gempita menghunus sunyi; meluber bersama gairah dingin alkohol...
dengan ini, ku acungkan jari tengahku untukmu, untuk moralitas, untuk kontruksi sosial dunia modern, untuk para maharaja yang berlindung dibalik jubah kebesarannya, untuk semua hirarki dan ketidakadilan dibumi! semua itu layaknya celana dalam, yang tidak pernah bosan untuk selalu kutelanjangi....
----------000000000000---------------------------
malam ini; berjuta-juta kata mendesak alam bawah sadarku hingga akhirnya kutuliskan lagi semua ini dan kadang-kadang aku berharap ini tidak lagi kubaca. terlalu membosankan tapi kemarahan membuatku harus menengok kembali lembaran kalimat ini dan memaknainya sebisa mungkin. aku tahu, semua ini tidak punya arti apa-apa bagimu pun untukku semua hambar, setawar roti yang kucicipi pagi tadi' jika ada yang bisa kukenang mungkin hanya sepenggal harapan didadaku. sesuatu yang menjadi moment penting malam ini setelah gelas-gelas berbusa tamat ditenggorokanku. dunia yang munafik ini, seakan tak pernah bosan membangun tembok pemisah antara aku dan kamu yang beberapa abad lalu hanya pondasi tapi kini' tembok besar itu berdiri dengan angkuh dan membatas langkahku untuk memelukmu. tembok yang juga tak pernah letih kucoba hancurkan dengan lagu-laguku.
hey...putri mahkota yang manis, gadis binal yang bersembunyi dibalik etika! kau yang malam ini datang menyapa rinduku lagi, barangkali, kau terlalu luarbiasa untukku, kebrengsekan sosial dunia modern telah membatasi wilayah antara kita, mendeklarasikan perbedaan abstrak antara kaya dan miskin, antara kemapananmu dan anti sosialku, duniamu mewah dengan segala pernak-perniknya dan duniaku indah dengan semua petualangan, kau menjulang diantara tahta sang raja tapi aku melayang; merdeka dan bebas dijalanan...
aku bahagia, kamu tidak!! tapi aku tidak pernah menawarkan pembebasan ditelingamu, dan kuyakin kamu tahu, kebencianku pada hukum hampir sama dengan kemuakkanku pada manusia-manusia yang masih percaya akan pahlawan, bagiku, hidup ada ditangan kita sendiri bukan orang lain, rintihanmu dengan slogan suci laki-laki harus menjadi penopang untuk perempuan semakin terdengar konyol namun aku menyayangimu dan itu lebih mendekati kebenaran dari pada segala isi kitab suci agama-agama didunia.
tokh.. percuma, ini hanya elegi bagimu, tak ada masa depan katamu, tak bisa maju, tak bisa mengenyangkan perutmu!! aku hanya seperangkat otak kecil yang nakal dan tak pernah bisa untuk dijadikan sandaran. logikamu mementahkan semua ucapanku, menyayangimu itu indah tapi penghakimanmu hampir lebih mengerikan dari kematian...barangkali sisa hujan kemarin yang dihisap tanah-tanah pusaka usai semedi senja telah rebah kembali ke rahimmu dan hidupmu bagai air mengalir yang entah kemana namun yang pasti disitu tak akan ada aku! dan setelah ini, setelah tragedi ini, kemarahanku pada dunia tidak lagi bersifat universal tapi telah kujadikan kebencian personal dan ini akan terus menyalakan api sepanjang umurku. tidak ada lagi yang perlu kita selamatkan, tidak ada! sudah tak ada yang bisa kau redakan, semua mereda dengan sendirinya, bahkan geramku hilang di sudut senyummu, kepalanku lumer dalam suaramu, ketulusanku menjebakku hingga aku tersungkur. menguap pelan dibibir pagi dan saat aku terbangun' aku mengerti, ini bukan salahmu! dunia dan segala ketidakbecusan ini adalah karena sistem yg miris, nyanyian-nyanyianmu yang berujud angin kini berbelok di atas persimpangan yang akan dipilih oleh seorang lelaki untuk upacara kematiannya' semoga itu bukan aku!! aku tidak membencimu atas ini, semua orang berhak menuliskan sejarahnya, kau mengabaikanku dan itu hakmu untuk memilih dengan siapa nanti kau menghabiskan sisa umurmu, semua ini bahkan semakin membuatku bergairah untuk terus merobohkan tembok-tembok yang masih tersisa. kupindahkan perasaanku ke dalam cawan, itu lebih menjanjikan dari air suci dari surga, tegukkan pertama adalah tarikan nafasku yang rebah dilidahmu, ditenggorokan globalisasi dan aku berharap aku kuat untuk melakukan sesuatu, terimakasih untukmu yang memberi andil pada kehancuran yang akan kuciptakan, tunggulah!! karena dalam warna jingga dan lembut pelangi' aku akan menjaring matahari...
”Sudah terlalu lama kita ditindas dan para pemilik modal melenggang begitu saja darinya. Mereka memenangi perang kelas dan bahkan mereka tidak mendapat kerugian. Mereka berjaya didepan batang hidung kita sendiri. kita harus bertarung dengan kejam dan kotor, alih-alih melakukan aktifitas politik normal: demonstrasi, arak-arakkan yg menjemukan, petisi dsb’ KITA HARUS MEMBUAT KEBENCIAN KITA MENJADI KEBENCIAN PERSONAL. ‘Rubuhkan system” dan slogan-slogan dungu kaum kiri lainnya tidak punya realitasnya. System ini tidak punya eksistensi riil diluar individu, Tidak ada!! Kapitalisme tanpa kaum kapitalis' bahkan andai kita hancurkan property mereka, perusahaan asuransi tinggal menggantinya. Kita harus menggeser serangan kewilayah-wilayah tempat mereka tidak begitu mudah terlindungi. BIARKAN MEREKA TAHU’ SEPERTI APA RASANYA BERADA DISISI PENERIMA PERUBAHAN.
*Class War Federation- London 1985
dengan ini, ku acungkan jari tengahku untukmu, untuk moralitas, untuk kontruksi sosial dunia modern, untuk para maharaja yang berlindung dibalik jubah kebesarannya, untuk semua hirarki dan ketidakadilan dibumi! semua itu layaknya celana dalam, yang tidak pernah bosan untuk selalu kutelanjangi....
----------000000000000---------------------------
malam ini; berjuta-juta kata mendesak alam bawah sadarku hingga akhirnya kutuliskan lagi semua ini dan kadang-kadang aku berharap ini tidak lagi kubaca. terlalu membosankan tapi kemarahan membuatku harus menengok kembali lembaran kalimat ini dan memaknainya sebisa mungkin. aku tahu, semua ini tidak punya arti apa-apa bagimu pun untukku semua hambar, setawar roti yang kucicipi pagi tadi' jika ada yang bisa kukenang mungkin hanya sepenggal harapan didadaku. sesuatu yang menjadi moment penting malam ini setelah gelas-gelas berbusa tamat ditenggorokanku. dunia yang munafik ini, seakan tak pernah bosan membangun tembok pemisah antara aku dan kamu yang beberapa abad lalu hanya pondasi tapi kini' tembok besar itu berdiri dengan angkuh dan membatas langkahku untuk memelukmu. tembok yang juga tak pernah letih kucoba hancurkan dengan lagu-laguku.
hey...putri mahkota yang manis, gadis binal yang bersembunyi dibalik etika! kau yang malam ini datang menyapa rinduku lagi, barangkali, kau terlalu luarbiasa untukku, kebrengsekan sosial dunia modern telah membatasi wilayah antara kita, mendeklarasikan perbedaan abstrak antara kaya dan miskin, antara kemapananmu dan anti sosialku, duniamu mewah dengan segala pernak-perniknya dan duniaku indah dengan semua petualangan, kau menjulang diantara tahta sang raja tapi aku melayang; merdeka dan bebas dijalanan...
