Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Friday, 19 March 2010

HALTE SALEMBA *ketikasenyummutaklagidisini...







karena tak ada yang lebih indah darimu, maka ini kubawakan cermin untukmu, memimpikan air tidak akan menghilangkan rasa haus, ketika datang ke gunung buatlah suara indah karena bunga-bunga dan pepohonan tak akan mekar di musim gugur......

(Arr Rumi)




(Review I)


Materi di kelas filsafat waktu itu, apa yaa?? Hmm… sepertinya membahas Heidegger atau barangkali origin speciesnya Darwin, duhh… Gw lupa! yang bisa gw pastikan’ lo memakai kemeja berwarna pink dengan syal di leher dan gw memakai kaos berwarna hitam yang bertuliskan “boikot pemilu dan berontak bersama kami” hehehe… tulisan itulah yang membuat kita jadi dekat karena setelah membaca tulisan itu, elo berani menyapa gw hingga kita terlibat dalam pembicaraan akrab dan esoknya lo ngajak gw demo! Haha, Tau gak lo’ Sebenarnya gw sering nyuri-nyuri pandang sama elo lagee’ sejak awal masuk cuma tengsin aja bila mau kenalan duluan.. .hehehe!

Itu dulu, waktu gw nulis lagu tentang gadis manis pemilik rosario beberapa tahun lalu, ada kisah lain terselip di sana, lagu ini gak pernah selesai meski tiga botol beer tergeletak di sisi meja, tak sangka kita jumpa lagi, akhirnya gw ambil gitar dan pena lalu melanjutkan lagu ini, tak perlu selesai seluruhnya, hanya agar dia tahu, kalo lagu ini masih tentang dia juga tentang sebuah halte disalemba…


SCENE 1


Ingat gak…
“tunggu aku jam 6 sore di halte UI salemba” itu ucapmu di telepon siang itu. Sumpah mati!! Gw berjingkrak kegirangan seperti mendapat tiket gratis konser AC/DC.. hahaha’ gw udah membayangkan, nongkrong di sisi jalan sambil makan nasi goreng pedas, bercerita kita tentang apa saja! Menyenangkan….
Seharian itu gw merasa alam semesta berpihak sama gw dan bayangan elo tetap aja membekas meski selimut malam datang, saat tertidur gw masih saja tersenyum dan malam itu gw bermimpi, Janis Joplin datang lalu menaburkan bunga di dalam kamar.
Esoknya…
hujan keras gak henti di atap kamar, Jakarta oh Jakarta, setengah gila, gw phobia akan janji kita! Duh.. kenapa hujan gak berhenti-henti’ bisa batal nieh! Aow! Hehehe…
Gw kutuk hujan, awan, dan mendung! Biarin aja Jakarta banjir besok, gw rela, hancurin isi kamar gw juga istana presiden. Persetan!! asal jangan hari ini, please…
jam 3 lebih sedikit, hujan mendadak berhenti!
then..
jam 6 kurang 15 menit gw udah di halte salemba!
Sebuah bis muncul dari arah selatan, lo datang tepat jam 6! Switer bergaris-garis putih mendekap tubuhmu, senyum manis riang disana meski sisa-sisa kelelahan jelas tergambar di dahimu yang bersih, waktu serasa berhenti saat kugenggam tangan elo! “ udah lama nunggu” itu katamu, garis-garis tipis dibibir mu selaras dengan warna senja! Lo cantik banget…


(Review II)


Gramedia di daerah matraman paling sering gw kunjungin, toko buku itu pernah menjadi tempat favorit untuk menjumpai elo, pun saat-saat terakhir sebelum kisah ini berakhir tanpa titik, waktu itu’ gw jemput elo disana dan dengan bajaj kita menyusuri manggarai menuju sebuah LSM di tebet, meski pengap suara knalpotnya memekakan telinga, masih juga gw membual tentang musik rock… hahahaha! harusnya gw genggam tangan elo yaa! Waktu itu elo berkemeja putih seperti peri dari kayangan….

Ini dulu’ waktu gw nulis esay tentang gadis manis pemilik rosario’ dia anggun seperti bintang pagi, diantara gemerlap jakarta’ dia malah lebih bercahaya dengan segala kesederhanaan yang ada, waktu itu musim hujan dan kota ini tak henti di guyur hujan, esay ini seharusnya gak pernah selesai meski dua botol vodka tumpah ditenggorokan gw, ini masih tentang dia dan hanya tentang dia….



SCENE 2


Basa-basi sebentar lalu gw ngajak lo nongkrong di warung kaki lima depan pasar paseban, nasi goreng pedas sungguh terasa nikmat tapi duduk bersama lo’ jauh lebih indah.. hehe! Sejak semalam gw udah wanti-wanti pada diri gw, kalo hari ini’ gw gak boleh membahas social politik sama elo, gw pengen berkisah tentang pelangi, tentang sebentuk senyum manis dibibir elo yang merah, tentang mimpi-mimpi elo, anehnya: gw gak punya daya untuk itu padahal lo udah memberi tanda untuk pembicaraan-pembicaraan yang melankolis, gw malah mengalihkan dengan obrolan-obrolan tentang social politik! Gw begoooo banget! Sumpah, gw sesali itu hingga hari ini….
Mungkin gw gugup! Salah tingkah! Terkutuklah gw…
Padahal kisah filsafat dan isu politik itu udah sering banget kita bicarakan di hari-hari sebelumnya, harusnya malam ini ada hal yang berbeda! Harusnya gw kasih tau elo” kalo lo tuh sering datang dalam tidur gw, kalo elo betah banget nongol dalam pikiran gw, kalo elo tuh manis, wuidih!! Haha….



(Review III)


Hey! Gw pernah pake cara paling norak untuk ngungkapin perasaaan gw dengan meminjamin elo buku! Hahaha, kata-kata yang harusnya gw katakan sore itu di salemba gak sempet terucap tapi gw tuntaskan pada secarik kertas yang gw selipkan di buku yang lo pinjem dari gw, judul buku itu “The First Kiss For God” - dan saat gw pinjemin ke elo, gw sisipkan kertas berisi untaian-untaian kekaguman gw sama elo! jadul dan norak banget gaya gw yaa?? Hahaha… Oh iyaa!! Lo juga pernah minjemin gw buku yang berjudul -Tuhan dan Agama Dalam Dunia Postmodernisme- buku itu masih gw simpen loh! Hahaha, gak sempet gw balikin.…

Ini dulu, waktu gw melukis panorama tentang seorang gadis manis yang anggun, tulus sederhana dan dia cantik sekali! saat itu kami masih serupa kanak-kanak’ kerikil di aspal, pengamen di bis kota juga lorong di sebuah rumah kost anak-anak jalanan dikalimalang menjadi selekta yang pernah ada diantara kisah ini, lukisan itu tiba-tiba jadi buram dan merambat seperti akar pepohonan sampai akhirnya berhenti di sini padahal anggur merah senantiasa menertawai cerita ini’ barangkali ini hanya kisah tentang lupa….




SCENE 3


banyak lagi moment setelah hari itu, ada banyak warna, ada yang indah tapi ada juga caci maki, ada kesal, benci walau ada juga harapan dan puncaknya malam itu’ pada sebuah perdebatan (pertengkaran yang konyol tepatnya) disebuah warung tenda kaki lima kawasan menteng, entah mengapa’ gw menyerang semua pembelaan-pembelaan lo, bersama dua orang teman yang berusaha untuk bersikap netral malam itu, gw tahu! Lo kesal dan benci banget atas semua kalimat yang gw ucapkan dan mungkin gak akan pernah ada kata maaf lagi, hahahaha…
hingga elo pun hilang di telan ibu kota dan gw gak pernah ketemu elo lagi sampai akhirnya facebook mempertemukan kita’ ahay! (thanks mark zuckenberg, untuk situs ini’ hahaha)
Semua pun udah banyak yang berubah elo makin cantik, makin cerdas, makin mapan, makin bersinar dan gw rasa lo sudah gak sesederhana dulu lagi’ lo menjelma dalam mimpi megapolitan! sementara gw makin durhaka, makin jalang, makin tersesat…
Semua udah banyak berubah!!
satu hal yang gak akan pernah berubah’
halte di salemba itu’ selalu mengingatkan gw pada garis tipis yang mengukir senyum di bibir elo…
Artikel Terkait

0 komentar: