Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Friday, 10 October 2014

Salah satu hal yang paling sulit dilakukan adalah mengingkari kegagalan.

tentang orang orang yang kalah...



Malam itu tanggal berapa? Entah.
Aku duduk diberanda menikmati angin yang membelai rambutku, ketika orang lain terlelap dalam suasana yang hening. Dering telepon mengabariku sesuatu. Dunia pun menjadi benderang bukan saja dalam artifisial tapi sejauh yang bisa kulihat semuanya begitu berwarna, kelap kelip, gemilang.
Apa yang kau ucapkan dibibirmu, seperti membebaskanku dari kutukan, ditengah jerit kesulitan, kamu hadirkan hal yang tak pernah kupikirkan sebelumnya.
Aku kegirangan, seperti bocah yang mendapatkan mainan. Melompat turun dari kursi seakan menembus ruang waktu, aku menjadi raja, menjadi istimewa dari segala yang pernah ada, aku bertahta dalam mahkota yang tak ternilai. Aihh! Terimakasihku untukmu.
Kamu tahu kan? Ketika manusia terbiasa dengan ketiadaan, mereka pun jadi penakut bahkan takut untuk bermimpi. Ketika kita begitu akrab dengan kegagalan, kita pun terbiasa dengan kekalahan.
Aku jenuh mendengarkan Mario Teguh atau motivator atau orang orang bijak yang bilang bahwa kesuksesan itu adalah buah dari banyak kegagalan. Gagal ya gagal! Kalah ya kalah! Thats it.
Orang orang hanya menilai kita dari apa yang bisa kita raih, bukan berapa kegagalan saat kita mencobanya. Ia kan? Ini dunia nyata. Bukan dunia yang dibangun dari kantong ajaib Doraemon. Kenyataan tak semanis roti keju yang kamu taburi susu tiap pagi. Presiden tidak bisa mengubah kisah putri salju menjadi non fiksi. Kumpulan manusia yang ada disekitar kita adalah masyarakat konsumtif, beberapa dari mereka mungkin tidak tapi yang jelas mereka bukan anime. Pun juga kita.
Tapi kamu, memberi perbedaan. Apakah kamu tau itu?
Hal hal hebat yang kita jalani, kebersamaan yang kita lewati, senyum, amarah, perdebatan gila yang kadang membuat kita kehilangan kontrol, lupa diri, irrasional. Semua itu edan! Bukankah itu cinta? Itu dongeng yang kita ciptakan dan selamanya akan mengikat kita.
Aku begitu bersemangat saat itu, membayangkan surga yang pernah kubaca dibeberapa buku, aku sudah jauh membayangkan berlari dipuncak gunung, berlabuh didermaga, bandara dan kota kota yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku bermimpi. Seperti mimpi seorang kenek bus kota mendapatkan bus nya sendiri.
Kamu hadirkan impian, melewati batas batas dogma, suka bangsa dan ras. Semua tak berarti bagi kita. Kamu begitu manis dalam tidurku. Dan aku hanya ingin mengingatmu seperti itu. Aku sudah memberikan semua yang aku miliki dalam kepapaanku, semangat, kerja keras, pertahanan diri  dari hidup yang memaksaku binasa dan kesinisan dunia, aku sudah berikan semuanya untukmu bahkan kemarahanku.
Aku mencintaimu dan aku tidak punya apa apa lagi.

Pada suatu ketika, aku akan ambil kembali semua kegagalan itu, karena sesungguhnya tidak ada orang yang ditakdirkan nyaman dalam kekalahan bahkan seorang pecundang pun tidak selamanya berada dalam hujan. Hidup bukanlah tentang meratapi atau menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana kita belajar menari didalamnya. Dalam badai, dalam nestapa. Kegagalan tidak pernah dimaknai sebagai kegagalan sampai kita benar benar menyerah dan aku tidak akan pernah menyerah, tidak akan pernah tunduk pada kegagalan, aku akan berjuang meski hanya sampai satu kemenangan terakhir yang tersisa dibumi. Aku pasti bisa! Dan aku berharap, kau ada disisiku saat itu.



Artikel Terkait

4 komentar:

Aprilian said...

yeeeahh

Aprilian said...

yeeeaahh

Anonymous said...

bener banget emang paling susah mengakui kegagalan,,

EL Hendrie said...

YEAH! :D