Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Saturday, 25 October 2014

Resensi Film: FURY "Perang adalah Neraka"

Fury

Sutradara: David Ayer

Produksi; Sony Picture

 

 
Ideology selalu bicara tentang perdamaian tapi sejarah selalu berisi kekerasan

Perang adalah antitesis humanisme, dalam perang tak pernah ada pemenang yang sesungguhnya karena yang kalah akan terbunuh dan yang menang pasti juga mati. David Ayer seperti sengaja membawa kita untuk  melihat langsung pertempuran darat jarak dekat, tank melawan tank, prajurit melawan prajurit, saling membunuh untuk mempertahankan hidup. David Ayer juga melibatkan mantan kru tank Perang Dunia II Peter Comfort (90), sebagai penasihat untuk film ini. Tak heran, kita seperti berada langsung didalam tank.

Film ini adalah kisah perjalanan beberapa tentara Amerika yang ditugaskan digaris depan untuk menggempur Nazi Jerman pada bulan April 1945. Mereka ditugaskan untuk masuk ke wilayah Jerman dengan bersenjatakan tank baja Sherman, yang diberi nama Fury.
Sersan Don Wardaddy yang diperankan apik oleh Brad Pitt dan tiga orang anak buahnya, Boyd Bible Swan (Shia LeBeouf), Grady Travis (Jon Bernthal) dan Trini Gordo Garcia (Michael Peña) baru saja kehilangan asisten pengemudi hingga kemudian Norman Ellison yang diperankan oleh Logan Lerman ditugaskan untuk bergabung dalam tim. Norman adalah seorang juru ketik yang baru 8 minggu bertugas dimiliter. Drama dimulai ketika remaja itu harus melihat sendiri perang dan kematian didepannya. Pergumulan emosi dan kepahlawanan menjadi satu dalam ribuan nyawa yang terkubur.

Sebelum kedatangan Norman, Don Wardaddy dan anak buahnya melihat perang dengan sinis, antara membunuh atau dibunuh, tak ada moralitas dalam perang. Mereka bahkan lupa berapa liter darah yang telah mereka tumpahkan atau berapa kawan seperjuangan yang telah terbunuh. Mereka tak begitu peduli soal nasionalisme, bagi mereka dimanapun Nazi harus tumbang.

Secara umum, film itu bertutur tentang pergolakan psikis para tentara. Bagaimana perang memaksa orang orang baik harus memburu nyawa dan kematian begitu dekat seperti bayangan yang mengejar karena setiap detik tak bisa diprediksi apakah esok masih ada atau tidak.

Setiap ideology adalah perdamaian tapi sejarah adalah kekerasan, begitu kata Don Wardaddy (Brad Pitt) ketika memaksa Norman Ellison ( Logan Lerman) untuk menembak tentara Nazi yang ditangkap. Norman tetap menolak untuk menembak meski akhirnya terpaksa diharus dia lakukan. Fury tidak menitik beratkan pada sosok Don Wardaddy yang heroistik. Pertentangan emosi Norman menjadi salah satu pemanis di film ini.  Juru ketik muda yang bahkan takut mendengar bunyi senjata, yang bahkan masih ngeri melihat darah pada akhirnya harus tegas menerima kondisi dan mulai terbiasa untuk membidik musuh.

David Ayer terbilang sukses meramu film menjadi tontonan yang menarik bagi para penggemar film film perang. Meski sedikit membosankan dengan durasi lebih dari dua jam dan alur yang agak lambat. Keterlibatan Peter Comfort sebagai mantan kru tank Perang Dunia II tak bisa dianggap biasa. Barangkali karena kehadiran Comfort menjadikan Fury seperti melihat perang dari dalam Tank.
Artikel Terkait

2 komentar:

Anonymous said...

Oemjiiii, sjk kapan loe jd penulis film el?

EL Hendrie said...

sejak lama, bahkan jauh sebelum lahir. :D