
Giginya memang tidak setajam pisau Guillotine yang memancung raja Louis XVI di Paris. Tapi giginya sukses menjadi isu yang berhembus kencang bagi para postmo kulit bundar, bisa saja aksi gigitannya adalah bentuk sabotase, emosi yang meledak ledak atau sekedar iseng, atau gemas mungkin? Tentu saja, apapun itu tetap tidak bisa dibenarkan dalam peraturan FIFA, namun kali ini saya mencoba untuk keluar dari terminologi benar dan salah.
Well, Dia adalah pemuda Amerika Selatan biasa yang menjadi bintang dalam pengembaraannya. Menancapkan ketajaman kakinya (bukan saja giginya) di Belanda, Inggris hingga Spanyol dan pada saat tulisan ini...