Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Tuesday 9 January 2001

Jika kau harus pergi, jangan mengenangku sebagai pecundang!


Pagi ini hanya tidur beberapa jam tanpa sadar matahari mulai mengintip menertawai segala gundah dan lingkaran pucat kurang tidur dibawah mata. Ada banyak kesal, amarah, sesak yang menyatu dalam rasa bersalah. Kadang kadang ingin memaki diri sendiri demi untuk menebus semua kata yang terucap tanpa malu. Manusia begitu sulit untuk bisa lepas dari masalalu, moment yang menyerupai ikatan pararel hingga membentuk gumpalan karakter. Bagiku seperti hukuman! begitu fana karena kebodohan-kebodohanku sendiri, hasrat yang tak mampu kukendalikan juga tekanan-tekanan impersonal dan akhirnya membuatku terduduk dengan emosi yang begitu labil.

Harusnya kunikmati waktu libur ini dengan indah, sekedar melumerkan kepenatan, mencari inspirasi baru tanpa target-target dari kertas yang akhirnya kuselesaikan malam tadi, sayangnya tragedi pagi kemaren terlalu gila untuk terlepas dari ingatan. Adalah sesuatu yang pasti bahwa diriku sendiripun hilang dalam kemarahan. Mengapa? Harusnya itu tak terjadi bukan? Seharusnya ada banyak kebijaksanaa yang bisa kupetik dari pengalaman-pengalamaku dahulu, bodohnya itu tidak juga mampu meredakan kelabilanku! Tanpa ampun kumuntahkan semua kata itu dan ironisnya harus terucap pada orang yang ternyata begitu baik. Apa yang bisa mengembalikan waktu untuk melebur agar tak pernah ada tragedi itu. Gak ada! Sakit hati itu sudah tertancap dan tak mungkin memperbaiki semuanya hanya dengan kata maaf.

Bisa saja semua itu terindahkan tanpa harus diperdulikan dengan lebih baik menikmati kopi pagi, mendengarkan musik, Kupikir terlalu sulit! saat menyadari kita menyakiti orang lain itu lebih menyiksa dari kita yang harus tersakiti. Perasaan bersalah tak mampu melawan ombak!

Saya tidak berharap kau membaca ini kawan!

Saya hanya berharap pun jika kau harus pergi, jangan mengenangku sebagai pecundang dan ketika tadi kukatakan “maafkan saya” itu terucap dengan tulus tanpa alkohol…

Jika kita bisa memulainya lagi dari awal tentu akan sangat menyenangkan bagiku dan bisa menjadi pembuktianku bahwa tak seperti itu harusnya yang terjadi, masih ada nilai-nilai yang mampu membersihkan semua kepicikan itu, agar bisa kuperlihatkan bahwa diriku pun tak sehina itu, tak seperti kontruksi yang mulai terbangun dibenakmu, apakah ada waktu menebus kebodohan-kebodohan itu?? Mungkin saya memang tak pernah bisa menjadi orang baik – namun percayalah! Setiap saat’ kucari cara bagaimana menjadi bijaksana.. jika kau tau caranya’ ajarin saya untuk itu!










Artikel Terkait

0 komentar: