai 100 juta dollar, Universal sepertinya tidak mau main main dengan film ini. Efek suara dan tata cahaya yang dibuat maksimal menjadi bukti bahwa film Dracula Untold pantas untuk bertahta di Box Office.
“Kecantikanmu yang tiada tara membuat dunia begitu malu” rayu sang Pangeran.
“Rayuan adalah pengalihan dari kebenaran” jawab Permaisurinya

Film ini mengungkap sisi dramatis Dracula, seorang pangeran yang harus bersekutu dengan iblis demi keluarga dan kemerdekaan bangsanya. Tersebutlah ditahun 1444, ketika kerajaan kecil Transyvalnia berada dalam kekuasaan Turki. Anak anak dinegeri itu dipaksa untuk menjadi bala tentara Turki.
Pangeran Vlad (Luke Evans) yang menjadi penguasa Transyvalnia sebenarnya sudah mengalah, ketika utusan Sultan Mehmed (Dominic Cooper) mengambil upeti kerajaan. Namun semua berubah ketika Turki memaksa Transyvalnia harus menyerahkan 1000 anak dan putra laki lakinya yang bernama Ingretias (Art Parkinson) untuk dibawa ke Turki.
Vlad tidak punya pilihan lain, negosiasinya dengan Sultan Mehmed gagal. Meski istrinya, Mirena (Sarah Gadon) memohon dengan menangis agar putra mereka tak dibawa. Vlad tak bisa menolak keinginan Turki. Dia tahu, Transyvalnia akan hancur jika dia berani melawan.
Dracula Untold bukan saja film tentang monster bengis yang menghisap darah tapi tentang tanggung jawab seorang raja, seorang ayah. Bagaimana pedihnya pangeran Vlad ketika Ingretias putra satu satunya harus dibawa ke Turki. Sayangnya, dalam proses penyerahan itu tiba tiba Vlad berubah pikiran. Tanpa ampun dia membunuh utusan Turki yang akan membawa putranya.
Sultan Mehmed berang, pasukan pun dikirim untuk menghukum kerajaan kecil itu. Vlad tak punya pilihan lain, dia harus mencari cara untuk menyelamatkan kerajaannya.
“kadang kadang didunia ini orang orang tidak butuh pahlawan, mereka butuh monster” kata Vlad dalam film ini.

Diawal film, dibuka dengan perjalanan Vlad ke gunung gigi patah. Tempat Monster Dracula (Charles Dance) bersemayan. Demi bangsanya, Vlad pun harus kembali kesana tapi kali ini bukan sekedar berkunjung. Dia akan bersekutu. Menyerahkan jiwanya agar mendapatkan kekuatan untuk bertahan dari gempuran Turki. Sang Monster memberi dia waktu 3 hari, jika Vlad mampu bertahan tanpa menghisap darah manusia maka dia akan kembali normal. Sayang sekali, kematian Mirena membuat semua tak berjalan sesuai rencana. Dari situlah, kutukan Dracula bermula. Vlad harus meminum darah demi menyelamatkan anak satu-satunya.
Mampukah Vlad menyelamatkan Ingretias yang diculik pasukan Turki?  dan bagaimana Vlad harus memberikan penjelasan kepada rakyatnya yang marah karena dia bersekutu dengan iblis? Apa ada kehidupan lain yang akan mempertemukannya dengan sang istri?

“Kenapa kita harus takut berpisah jika ternyata kita telah dipertemukan dikehidupan sebelumnya”










Resensi Film: Annabelle "ini bukan film horor, tapi lebih konyol dari film drama"

Annabelle
Sutradara: John Leonetti
Produksi: Warner bro's 2014
Biaya USD 5 juta



Salah jika kalian mengira bahwa Film Annabelle akan sama atau melebihi seremnya The Conjuring. Salah banget! saya pun harus membuang ekspetasi itu ditong sampah.
Annabelle yang diproyeksikan sebagai spin off dari The Conjuring malah terkesan sekedar mendompleng kesuksesan film yang disutradarai James Wan itu.
Tagline di poster film yang bertuliskan Before Conjuring there was Annabelle itu terdengar seperti pepesan kosong. Saya tidak menemukan benang merah antara The Conjuring dan Annabelle. Barangkali, karena di film ini James Wan hanya berperan sebagai produser? Entahlah.
Film ini mengajak kita mundur di tahun 70an di California, ketika sepasang suami istri: Mia (Annabelle Wallis)  dan John (Ward Horton) sedang mencoba menikmati kehidupan pernikahan mereka. Teror dimulai saat John memberikan Mia hadiah boneka bergaun putih. Entah bagaimana kehadiran boneka tersebut malah mengakibatkan hal hal yang aneh, dimulai dari tetangga yang kerasukan hingga terjadi pembunuhan lalu rumah mereka kebakaran dan memaksa keluarga kecil itu berpindah tempat tinggal.
Tempat tinggal baru Mia dan John adalah sebuah apartemen tapi teror tidak berhenti malah makin bertambah. Boneka yang telah dibuang John tiba tiba muncul kembali. Mia belum mengetahui jika sumber dari kengerian itu justru boneka yang diletakan dikamar bayi perempuan mereka.
Well, ada banyak  kejanggalan dalam Annabelle misalnya apa hubungan sekte Charles Manson yang ditampilkan diawal-awal film dengan Mia dan John? Jika Annabelle adalah prequel dari The Conjuring, mengapa sepasang paranormal pemburu hantu Ed dan Lorainne Warren yang dulu diperankan Patrick Wilson dan Vera Farmiga tidak dimunculkan difilm ini? Alasan apa yang mendasari hingga Evelyn (Alfre Woodard) harus mengorbankan nyawanya demi Mia diakhir film?
Narasi yang dibangun dalam film ini sangat gamblang, konflik pun datar dan cenderung mudah ditebak. Darah, teriakan ketakutan yang biasanya ditampilkan maksimal dalam film film horor sangat minim difilm ini. Saya sendiri harus mengatakan bahwa film film horor buatan rumah produksi abal abal pun masih jauh lebih ‘nyeremin’.  Annabelle adalah film horor paling buruk yang pernah saya nonton dibioskop. Dibandingkan The Counjuring dengan budget 17 juta Dollar, biaya untuk film Annabelle hanya 5 juta dollar memang jauh lebih murah. Hanya saja, itu tidak bisa dijadikan pembenaran. John Leonetti sepenuhnya gagal memaksimalkan prequel dari The Conjuring ini. Lantaran kesan horor dalam film sangat biasa, seorang temen bahkan sinis mengatakan kalau Annabelle itu bukan film horor tapi film drama. Astaga!




Thursday, 9 October 2014

Resensi Film: The Maze Runner

Film The Maze Runner
Sutradara: Wes Ball
Produksi: Twentieth Century Fox 2014
Biaya: USD 34 juta

Bayangkan, bagaimana jika sejauh mata memandang hanya tembok tinggi yang membatasi kita dari dunia luar. Memenjarakan kita dari kenyataan, menjauhkan kita dari kebebasan bahkan impian kita berada dalam kontrol orang lain. Pasti ada jalan keluar dari itu, ada rahasia yang harus diungkap.



Paling tidak, begitulah pesan dalam Film The Maze Runner. Meski sampai diakhir film, saya masih bingung apa yang membuat Thomas (Dylan O'Brien) begitu istimewa. Saat dia pertama kali tiba tiba muncul dan bergabung bersama anak anak lain di Glade. Seperti yang lain, Thomas juga kehilangan ingatan dengan berbagai macam pertanyaaan, kenapa dia ada disini? Dari mana dia datang? Siapa dirinya?
Pada saatnya, Thomas harus meyakinkan Alby (Aml Ameen) sang pemimpin kelompok bahwa mereka tidak bisa selamanya berada dalam labirin.

Film ini diangkat dari novel karya James Dashner, kisah tentang para remaja yang tersesat dalam labirin lalu mencoba untuk keluar dari dunia kecil yang mereka sebut Glade, sayangnya tempat tersebut dibatasi oleh tembok menjulang dengan pintu yang terbuka saat matahari terbit dan tertutup saat matahari terbenam. Yang membuat film ini menjadi dramatis , didalam labirin tersebut hidup beberapa monster mengerikan yang mereka sebut Griever. Monster yang tidak akan membiarkan mereka keluar begitu saja.

Tentu, untuk keluar tidak semudah seperti rencana Thomas apalagi ketika Alby disengat Griever dan Gely (Will Poulter) mulai menunjukan prilaku yang tidak bersahabat.
Bersama Minho (Ki Hong Lee) ketua kelompok pelari, Thomas mencoba mencari cara agar keluar hingga akhirnya Minho  menunjukan peta labirin yang mereka coba susun selama tiga tahun.
“ Hampir tidak ada jalan keluar” desis Minho pesimis.
“ Mengapa kamu tidak memberi tahu yang lain” tanya Thomas.

Minho hanya diam lalu mengatakan bahwa  Alby sang pemimpin sudah mengetahuinya. Justru Alby melarang Minho untuk mengatakan kepada yang lain agar tidak membuat mereka kehilangan harapan.

Pada dasarnya film ini adalah teka teki tentang harapan. Saat kita mulai terbiasa dengan keadaan, dunia yang terlihat dan orang orang yang datang hanya itu-itu saja. Kehidupan berlangung sebagaimana adanya, waktu berjalan cepat hingga kemunculan Teresa (Kaya Scodelario) -gadis pertama yang ada dilabirin sekaligus yang terakhir datang. Kehadirannya membuat semua makin sulit bagi Thomas. Apalagi ketika pertama kali terbangun dari dalam kotak, Teresa menyebut nama Thomas.
Film ini seperti memberi pesan agar kita terus berjuang untuk sesuatu yang kita percayai. Berani berbuat atau selamanya terpenjara, tentang harapan yang tidak boleh putus dan rahasia yang melingkupi labirin. The Maze Runner seakan kembali melanjutkan kesuksesan film film lain yang diangkat dari novel, seperti pendahulunya Twilight, Divergent, The Fault In Our Stars yang juga sukses merajai Box Office.

Well, Berhasilkah Thomas membebaskan mereka dari labirin? Apakah impian Chuck (Blake Cooper) untuk memberi cenderamata pada orang tua yang tidak pernah dia ketahui akan terlaksana? Mampukah para remaja itu mengalahkan Griever demi melihat dunia luar? Siapa mereka semua? Dan alasan apa yang membuat mereka harus tersesat didalam labirin?
Wes Ball Sang Sutradara The Maze Runner seakan berteriak kencang. Dude, do something! Die trying or nothing at all.

Thursday, 25 September 2014

Resensi Film: Good People

Good People
Sutradara:  Henrik Ruben Genz
Produksi:    Millennium Entertainment


Cobalah pikirkan ketika hidup menjadi begitu sulit dengan tagihan yang terus datang, kartu kredit, cicilan rumah,cicilan kendaraan dan sebagainya. Tiba tiba setumpuk uang seperti jatuh dari langit. Peduli setan, uang itu berasal dari mana? Toh,  ada didalam rumah, tepat didepan mata. Uang yang mampu menyelesaikan semua permasalahan.
Mungkin seperti itu pesan dalam film ini.



Tom Wright (James Franco) dan Anna Wright (Kate Hudson) adalah pasangan muda yang belum begitu lama tinggal di London. Dikejar utang dengan resiko kehilangan rumah membuat pasangan ini seperti pupus harapan.
Kondisi tersebut berubah ketika Tom mendapati penyewa dilantai bawah rumah mereka terbunuh dan meninggalkan uang yang cukup banyak. Antara melaporkan kepada polisi atau tidak, Tom memilih untuk menyimpan uang tersebut. Uang yang akhirnya membawa pasangan itu pada petualangan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Dikejar penjahat paling keji di London.
Pada akhirnya film ini hanyalah film biasa, tidak memiliki keistimewaan seperti film film bergenre yang sama. Kehadiran Kate Hudson tak banyak menolong. Meski akting perempuan kelahiran ,,,, ini cukup ciamik. Sayang, tak ada kejutan apa apa dialur cerita.
Saya tak paham mengapa Henrik Ruben Genz bisa menduetkan Kate Hudson dan James Franco difilm ini. Sangat tidak cocok.