aku bahagia, kamu tidak!! tapi aku tidak pernah menawarkan pembebasan ditelingamu, dan kuyakin kamu tahu, kebencianku pada hukum hampir sama dengan kemuakkanku pada manusia-manusia yang masih percaya akan pahlawan, bagiku, hidup ada ditangan kita sendiri bukan orang lain, rintihanmu dengan slogan suci laki-laki harus menjadi penopang untuk perempuan semakin terdengar konyol namun aku menyayangimu dan itu lebih mendekati kebenaran dari pada segala isi kitab suci agama-agama didunia.
tokh.. percuma, ini hanya elegi bagimu, tak ada masa depan katamu, tak bisa maju, tak bisa mengenyangkan perutmu!! aku hanya seperangkat otak kecil yang nakal dan tak pernah bisa untuk dijadikan sandaran. logikamu mementahkan semua ucapanku, menyayangimu itu indah tapi penghakimanmu hampir lebih mengerikan dari kematian...barangkali sisa hujan kemarin yang dihisap tanah-tanah pusaka usai semedi senja telah rebah kembali ke rahimmu dan hidupmu bagai air mengalir yang entah kemana namun yang pasti disitu tak akan ada aku! dan setelah ini, setelah tragedi ini, kemarahanku pada dunia tidak lagi bersifat universal tapi telah kujadikan kebencian personal dan ini akan terus menyalakan api sepanjang umurku. tidak ada lagi yang perlu kita selamatkan, tidak ada! sudah tak ada yang bisa kau redakan, semua mereda dengan sendirinya, bahkan geramku hilang di sudut senyummu, kepalanku lumer dalam suaramu, ketulusanku menjebakku hingga aku tersungkur. menguap pelan dibibir pagi dan saat aku terbangun' aku mengerti, ini bukan salahmu! dunia dan segala ketidakbecusan ini adalah karena sistem yg miris, nyanyian-nyanyianmu yang berujud angin kini berbelok di atas persimpangan yang akan dipilih oleh seorang lelaki untuk upacara kematiannya' semoga itu bukan aku!! aku tidak membencimu atas ini, semua orang berhak menuliskan sejarahnya, kau mengabaikanku dan itu hakmu untuk memilih dengan siapa nanti kau menghabiskan sisa umurmu, semua ini bahkan semakin membuatku bergairah untuk terus merobohkan tembok-tembok yang masih tersisa. kupindahkan perasaanku ke dalam cawan, itu lebih menjanjikan dari air suci dari surga, tegukkan pertama adalah tarikan nafasku yang rebah dilidahmu, ditenggorokan globalisasi dan aku berharap aku kuat untuk melakukan sesuatu, terimakasih untukmu yang memberi andil pada kehancuran yang akan kuciptakan, tunggulah!! karena dalam warna jingga dan lembut pelangi' aku akan menjaring matahari...
”Sudah terlalu lama kita ditindas dan para pemilik modal melenggang begitu saja darinya. Mereka memenangi perang kelas dan bahkan mereka tidak mendapat kerugian. Mereka berjaya didepan batang hidung kita sendiri. kita harus bertarung dengan kejam dan kotor, alih-alih melakukan aktifitas politik normal: demonstrasi, arak-arakkan yg menjemukan, petisi dsb’ KITA HARUS MEMBUAT KEBENCIAN KITA MENJADI KEBENCIAN PERSONAL. ‘Rubuhkan system” dan slogan-slogan dungu kaum kiri lainnya tidak punya realitasnya. System ini tidak punya eksistensi riil diluar individu, Tidak ada!! Kapitalisme tanpa kaum kapitalis' bahkan andai kita hancurkan property mereka, perusahaan asuransi tinggal menggantinya. Kita harus menggeser serangan kewilayah-wilayah tempat mereka tidak begitu mudah terlindungi. BIARKAN MEREKA TAHU’ SEPERTI APA RASANYA BERADA DISISI PENERIMA PERUBAHAN.
*Class War Federation- London 1985
Artikel Terkait
0 komentar:
Post a Comment