tentang orang orang yang kalah...
Malam itu tanggal berapa? Entah.
Aku duduk diberanda menikmati angin yang membelai rambutku, ketika orang lain terlelap dalam suasana yang hening. Dering telepon mengabariku sesuatu. Dunia pun menjadi benderang bukan saja dalam artifisial tapi sejauh yang bisa kulihat semuanya begitu berwarna, kelap kelip, gemilang.
Apa yang kau ucapkan dibibirmu,
seperti membebaskanku dari kutukan, ditengah jerit kesulitan, kamu hadirkan hal
yang tak pernah kupikirkan sebelumnya.
Aku kegirangan, seperti bocah
yang mendapatkan mainan. Melompat turun dari kursi seakan menembus ruang waktu,
aku menjadi raja, menjadi istimewa dari segala yang pernah ada, aku bertahta dalam
mahkota yang tak ternilai. Aihh! Terimakasihku untukmu.
Kamu tahu kan? Ketika manusia
terbiasa dengan ketiadaan, mereka pun jadi penakut bahkan takut untuk bermimpi.
Ketika kita begitu akrab dengan kegagalan, kita pun terbiasa dengan kekalahan.
Aku jenuh mendengarkan Mario
Teguh atau motivator atau orang orang bijak yang bilang bahwa kesuksesan itu
adalah buah dari banyak kegagalan. Gagal ya gagal! Kalah ya kalah! Thats it.
Orang orang hanya menilai kita
dari apa yang bisa kita raih, bukan berapa kegagalan saat kita mencobanya. Ia
kan? Ini dunia nyata. Bukan dunia yang dibangun dari kantong ajaib Doraemon.
Kenyataan tak semanis roti keju yang kamu taburi susu tiap pagi. Presiden tidak
bisa mengubah kisah putri salju menjadi non fiksi. Kumpulan manusia yang ada
disekitar kita adalah masyarakat konsumtif, beberapa dari mereka mungkin tidak
tapi yang jelas mereka bukan anime. Pun juga kita.
Tapi kamu, memberi perbedaan.
Apakah kamu tau itu?
Hal hal hebat yang kita jalani,
kebersamaan yang kita lewati, senyum, amarah, perdebatan gila yang kadang
membuat kita kehilangan kontrol, lupa diri, irrasional. Semua itu edan! Bukankah
itu cinta? Itu dongeng yang kita ciptakan dan selamanya akan mengikat kita.
Aku begitu bersemangat saat itu,
membayangkan surga yang pernah kubaca dibeberapa buku, aku sudah jauh
membayangkan berlari dipuncak gunung, berlabuh didermaga, bandara dan kota kota
yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku bermimpi. Seperti mimpi seorang
kenek bus kota mendapatkan bus nya sendiri.
Kamu hadirkan impian, melewati
batas batas dogma, suka bangsa dan ras. Semua tak berarti bagi kita. Kamu
begitu manis dalam tidurku. Dan aku hanya ingin mengingatmu seperti itu. Aku
sudah memberikan semua yang aku miliki dalam kepapaanku, semangat, kerja keras,
pertahanan diri dari hidup yang
memaksaku binasa dan kesinisan dunia, aku sudah berikan semuanya untukmu bahkan
kemarahanku.
Aku mencintaimu dan aku tidak
punya apa apa lagi.
Pada suatu ketika, aku akan
ambil kembali semua kegagalan itu, karena sesungguhnya tidak ada orang yang
ditakdirkan nyaman dalam kekalahan bahkan seorang pecundang pun tidak selamanya
berada dalam hujan. Hidup bukanlah tentang meratapi atau menunggu badai berlalu,
tapi tentang bagaimana kita belajar menari didalamnya. Dalam badai, dalam
nestapa. Kegagalan tidak pernah dimaknai sebagai kegagalan sampai kita benar
benar menyerah dan aku tidak akan pernah menyerah, tidak akan pernah tunduk
pada kegagalan, aku akan berjuang meski hanya sampai satu kemenangan terakhir yang tersisa dibumi. Aku
pasti bisa! Dan aku berharap, kau ada disisiku saat itu.
Artikel Terkait
4 komentar:
yeeeahh
yeeeaahh
bener banget emang paling susah mengakui kegagalan,,
YEAH! :D
Post a Comment