Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Wednesday, 22 December 2010

DISCUSSION

.

When Bedul Meet Tuty * Feelin Blue!



Tadinya gw gak ingin menuliskan kisah ini, terlalu banyak salah yang sulit untuk diluruskan kembali dan sejujurnya gw juga gak yakin lo bisa menyikapinya dengan baik hanya saja semakin lama gw terus menerus dikejar rasa bersalah yang bertumpuk-tumpuk dan gak ada tempat untuk sembunyi.

Sebenarnya kisah ini terlalu singkat dan tak cukup untuk bisa dibagi, pun kenangan selalu gak utuh, tetap ada penggalan yang tercecer! Sayangnya gw gak sanggup menyimpannya sendiri… Tapi sudahlah, kutitipkan saja sebagian kenangan itu didinding dan kusimpan sebagian yang ada. Bila esok kita berpapasan dijalan atau berjumpa dipersinggahan puncak semeru. Kita bisa kembali meraba sisa-sisanya meski mungkin tak lagi sama. Lewat secangkir kopi saat rintik hujan basah dirambutmu pun jika elo tak ingin mengingatnya. Biarkan saja angin mengurainya kesegala penjuru.

Untuk saat ini, yang terpenting lo baik-baik saja....


udahlah.. gak ada yang perlu dijelasin lagi, enough for everythin! terlebih lo udah bohongin gw, jangan hubungi gw lagi” sms itu masuk. Tak terlalu mengejutkan pada akhirnya emang akan seperti itu.


Hey… apakah semua udah berkumpul? Cepatlah.. upacara akan segera di mulai.. Mari! gw akan menceritakan kisah tentang ilalang yang sedang berjuang merambat ke akar pepohonan demi mencari titik air yang jatuh didahan bunga lily.

Tenang guys, Ini bukan roman kemenangan! gw yakin, kisah tentang kemenangan udah terlalu sering elo dengerin dan kadang-kadang kisah kemenangan terlalu romantis untuk orang-orang seperti kita yang mengagungkan petualangan…

sekali lagi, tulisan ini tentang ilalang! Sombong ia menderu lalu menemukan air tapi masih juga memaksakan diri menantang puncak bukit padahal bunga lily tersimpan di vas bunga teras kota ..

julukan ilalang itu bedul dan bunga lilynya bernama tuti. Awalnya mereka meretas rahasia canda, sayangnya.. siang ini diantara mereka ada momentum dingin bertitel perang…

guys.. Lo percaya gak? Kalo ternyata asumsi dan prasangka banyak membekas dijejak kaki yang kita ciptakan, perlahan tapi pasti mematahkan ranting harapan, seperti itu pula ilalang, seiring jalan dia pun rontok dalam prasangka..


ada sebuah kalender dan jam tua, Belum semusim, hari kesepuluh di bulan sepuluh si bedul menyapa tuty ditrotoar malam, waktu itu hujan beringas, dingin juga sunyi padahal jalanan begitu ramai antara pasir danau hingga halaman belakang rumah orang-orang memainkan gitar merayakan kemacetan...

dan di sisi lain sekawanan elang baru balik dari negeri antah berantah lalu berkisah tentang orang yang menunggu hari gelap disebuah stasiun kereta, sesekali mereka menghalau dingin sambil bersorak-sorai ditengah jalan dengan menghunuskan pijar kepada setiap yang lewat, menjelang malam dalam kepenatan metropolis


telanjang kita mengakui keterasingan” ucap si bedul malam itu, tuty hanya menganggukan kepala dan di ujung sana dering telepon tak di indahkannya.


mereka sedang menghitung jumlah kesepian dan gelak tawa yang diselimuti kertas-kertas kerja, hingga subuh tiba dan kendaraan kembali menyalak bagai serigala di semak-semak dan deadline yang mengintai setiap hari.

“apa yang kau dapatkan dul... dari segenggam umur yang diberikan tuhan?” Tuty bertanya.

Sambil bertanya, ia mendendangkan lagu untuk orang tenggelam, berbisik pelan dengan intonasi minim hingga angin pun ragu mengulurkan sayap-sayapnya lalu malam pun mengkaramkan kapal-kapal waktu


“entahlah.. akan jadi apa tubuhku di dalam lingkaran ini, sebelum malam ini gw gak pernah mabuk harum persik pun kerinduan damai terus mengejarku meski gw bersembunyi diatap gedung, padahal gw gak pernah perduli tentang pulang...” jawab bedul.


“mungkin tak ada yang gw dapatkan, mungkin juga ketika elo tersenyum gw gak perlu apa-apa lagi” sambungnya sambil mengedipkan mata


“jadi saja kau batu!” tuty berteriak ditengah jalan yang mengering, udara dingin menghembuskan asap kendaraan, dan temaram lampu berbaris menuju pegunungan…


“ sudahlah.. tak perlu kau hakimi motivasi! Gw menghormati keramahan dan sahajamu, hanya saja, hormatilah.. pendirianku’ kau adalah penyatuan dua sumbu berlawanan, dan gw sadar, bahwa petualangan ini akan berakhir dipelukmu.. gw udah menemukanmu! Kau pikir, sebegitu mudah bagi gw untuk melepaskanmu lagi? “ si bedul menengok. Ia ingin tahu benarkah waktu hilang jejak, adakah seutas rambut yang tersisa, benarkah kakinya berpijak didetik itu. Ia menginginkan pulang, perjalanan yang sama seperti saat mendaki diwaktu lalu, hampir tanpa sesat, semulus betis perawan desa yang terlindung dari jarah para petualang.

Ia salah, tuti tak ditemukannya lagi…



kata-kata adalah senjata karena juga mampu merubah sejarah. Bahasa setua kesadaran dan menemukan pembenaran kognitifnya dalam tindakan… kata-kata adalah media yang memiliki sayap dan bebas untuk diinterpretasikan namun kebenarannya tidak pernah ada..


Lima menit sebelum kapal meninggalkan dermaga tuty berkata

“dul, gw gak pernah percaya kata-kata” lalu lonceng berbunyi namun tubuh tak jua bergerak. Bangku ruang tunggu, menara, kantin, seakan hanya hiasan dinding. Tangga pun dinaikan beriringan dengan layar yang digelar hingga ia tak lihat bekas. Kemana jejak-jejak itu? Ia mencoba mengulurkan tangan, tapi tak mampu menyentuh..

pulanglah… di dekat rumahmu yang bercat biru ada ribuan kupu-kupu yang mendengingkan namamu…. memandikan bukit dari kabut, mungkin itulah tempatmu! baru saja ponakan2mu mengigau, mereka berharap ada sebidang telaga berkecimpung dalam ingatanmu. Sesekali melirik dalam nostalgia, tersimpan cerita tentang pangkalan becak, pasar juga lumpur dan sekawanan kerbau dari simfoni angin dan merdu terkukur yang berlarian menyusur pohon – pohon tempat para petani menuai lelah: seperti cerita-cerita kakek kita dahulu… mematung tapi tanpa derai tawa…


“ah,, tuty, betapa mahalembutnya kau dahulu…” desis si bedul tapi ia lupa, bahwa semua sudah tidak akan pernah sama lagi. Semakin deras dia berusaha, semakin dalam kegetiran didadanya, dan dia pun tak ingin memperpanjang sesak itu lagi.


“karena kebodohan, maka gw terlalu sering mengucapkan selamat tinggal.” Katanya, lalu ia pun luruh pada serpihan sejarah yang tercecer antara jakarta dan bekasi.




Cikarang, menjelang tutup tahun 2010


Friday, 12 November 2010

Jump Car Red: Perpaduan Musik dan Monolog Puisi


Musik adalah bahasa universal yang terkadang secara verbal merepresentasikan keinginan, harapan maupun hasrat tak berbentuk. Notasi dan lirik berfungsi sebagai katalisator bagi para seniman musik untuk menyampaikan cinta, rindu, kemarahan, protes bahkan pemberontakan. Adalah Jum Car Red, sebuah band yang juga memilih musik dalam menyuarakan eksitensinya. Di tengah erosi dunia kerja yang menjadikan manusia seperti mesin tanpa emosi dan berbagai persoalan keseharian membuat anak-anak muda ini tak ragu untuk menjadikan musik sebagai kendaraan perang mereka dalam melawan kenyataan semu. Lirik lagu yang sarat makna serta referensi musikal yang juga tidak asal-asalan ditambah lagi aksi panggung yang memadukan unsur teatrikal dan kegenitan rock n’ roll membuat band ini sangat layak ditunggu kehadirannya.
Tersebutlah di tahun 2005, ketika itu Dody Setiadi sedang masa liburan semester lalu menyempatkan diri mengunjungi rumah Okta Purnomo, salah seorang sahabat masa SMA-nya. “Pada waktu itu kami berbincang tentang apa saja, mulai soal perkuliahan yang tak kunjung rampung hingga berbagai persoalan yang dihadapi Okta selama mengarungi dunia kerja. Kemudian kami sampai pada pokok bahasan yang tak kunjung dapat kami selesaikan,” kenang Dody tentang awal terbentuknya Jum Car Red. Ihwal tersebut terus mengganggu perbincangan dua pemuda itu, kegundahan akan masa depan yang menantang, kepenatan dunia kerja, kuliah dan berbagai persoalan lain mau tidak mau menggugah mereka untuk melakukan sesuatu. “Kami sadar peradaban ini tak akan berhenti membenamkan dan menggerus kemanusiaan kami. Di tubir malam, kami sepakat agar tak terjerumus dalam stagnansi lalu kami putuskan untuk menggila. Berdialog dengan hidup menggunakan cara kami. Kami ingin menjadi keras dan terus bergulung agar tetap survive. Dan boom! kami putuskan untuk kembali bermusik,” lanjut Dodi berapi-api.
Tentu saja bagi Dody cs musik tidak lagi sebagai sekedar musik namun menjadi semacam pelepasan sekaligus media mereka dalam berdialektika dengan kehidupan. Sayangnya keinginan untuk mendirikan band baru terealisasi pada tahun 2006. Selepas Dody Setiadi merampungkan kuliahnya dan kembali ke Jakarta. Satu per satu karib lama semasa SMA-nya pun dikumpulkan hingga pada bulan kelima di tahun 2006, dengan komitmen seadanya dalam sebuah sesi latihan di studio sewaan di bilangan Jakarta utara terbentuklah kelompok musik tanpa nama. Itu lah cikal bakal Jump Car Red (JCR). Dari pelafazan, nama Jump Car Red mungkin sedikit asing untuk lidah orang Indonesia. Jelas nama ini tidak sekali-kali dimaksudkan untuk dimaknai menurut aturan gramatikal dalam bahasa Inggris, sebab nama tersebut keluar dari aturan itu namun bagi para punggawanya pemberian nama Jump Car Red memiliki alasan khusus. “Nama Jump Car Red sepenuhnya dimaksudkan untuk dipahami sesuai dengan ungkapan bahasa Indonesia, yakni: Jam Karet, awalnya setiap kali latihan selalu saja ada beberapa kawan yang tidak bisa datang tepat waktu. Dari ungkapan spontan yang berpagar makna leksikal itulah lahir nama Jump Car Red. Sedangkan untuk cara penulisannya yang menuruti gramatika bahasa Inggris sekedar lucu-lucuan saja. Anggap saja sebagai sindiran kepada masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan,” ujar Dody tertawa. Meski dari segi nama band ini agak nyeleneh namun mereka tidak bisa dikatakan tidak serius. Ciri menarik dari band ini adalah konsep pementasannya yang mencoba memadu-padankan berbagai macam bentuk pementasan, mulai dari teater baik monolog, drama, puisi, art performance, video art, dan sejenisnya untuk kemudian dihadirkan kehadapan pemirsanya sebagai sebuah sensasi tontonan. Namun hingga saat ini, band ini baru mampu menghadirkan monolog serta puisi dalam berbagai pementasannya. Mereka mengakui bahwa puisi adalah yang paling praktis untuk ditampilkan dalam setiap pementasan, maka hampir dapat dipastikan pembacaan puisi selalu lekat dalam setiap penampilan mereka. “Sejak mula kami bercita-cita untuk menjadikan band ini sebagai penerus semangat band-band rock-teatrikal yang banyak muncul pada sekira tahun 60/70an baik di dalam negeri maupun mancanegara,” tutur Dodi Setiadi.
Sebagaimana layaknya band yang sedang berjuang mengibarkan benderanya, Jump Car Red juga telah mengalami beberapa kali pergantian personel dan kini ditukangi oleh Dody Setiadi (vokal), Okta Purnomo (bas), Rio Madino (drum), Akmal Fauzan (gitar), Muhammad Artan Januar (gitar), Dimas Anindito (kibord) dan saat ini tengah bersiap untuk merilis mini album mereka setelah lama mengembara dari gigs ke gigs. Beberapa lagu Jump Car Red pun sudah tersebar di mana-mana meski secara formal band ini belum mengeluarkan album. Salah satu lagu yang telah sering mereka mainkan ketika tampil di beberapa event musik adalah lagu yang berjudul “Confessions On The Dance Floor”. Sebuah lagu yang fresh dengan suntikan irama yang mengajak orang yang mendengarnya ikut berdendang. Ada juga lagu yang berjudul “Metafora” dengan lirik yang sangat filosofis. Jump Car Red juga memiliki tendensi yang sama dengan banyak orang dalam menyoal kondisi yang terjadi hari ini. Segala pikiran kritis mereka akan termanifestasikan dalam mini album yang sedang proses perilisan dan menurut rencana akan diberi tajuk The First Half of Life. “Konsepnya mini album dengan lima lagu, kami menyoal feminisme dan bias gender dalam lagu berjudul “Katastropi”, berhala dan Tuhan baru dalam lagu “Phedolaboria”, sikap monotafsir dalam melakoni kehidupan dalam lagu “Metafora”, gaya hidup dalam lagu “Confessions on the dance floor” dan juga cinta dalam lagu “My J-Lammy Blues”. Semua itu adalah periodesasi hidup, interpretasi kami atas kehidupan. Mini album ini direncanakan sebagai album konsep yang antara lagu satu dengan lagu lainnya memiliki hubungan. Hubungan tersebut dapat dilihat berdasarkan lirik, urutan lagu serta musik ilustrasi antara yang akan menghubungkan lagu satu dengan lagu lainnya. Insya Allah akan rampung sebelum akhir tahun 2010 ini,” jelas Dody soal mini album Jump Car Red.
Dody Setiadi juga berharap bahwa scene musik independen dapat berkembang untuk memberi wadah dan berimbas baik terhadap musik dalam negeri. “Saya sangat yakin bahwa tumbuh dan berkembangnya sebuah scene itu sangat bergantung oleh media yang mendukungnya. Scene menjadi signifikan jika didukung oleh media yang tepat dan massif Media bisa apa saja dan dalam bentuk apa saja. Dengan kemajuan teknologi media seperti sekarang ini itu tidak sulit,” kata frontman Jump Car Red ini. Tentu saja tidak ada scene musik yang berdirinya dibiayai oleh lembaga donor atau investor terlebih lagi oleh negara. Scene berdiri sebab berkumpulnya orang yang suka terhadap musik atau band tertentu. Di tengah lesunya scene musik independen, Jump Car Red tidak takut untuk tidak menjadi seragam, bahkan mereka mencoba berusaha untuk tidak sama dengan apa yang selama ini tersedia secara massal dalam industri musik. “Vox populi vox dei” itu ngawur karena yang kebanyakan belum tentu baik, belum tentu benar. Kesadaran mekanis adalah kesadaran yang membebek. Ia akan segera rapuh berganti-ganti dari yang saat ini melayu menuju entah apalagi,” demikian statement Dody Setiadi tentang industri musik. Secara tersirat pria yang juga menyenangi filsafat ini mengakui keresahan yang dialami banyak orang. “Saya bukan ingin melecehkan genre musik tertentu, saya menghargai semuanya. Apa yang ingin saya katakan adalah bahwa menjadi tugas industri musik di tanah air untuk menyediakan berbagai macam genre kehadapan publik. Pilihan akan membuat publik menjadi cerdas, dan tidak membeo,” sambungnya.
Bagi Jump Car red, musik menjadi sebuah media tempat mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan. “Dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, kami gadaikan jiwa dan raga kami untuk bekerja pada perusahaan tempat di mana kami memperoleh nafkah. Bukan berarti kami tidak bahagia melakukan pekerjaan itu, namun hal itu belum cukup menentramkan individualitas kami. Untuk itu kami berkarya dalam musik yang berfungsi sebagai penawar bathin kami,” ungkap Dody. Interpretasi mereka tidak hanya diwujudkan sebatas musik namun juga pertunjukan teatrikal yang memukau. Dan di panggung, Jump Car Red seakan berada dalam dunia mereka sendiri, menciptakan sejarah dengan lagu yang membawa mereka menuju proses kreatifnya. “Bagi kami rock and roll itu adalah terus menerus melakukan dialog dengan kehidupan,” papar Dodi menutup perbincangan malam itu.

(By me to likethis.com)
http://www.likethisentertainment.com/story/main-band-profile/462-jump-car-red-perpaduan-musik-dan-monolog-puisi-.html

Wednesday, 10 November 2010

IRON MAIDEN: Menjawab Penantian Panjang Para Pengemarnya di Indonesia


Katakan saja bahwa menunggu itu memang sangat melelahkan akui saja dengan bangga bahwa penantian panjang ini akhirnya terjawab dengan cukup melegakan. Sejak beberapa bulan yang lalu rumor kedatangan Iron Maiden santer berhembus dan membuat banyak kalangan khususnya para penggemar fanatiknya gelisah hingga akhirnya kabar mendebarkan itu menemukan pembenarannya. Iron Maiden dipastikan mendarat di Indonesia pada bulan februari 2011. Original Production yang dikomandoi Tommy Pratama adalah pihak yang berjasa band bersejarah itu. Setelah sukses menggelar konser beberapa band seperti Megadeth, Extreem, Firehouse dan penyanyi Michael Bolton ke Indonesia, kini Original Production seakan menawarkan klimaks bagi para pecinta musik rock tanah air dengan salah satu legenda Heavy Metal dunia. Konser Iron Maiden kali ini merupakan rangkaian The Final Frontier World 2011 yang juga menjadi titel studio terbaru mereka. Pada press confrence yang diadakan di Hard Rock CafĂ© Jakarta (Senin/08/11/2010) Tommy Pratama mengatakan Iron Maiden akan memuaskan dahaga para penggemarnya dengan menggelar konser di dua kota: Jakarta dan Bali. Stadion Gelora Bung Karno akan menjadi saksi penampilan mereka pada tanggal 17 februari 2011 lalu Garuda Wisnu Kencana – Bali pada tanggal 20 februari 2011. “Kami sudah sekitar 5 tahun yang lalu berhubungan dengan manajemen Iron Maiden” kata Tommy Pratama“ Mereka juga sangat antusias bisa konser disini mengingat penggemar mereka di Indonesia terbilang cukup besar”. Lebih jauh, Tommy Pratama berharap dengan kedatangan Iron Maiden dapat memberi pengaruh positif terhadap citra Indonesia dimata dunia bahkan promotor kawakan ini tidak memungkiri jika hal sukses dapat membuat beberapa band legendaris bersedia datang ke Indonesia. “Semoga salah satu dari The Big Four yang lain tahun depan dapat kita bawa kesini, bisa Metallica, atau yang

Iron Maiden yang saat ini diperkuat oleh Bruce Dickinson (vocal), Steve Harris (Bass), Dave Murray (gitar), Janick Gers (gitar), Adrian Smith (gitar) dan Nicko McBrain (drums) telah merilis total kolektif tiga puluh satu yang terdiri dari lima belas studio, tujuh live, empat EP, dan lima kompilasi. Sebagai salah satu legenda rock dunia, kehadiran mereka tentu saja sangat dinantikan oleh banyak penggemarnya. Dalam press confrence yang juga di hadiri para fans Iron Maiden yang tergabung dalam Indonesia Iron Maiden Troopers (IIMT), Syam Iman ketua IIMT didaulat naik ke mimbar pembicara bersama Arthur Kaunang (bassist AKA/SAS). Tommy Pratama terang-terangan mengucapkan terimakasih kepada Indonesian Iron Maiden Troopers yang menurutnya sangat memotivasi hingga Original Production berani mengundang Iron Maiden,”Saya sempat mengatakan kepada manajemen Iron Maiden, lihat itu penggemar anda”

Pihak Original Production menegaskan Iron Maiden akan membawa 70 orang dengan maksimal 20 ton beban peralatan konser yang diangkut dengan menggunakan pesawat Boeing 757 kepunyaan mereka. Pesawat yang juga berjuluk Flight 666 akan dipiloti langsung oleh vokalis Iron Maiden, Bruce Dickinson. Ketika ditanya perihal tempat landasan pesawat jika sampai di Jakarta, Tommy Pratama belum bisa memberitahu. “Bisa di Bandara Sukarno- Hatta dan bisa di Halim Perdana Kusuma” pungkasnya tersenyum. Salah seorang wartawan bergurau barangkali kerahasiaan itu untuk menghindari ledakan pengunjung yang melihat pesawat itu. Seperti diketahui, Bruce Dickinson yang bergabung menjadi vokalis pada tahun 1981 memiliki pekerjaan sampingan sebagai instruktur bagi para pilot disalah satu maskapai penerbangan di Inggris. “Dia juga pernah menjadi atlet anggar nasional dari Inggris” cerita SyamIman ketua Indonesia Iron Maiden Troopers.



Hingga konferensi pers berlangsung, Original Production belum mendapat kepastian apakah konser ini juga menghadirkan opening act. “ selama ini manajemen Iron Maiden mengatakan no suporting act dan kalau pun ada itu bisa saja dibawa sendiri oleh mereka” katanya. Terlepas dari hal itu, kehadiran Iron Maiden adalah sesuatu yang sangat membanggakan mengingat konser mereka di Asia hanya diselenggarakan di dua negara. Indonesia dan Singapura. “Harapan kami penggemar mereka dari Malaysia, Philipina atau negara-negara lain akan datang ke Indonesia, target kami memang para turis makanya kami memilih Bali setelah Jakarta bahkan saya sempat mendengar kabar penggemar mereka dari Australia ada yang menonton konser Iron Maiden di Bali bukan di negara mereka” imbuh Tommy

Antisipasi keamanan juga disiapkan secara maksimal oleh panitia meski demikian Tommy mengakui ada kemajuan dalam konser-konser musik saat ini “Kesadaran orang untuk menonton konser itu sekarang berbeda dibanding dulu, sekarang orang nonton konser untuk enjoy bukan untuk rusuh kami tetap memaksimalkan keamanan” tandasnya. Lebih lanjut Tommy juga mengatakan Iron Maiden di Indonesia, Original Production juga bekerja sama dengan sponsor saat ini beliau masih belum bisa menyebutkan nama-nama sponsor . “ Biasanya sih H-30 baru terpasang atribut sponsor, strategi sponsor lah itu”. Sementara itu, untuk tiket presale Original Production hanya akan membuka penjualan satu hari yakni: tanggal 14 November mendatang hanya 3000 tiket yang dilepas itupun hanya kelas Festival. “Untuk kelas tribun mungkin tidak ada presalenya, mengantisapi membludaknya antrian” katanya.

Menariknya kedatangan Iron Maiden kali ini juga memberi arti besar bagi Original Production yang tahun depan berusia dua dekade. “Anggap saja ini sebagai perayaan dua dekade Original Production” timpal MC dari atas mimbar pembicara. Tommy Pratama hanya tersenyum mendengar hal .

Arthur Kaunang yang juga menjadi pembicara dalam press confrence itu terlihat antusias mengisahkan kiprah Original Production. “saya ingat sekitar tahun 1992, Original Production mengundang kami (SAS) main pada malam tahun baru di Ancol, waktu itu mereka belum lama berdiri” kenang Bassit yang juga kompatriot Alm Ucok Harahap itu. Beliau juga memuji kesuksesan Original Production membujuk Iron Maiden untuk datang ke Indonesia. “Iron Maiden memiliki jiwa rock yang tidak bisa dipungkiri walau usia mereka sudah tidak muda lagi konser mereka diTentu saja para Troopers Indonesia juga berterimakasih pada Original Production atas The Final Frontier World 2011 ini, Indonesia Iron Maiden Troopers yang mensupport Original Production Iron Maiden saat ini berjumlah lebih dari 13.000 pengikut dijejaring sosial facebook telah menanti kehadiran Iron Maiden sejak lama dan Stadion Utama Gelora Bung Karno akan menjadi saksi sejarah berkumpulnya para Troopers Indonesia selain Garuda Wisnu Kencana. Mari berharap Flight 666 yang menerbangkan para dedengkot Heavy Metal itu sukses menggelar lagu-lagunya di Indonesia. [EL]

(by me publshed on Indonesian Hits)http://indonesia-hits.com/iron-maiden-menjawab-penantian-panjang-para-pengemarnya-di-indonesia/