Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Monday 18 January 2010

CERITA DALAM KARDUS …


Aku ingin menulis tentang kenangan, tentang pengalaman, tentang ingatan lama yang hampir usang di sudut memory barangkali sebentar lagi lapuk di almari ingatan berdebu, tentang sepenggal kisah yang hadir sesaat, pernah membekas, pernah begitu hidup dan pernah hilang…



Tulisan ini di mulai sore tadi, ketika aku sudah hampir sudah tidak punya ide untuk melakukan apa-apa, saat rasa bosan yg sentimentil hadir menyapa dinding kamar yg diam, lalu ada selimut dan bantal guling, tempat sembunyi terindah dari cuaca dingin akibat sisa hujan pagi yang masih membekas di atap kamarku. Jenuh!! Moment itu mengambil durasi terbanyak hari ini, sementara inspirasi untuk mencipta tak jua hadir, barangkali tubuhku menginginkan ranjang untuk bertemu mimpi yang lupa kusapa semalam. Aku mencoba untuk tidur meski hari sudah hampir gelap, hari ini benar-benar membosankan!! Seharian berita TV hanya mengupas tentang skandal century, selain radio yang memutar musik yang itu-itu saja, sedangkan untuk melakukan kesenangan berfesbuk ria, aku agak malas, selain karena lemotnya loading computerku juga suasana kamar yang mulai kusadari tak lagi kondusif, karpet dan rak-rak buku telah begitu banyak menyimpan debu. (aku lupa, kapan terakhir membersihkan lemari buku ini) Ketika kesadaran itu muncul, akhirnya rasa kantuk sekejap hilang!! Bergegas ku bersihkan rak-rak bukuku berlomba dengan matahari yang mulai malu-malu turun dari tahtanya. Sepertinya’ senja tak akan kunikmati di beranda, terlalu banyak buku dan kotak kardus yang harus kelepaskan dari jaring laba-laba yang ternyata sudah mendirikan imperium nya lama sekali…
Setengah jam waktu yang kubutuhkan sebelum kotak kardus berwarna putih yang mulai pudar di makan usia menampar sudut mataku, anehnya’ aku sudah lupa isi didalamnya, kotak ini sudah tak pernah kubuka bahkan sejak aku belum menetap dikamar ini- yeaah!! Ketika kubuka: didalamnya aku menemukan tiga buku diaryku yang pernah kunyatakan hilang, didalamnya juga tersimpan foto-foto lama dan beberapa lembar teks surat berwarna biru langit dengan title “The Story of Courteous Girl VS Naughty Boy” dan dalam tiga detik,dadaku sesak, mataku luruh kesudut yang tak lagi kubisa kuraba, ingatanku melayang menembus waktu ditahun 2003!!



Ini bukan tentang kalian yang pernah duduk manis di hari-hariku, ini tentang seseorang yang lupa ku sisir dirambutku, tentang seseorang yang hampir hilang di dalam kotak kardus, tentang seorang sahabat…


Denpasar, Pecalang dan Langit malam...



Pada agustus 2003, sebuah organisasi mahasiswa yang dipayungi institusi besar dinegeri ini, mengadakan muktamar di denpasar bali, aku bukan bagian dari organisasi itu, secara kebetulan kakak sepupuku aktif disana dan cukup punya peran penting di organisasi itu, karena aksesnyalah, hingga aku dipercaya untuk membuat lirik lagu dan notasi nada untuk dijadikan “mars lagu” pada pembukaan acara. Aku dibiayai kesana, fasilitas penginapan, akomodasi serta transportasi ditanggung panitia. Waktu itu aku belum begitu peduli dengan tetek bengek isme-isme dan segala varian2nya, bagiku: satu lagu untuk menebus liburan kebali…’its not big deal! (kapan lagi kebali gratis?? Hehe…) tapi aku tidak ingin membahas tentang organisasi atau benturan-benturan ideology didalamnya, bukan karena sekarang aku menolak organisasi tapi ada kisah indah tersimpan disana, yang terlalu manis untuk dilupakan, kisah yang biru tentang langit-langit malam di bali, tentang pantai kuta, tentang turis-turis telanjang, tentang suasana senja di jalan renon denpasar juga tentang seraut wajah manis yang kukenal disana….
Muktamar itu diadakan di auditorium kampus Universitas Udayana dan aku menginap di sebuah penginapan yang tak jauh dari lokasi acara. Aku diberi ID card yang bertugas sebagai sie acara panitia, otomatis aku berangkat seminggu sebelum kegiatan dimulai untuk berkordinasi dengan panitia daerah dan mempersiapkan lagu yang akan dinyanyikan oleh kelompok paduan suara local…
Beruntungnya aku, laguku tidak jadi di jadikan ikon acara (mars muktamar) karena perwakilan dari kota Malang sudah duluan mengirimkan lagu lengkap dengan not balok dan telah disosialisasikan di sana, lagu yang kubuat hanya akan di jadikan pelengkap pada sesi penutupan dan akan dibawakan oleh perwakilan dari Jakarta yang selama ini sudah sering mereka nyanyikan sebelum aku berangkat kesini. Fakta ini, kemudian menguntungkanku karena aku tidak perlu repot-repot berkordinasi dengan panitia local, yeah!! Akhirnya’ aku bisa menikmati kota denpasar dengan leluasa…!!
Hari pertama kulewati dengan mencoba berbaur dengan situasi, melihat-lihat, mengamati juga berusaha mengenal beberapa orang, di hari kedua pun demikian!!
Pada hari ketiga’ aku mengenalnya….
Dia wanita yang sangat menarik dan kebetulan, dia juga bukan bagian dari organisasi itu. menurut ceritanya, dia hanya membantu kawannya yang kebetulan panitia local di bali. Dia tinggal di daerah tuban denpasar dan kuliah di salah satu universitas swasta di bali. Karena bukan bagian dari organisasi itu, maka kami pun tidak terikat secara administrasi dengan panitia acara. Aku sering menghabiskan waktu bersamanya, berjalan-jalan atau sekedar ngobrol, dia seperti gambaran umum masyarakat minoritas di bali. Pasca ledakan bom di legian sedikit banyak juga memberi imbas pada kehidupan disana. Aku sering bertanya padanya tentang pohon-pohon besar yang diberi kain berwarna hitam putih disepanjang jalan yang kami lewati dan dengan bahasa yang lugas di menjelaskan padaku semua yang ingin kuketahui. Hanya dua minggu waktu yang kami punya untuk dekat dan menjadi sahabat… yeah!! Dia hanya kawan, meski ku akui, aku kagum dengan sikap, pola pikir juga pesona yang tersirat jelas di wajah manisnya. Beberapa teman mengira kami telah berhubungan lebih serius karena seringnya kami menghabiskan waktu berdua. aku sudah hampir lupa moment-moment saat itu, beberapa yang tertulis jelas di buku diaryku saja yang masih bisa kuraba, pernah sekali kami di bentak oleh petugas adat (pencalang) karena bernyanyi agak keras di tengah malam, akhh!! Aku lupa.. benar-benar lupa! Tiga hari menjelang acara selesai kami sempat menghabiskan waktu di pelataran robinson mall denpasar, duduk bersama kawan-kawan yang lain (ironisnya: semua yang ada malam itu pun sudah tak lagi ku ingat, nama dan mereka sekarang dimana) yang kuingat hanya tentang langit, tentang bintang-bintang dan obrolan-obrolan kecil kami. Mall sudah tutup jadi kami hanya duduk dipelatarannya menjelang tengah malam selesai. Akhh!! manis sekali untuk dilupakan…
Setelah penutupan acara’ aku tidak sempat menemuinya’ meski untuk mengucapkan selamat tinggal, sempitnya waktu karena jadwal keberangkatan ke Jakarta sudah ditentukan hari itu juga, memaksaku bergegas dan lupa. Belakangan kuketahui’ dia menunggu di lapangan parkir hotel, ketika kendaraan yang mengantar rombongan kami pulang ke Jakarta aku memang sempat melihatnya duduk dibelakang setir mobilnya…
Selepas itu, komunikasi kami tidak terputus seketika meski juga tidak intents, hingga 7 bulan setelahnya, dia menemani kakaknya yg kebetulan melakukan operasi kesehatan di Jakarta. Kami pun berjumpa lagi namun hanya berdurasi setengah jam berhubung 3 jam berikutnya’ dia harus mengejar pesawat, setelah ini, komunikasi kami mulai tersendat, hanya sekedar kartu pos (berisi ucapan selamat ulang tahun dan gelang-gelang kecil) dia juga pernah beberapa kali menelponku namun tragisnya: handphoneku hilang dan semua nomor pun ludes, Kami pun lost contact… !!!
Aku sudah benar-benar lupa hingga kotak kardus berwarna putih ini mengingatkanku lagi padanya, seorang temen yang pernah dekat, pernah kukenal tapi tak lagi ku ketahui dimana. Barangkali saat ini’ dia terikat dalam kontruksi pernikahan dengan seorang laki-laki yang memberinya bayi mungil yang lucu, entahlah… aku tidak bisa menerka! Akh, sudahlah! Aku merasa malam ini indah karena tlah berhasil menelanjangi memoryku’ salam manis untukmu kawan’ dan panjang umur, peluk hangat utk 7 tahun yang lalu…

Ini hanya tentang kenangan, yang barangkali semua orangpun pernah mengalaminya, Simpanlah kenangan mu kawan karena kenanganlah yang menjadikanmu seperti hari ini…
Artikel Terkait

0 komentar: