Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Thursday 17 January 2019

Review Film Glass 2019: Trilogi ini diakhiri dengan cara yg keterlaluan, Anti Klimaks!


Bayangkan apa jadinya dunia ketika tiga orang yang memiliki kekuatan super bertemu dirumah sakit khusus kejiwaan?








Glass merupakan penutup dari trilogy yang dimulai sejak 19 tahun lalu. Unbreakable (2000), Split (2017) dan ditutup oleh Glass (2019). Ini adalah trilogi yang mungkin paling rumit dari semua film-film trilogi yang ada karena potongan potongan kisahnya hampir tidak tersambung dengan jelas satu sama lain. Dua sequel sebelumnya,Unbreakble dan Split hanya terhubung oleh adegan terakhir ketika David Dunn yang diperankan oleh Bruce Willis muncul di akhir film. Setelah James McAvoy yang berperan sebagai Kevin Wendel Crumb, orang gila dengan 24 kepribadian berhasil melarikan diri dari kasus penculikannya.

Berangkat dari dua sequel yang tidak sempurna itu maka Glass diharapkan untuk  menjadi potongan terakhir yang menyatukan narasi Unbreakable 2000 dan Split 2016. Ini adalah film yang mengharuskan kalian untuk menonton dua sequel sebelumnya demi menemukan benang merah. Tentu saja, Elijah Price alias Mr. Glass, yang diperankan oleh Samuel L. Jackson kembali muncul setelah 19 tahun hilang. Tubuhnya yang lemah dengan 94 kali patah tulang tak menghalanginya untuk percaya bahwa ada kekuatan yang dimilikinya. Dari balik kursi roda, ia meyakini bahwa ada orang orang istimewa yang memiliki kekuatan super diluar sana. Kepercayaan yang diambil dari  buku buku komik yang dia baca sejak kecil. Glass juga mencurigai bahwa ada sebuah komunitas didunia ini yang menghalangi orang orang istimewa itu untuk mengembangkan potensi mereka. Menghalangi mereka untuk menunjukan diri. Kedengaran gila memang.. awalnya.

M. Night Shyamalan rupanya berusaha keras agar film ini menjadi penutup yang sempurna setelah kesuksesan Split yang meraih banyak penghargaarn. Glass harusnya bisa lebih baik dari Split, sayangnya kesuksesan James McAvoy dalam memerankan Kevin Wendel Crumb kini menjadi sekedar mitos yang membebani film ini. 

Alur cerita memang berhasil diselamatkan dengan plot yang nyaris sempurna, seperti bagaimana tiga orang ini terhubung oleh kecelakaan kereta Eastrail 177 19 tahun lalu. Fakta bahwa ayah Kevin juga salah satu korban dalam tragedi kereta berdarah itu. Menjawab keraguan bahwa trilogy ini akhirnya terkoneksi secara alamiah tanpa dipaksakan. 

David Dunn sebagai satu satunya orang yang selamat dari tragedy tersebut, kini juga berhasil menyelamatkan 4 orang gadis yang diculik oleh Kevin Wendel Crumb. Upaya penyelamatan itu malah membawanya ke rumah sakit khusus kejiwaan. Di rumah sakit itu, tiga orang itu bertemu dan ditangani secara khusus oleh Dr. Ellie Staple yang diperankan dengan manis oleh Sarah Paulson.
Trilogy ini menggabungkan unsur-unsur thriller, pahlawan super dan juga psikologis ilmiah. Night Shyamalan memang  berpengalaman dengan film film jenis ini. Bisa dilacak dari film-filmnya yang pernah ia garap sejak Praying With Anger di tahun 1992, The Sixth Sense, The Village, The Visit, dan beberapa lainnya. Jika kalian ingin melihat kelebihan dan kelemahan M. Night Shyamalan maka Glass adalah jawabannya. 

Dengan biaya 20 juta dollar atau dua kali lipat dari film Split yang hanya menelan 9 juta dollar, Glass harusnya bisa menjadi lebih berjaya, apalagi didukung oleh aktor aktor ikonik Hollywood.  Nyatanya, film ini tidak lugas memunculkan karakter seperti dalam film Split. Plotnya lambat dan patah juga setting film yang sebagian besar hanya berkutat di Raven Hill Memorial membuat durasi terasa panjang dan membosankan. Ironisnya, Elijah Price alias Mr Glass yang menjadi judul film malah gagal ditampilkan dengan baik. Kekuatan kognitif yang merupakan ciri khasnya tenggelam oleh dialog yang melelahkan. Jika David Dunn mampu menjebol baja atau Kevin Wendel Crumb mampu memunculkan karakter The Beast dalam dirinya. Mr. Glass justru hilang dari adegan adegan kunci. Bagaimana Mr Glass berhasil keluar dari sel nya sangat kabur diperlihatkan

Bruce Willis luar biasa, Samuel L Jackson tak perlu diragukan, James McAvoy sempurna apalagi dia mendapatkan tambahan karakter dari 24 kepribadian yang tidak dimunculkan dalam Split. Tiga actor ini terlihat bersenang senang dengan peran yang mereka mainkan. Hanya saja, terasa ada yang kurang
Kesuksesan Split seakan memberi lisensi bagi Shyamalan untuk bertindak ceroboh dalam memberi ending pada film yang berawal sejak 19 tahun lalu ini.  Bukan waktu yang pendek tapi diakhiri dengan cara yang keterlaluan. Film ini sangat mengecewakan. Sialnya, orang orang yang telah menonton dua sequel sebelumnya mau tidak mau harus membeli tiket untuk memaki diri mereka sendiri karena gagal mencapai klimaks. Mengerikan.

Pada dasarnya, Trilogi ini memang bukan film yang ringan karena mengharuskan penontonnya untuk berpikir. Apa yang membuat frustasi adalah narasi didalam film Glass yang berjalan lurus dan mudah ditebak. Rahasia utama bahwa Dr Ellie Staple ternyata bagian dari komunitas anti hero yang dicurigai oleh Mr Glass tidak cukup memuaskan justru makin membingungkan. Dititik ini, Shyamalan seperti membawa kita tersesat dalam pikirannya yang rumit.. Film ini memang menyedihkan namun tidak sepenuhnya gagal. Paling tidak, 19 tahun sudah diakhiri meski tanpa apa-apa. Glass mungkin sukses menyatukan Unbreakable milik Disney Buena Vista dan Split milik Universal Studio untuk bekerja sama. barangkali, itu adalah kerjasama pertama dalam sejarah film tapi Glass tidak bisa menyatukan imajinasi kita. Setelah pulang kerumah, kita tidak akan lagi mengingat bahwa pernah ada trilogi ini dalam sejarah film. Jika ada yang harus disalahkan maka itu adalah ekspetasi kita.


Artikel Terkait

0 komentar: