Prolog
Well..
Dalam sejarah perhelatan piala Oscar, ada 6 orang sutradara afro amerika yang pernah masuk nominasi dan cuma satu yang berhasil membawa pulang Academy Awards, yakni Jordan Peele ditahun 2018. Dia menjadi yang terbaik dalam kategori Best Original Screenplay dalam film Get Out yang rilis tahun 2017. Sementara untuk para pemain watak, hanya 14 orang actor dan artis afro amerika (dalam berbagai kategori) yang pernah meraih Oscar termasuk Halle Berry dalam film Monster Ball tahun 2001 dan Jamie Foxx dalam film Ray tahun 2004.
Ditengah hegemoni kulit putih dan eskalasi gerakan politik sayap kanan yang meningkat, Oscar juga mulai digoyang oleh isu rasial dan gesekan gesekan gender. Jordan Peele bahkan dalam sebuah wawancara pernah mengatakan bahwa perbincangan soal ras tidak akan pernah selesai. Selama tidak ada yang mengawasi soal kesetaraan maka itu akan jadi perbincangan besar. Katanya.
Sebelumnya,,
#Oscarsowhite sebuah hastag yang beredar dimedia sosial menjadi viral ditahun 2015, sebagai simbol perlawanan yang mengkritik hegemoni kulit putih dalam Academy Awards. Hastag tersebut berhasil mencuri perhatian para petinggi Academy of Motion Picture Arts and Science sebagai pemegang lisensi Oscar. Beberapa aktor senior Hollywood juga ikut serirama dengan gerakan itu. Fakta, di tahun 2015 tak ada satupun wakil kulit berwarna yang berjalan dikarpet merah Dolby Theater Los Angeles. (tempat piala Oscar diumumkan). Jangankan menang, masuk sebagai nominasipun sangat sulit. Membuat beberapa kalangan mengancam untuk memboikot penyelenggaraan Oscar termasuk Will Smith. Tahun 2015, memang tahun paling kelam dan jika tidak ada perubahan radikal dikuatirkan bisa menggerus legitimasi Oscar dan itu berbahaya.
Setelah 2015, tahun tahun selanjutnya seakan menjadi titik balik bagi para pekerja film untuk mempertimbangkan isu isu diluar film dalam proses penjurian. Kemudian pihak Academy of Motion Picture Arts and Science mulai merombak komposisi juri yang dulunya berlaku seumur hidup kini dibatasi 10 tahun untuk insan film yang belum mencapai 30 tahun karir. Pihak Academy juga melakukan regenerasi dengan menambah tiga dewan gubernur serta keanggotaan wanita dalam penjurian. Hal tersebut dimaksudkan agar ada keragaman dalam Oscar.
Pada akhirnya.. setelah hiruk pikuk 2015, sutradara Jordan Peele memenangkan Oscar pertama untuk ras nya tahun lalu. Kemenangan itu juga ikut meredam kecurigaan rasisme dalam Oscar. Kemenangan Jordan Peele membuat hastag #oscarsowhite tiarap sejenak.
So.. bagaimana dengan tahun ini?
Masih relevan kah hastag Oscarsowhite?
Sutradara Spike Lee memantaskan diri untuk menjadi wakil bagi Afro Amerika dengan berjaya dalam 6 kategori Oscar, Filmnya yang berjudul Blackklansman tahun 2018 masuk dalam nominasi Best Picture, Best Director, Best Adapted Screenplay, Best Original Score, Best Editing dan Best Supporting Aktor Hal ini merupakan pencapaian ketiga bagi Lee setelah pada tahun 1990 filmnya Do The right thing masuk nominasi Best Original Screenplay dan pada tahun 1998, filmnya yang berjudul 4 lilttle Girls dinominasikan sebagai Best Documentary Feature. Tahun ini, Spike lee tentu saja berharap bisa memenanginya.
Blackklansman adalah film yang diadaptasi dari buku biographi Ron Stallworth. Seorang detektif polisi afro amerika yang bertugas di kepolisian Colorado Springs. Buku tersebut menceritakan petualangannya berhasil menyusup kedalam organisasi Klu Klux Klan (KKK) organisasi rasis yang mengusung supremasi kulit putih.
Film itu ikut diproduseri oleh Jordan Peele dan memunculkan putra Danzel Washington sebagai aktor utama. John David Washington memerankan Ron Stallworth. Dibantu oleh Adam Driver sebagai Zipp Zimmerman. Film yang menelan biaya sekitar 15 juta dollar ini sudah meraup keuntungan di Box Office sebesar 89, 4 juta. Tentu saja, Focus Features sebagai pihak distributor sedang sibuk menghitung uang banyak saat ini.
Film ini memang menarik dengan alur cerita yang mengangkat isu rasial ditengah gonjang ganjing Oscar semakin mempertegas bahwa film ini muncul disaat yang benar.. ibarat panah arjuna yang tepat menghantam dada sang Karna. Sebuah timing yang pas dan terarah.
Tapi jika pertanyaannya adalah, apakah Blackkklansman benar benar bagus? Apakah film ini layak masuk dalam 4 nominasi tersebut? Bahkan Rotten Tomatos situs yang suka nyinyir memberi apresiasi cukup besar untuk film ini. Luarbiasa.
Mari kita breakdown.
Film dibuka dengan pidato tokoh fiktif Dr Kennebrew beauregard, diperankan Alec Baldwin, seseorang yang digambarkan sebagai orator ternama dengan pidato berapi-api untuk mengingatkan warga kulit putih amerika atas ancaman kebangkitan kulit hitam dan orang yahudi. Sangat epic dengan tangkapan layar hitam putih dan bendera konfederasi. Isi pidato yang penuh kebencian sudah memberi sensasi tersendiri di awal film. tapi bukan itu punchline nya, melainkan tulisan “Dis joint based upon some fo’ real and so real sh*t” merupakan tulisan pembuka yang keren.
wow.. thas was so nigga! Tipikal film afro banget. Dititik itu, ekspetasi sudah tinggi. Keren nih! Apalagi ketika Ron Stallworth masuk kedalam kantor polisi untuk mendaftar sebagai anggota kepolisian. Dia ditanya.. apa kamu siap jika dalam tugas ada orang yang sinis dan memanggilmu nigga? Lucu..
Sepertinya ini akan jadi film komedi yang unik.
Adegan demi adegan berjalan dengan pelan, saking pelannya waktu pun terasa lama. Yeah.. plot film ini sangat lambat di setengah jam pertama. Setting film berlatar tahun 70an sebenarnya kolosal. Pemilihan make up dan fashion klasik menambah daya tarik Blackkklansman. Kemunculan Kwame Ture seorang pelopor perjuangan kaum kulit hitam dalam rapat akbar perkumpulan mahasiwa Afro Amerika menimbulkan kesan bahwa film ini akan sarat dengan tema tema politik yang serius.
Film semakin menarik ketika Ron mulai masuk dalam pusaran Klux Klux Klan, dibantu opsir Zipp Zimmerman yang kebetuan seorang Yahudi mereka menyusup kedalam organisasi KKK lewat aksi aksi konyol. Dalam film ini, digambarkan ada dua pihak yang sedang berhadap-hadapan. Perkumpulan mahasiswa kulit hitam versus KKK.
Jauhkan dulu ekspetasi soal bagaimana penyusupan yang dilakukan Ron. Karena itu bukan sesuatu yang rumit malah sangat sederhana dengan hanya melalui sambungan telepon. Spike Lee tidak memberi unsur petualangan menjadi lebih hati hati justru terlihat sangat mudah. Bagaimana Ron meyakinkan anggota KKK lewat telepon lalu mengutus Zipp menyamar sebagai dirinya. Tentu saja, organisasi KKK harus merevolusi proses perekrutannya setelah menonton film ini.
Karakter Ron yang dimainkan oleh John David Washington harus diakui tidak memiliki akar yang kuat. John David memang tidak terlalu menonjol. Sama seperti filmnya... tanggung banget! Antara mau melucu atau serius. Blackkklansman juga gagal memenuhi keduanya. Tidak cukup untuk jadi drama tapi juga tidak terlalu lucu untuk menjadi komedi. Adam Driver yang masuk dalam nominasi best supporting Actor memang sedikit lebih baik dari John David tapi masih terlalu datar untuk memperlihatkan karakter polisi Yahudi Amerika. Pertentangan batinnya antara menjadi seorang Yahudi Amerika atau anak kulit putih biasa tidak juga di ekspos dengan tajam. Malah dingin.
Ada banyak ruang untuk mengkritisi tapi ada juga tepuk tangan untuk Blackkklansman, karena film ini sangat sukses membuat organisasi rasis Klu Klux Klan menjadi sekedar sekumpulan badut yang tidak punya panggung. Adegan ketika Ron berfoto dengan petinggi KKK, David Duke semacam tamparan terhadap kedangkalan nalar rasisme. Di film ini, kita bebas menertawai KKK sambal makan es krim. Menyudutkan mereka kepinggir lapangan. Membuat organisasi berbahaya tersebut sekedar pertunjukan Stand Up Comedy. Film ini seakan menjadi antithesis Mississippi Burning 1988.
Okey! Blackkklansman memang bagus, tapi tidak bisa dikatakan spektakuler.
Spike Lee barangkali memahami bahwa keberutungannya hanya soal waktu dan film ini merajalela dalam Oscar juga karena akurasinya. Penayangannya dilesatkan ditengah isu rasial. Dibidik sempurna kejantung para petinggi The Academy. Lee seakan menodongkan pistolnya dikepala dewan gubernur sambil mengancam dengan jenaka. Hey Whats up bro? this is my Nigga Soldier! Take this to the Dolby or I ll blowing ur head.. Dan Jika peristiwa 2015 adalah prolognya, Blackkkklansan adalah Martin Luther King.
Anyway
Apakah film Blackkklansman mampu memukul para bajingan rasis dinegaranya dengan cara yang sama ketika Donald Trump memukul mundur para imigran meksiko dengan tembok palsunya?
Apa juri juri Oscar takut diterpa isu rasial makanya Spike Lee dijadikan tameng? Atau memang film ini bagus?
Tidak perlu dijawab dengan lugas, begini saja.. rasisme memang kejahatan yang harus dilawan karena rasisme adalah penyakit bagi peradaban manusia. Tapi, jika ada seorang nigga yang jahat dan criminal maka tidak perlu ditutupi. Pun sebaliknya, Jika seorang kulit putih itu ternyata orang baik maka tidak salah juga untuk dibesar-besarkan. Film tetaplah film, tak peduli siapa sutradara atau pemainnya. Mau dia Afro, Jews, Hispanik, Asia atau Kulit putih. Jika bagus silahkan tepuk tangan dan jika jelek maka orang juga bebas untuk mengkritik. Oscar harusnya sudah keluar dari perdebatan diluar film.
Sekedar informasi, Spike Lee adalah salah satu sutradara yang mengkritik penyelenggaraan Oscar tahun 2015 dan mengancam tidak akan menghadiri pengumuman Oscar. Apakah karena itu pihak Academy memberinya reward? Tapi sikap Lee yang terkesan intimidatif juga tidak bisa mengelimir fakta bahwa masih ada kesenjangan dalam penjurian Oscar. Mayoritas pekerja film Amerika yang menjadi pemilik suara adalah kulit putih. Tentu ada pihak-pihak yang lebih dominan meski tidak disengaja.
Juri-juri Oscar punya subjektifitas namun bila film ini dianggap sebagai representasi kaum kulit hitam maka bagaimana dengan Marvel yang menampilkan banyak pemain kulit berwarna dalam film Black Panther? Yang saat ini juga masuk dalam beberapa nominasi termasuk Best Picture. Bukanlah lebih representative?
Spike Lee dengan jumawa mengatakan “ketika para sejarawan melihat karya seni yang mencerminkan apa yang terjadi sekarang, maka mereka akan melihat film ini sebagai sisi kanan sejarah”.
Oh ya?
Well.. Mari kita tunggu.
0 komentar:
Post a Comment