Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Saturday, 16 March 2019

Review Film Captain Marvel: Ketika Perempuan Menjadi Penyelamat Alam Semesta.

" Apa kalian siap jika salah satu Superhero Marvel ternyata seorang Gay? Atau mungkin Lesbian? MCU: Marvel Cinematik Universe sedang berusaha memainkan kontroversi ditengah penayangan film terbaru mereka, Captain Marvel. Kali ini, saya akan mereview film ini diluar desas desus yang sensasional itu."




Ini bukan satu satunya film Marvel yang terbaik tapi ini adalah muasal-nya, semacam causa prima, seperti ledakan besar tempat sejarah alam semesta dimulai karena ini lah maka semua film Marvel layak ditunggu.  Jika Avengers telah menciptakan pasar tersendiri dan mewarnai kebudayaan kita dengan deretan superhero yang bahu membahu menyelamatkan dunia maka Captain Marvel adalah prolognya. Tak akan ada Avengers tanpa Captain Marvel, paling tidak itu bisa kita ketahui dari nama Avengers yang  diambil dari kepingan tulisan di pesawat Carol Danvers. Lagi pula, agen Fury niscaya tak akan membentuk Avengers bila dia tidak mengenal Captain Marvel dan menyadari bumi berada dalam ancaman mahluk mahluk dari planet lain. 
Memberikan kursi sutradara kepada Anna Boden dan Ryan Fleck adalah perjudian besar bagi MCU ditengah kesuksesan DC dengan Aquaman-nya. MCU cukup percaya diri bahkan ketika Brie Larson dipercaya untuk menjadi Captain Marvel. Faktanya, Brie Larson jarang sekali mendapatkan peran utama, film ini adalah peluang terbesar dalam karirnya. So? Sutradaranya medioker, artis-nya spesialis Cameo? Lalu apa?

Hasilnya? Monument raksasa Marvel  telah dibangun di film ini. Sentuhan fiksi yang didramatisasi dengan rangkaian cerita yang dibuat sambung menyambung dimana Captain Marvel  adalah muaranya. MCU tak lagi peduli siapa sutradara atau pemerannya karena apa yang mereka jual adalah nama Marvel itu sendiri

Alien  Ketika separuh dari isi alam semesta musnah dalam Avengers: Infinity wars, maka film ini adalah celah untuk memberi jalan bagi film Avengers: Endgame yang juga akan tayang tahun ini. MCU, ingin mengatakan kepada penggemarnya bahwa, kalian harus menonton ini dulu untuk mengetahui siapa sosok yang akan menyelamatkan dunia ketika para superhero Avengers sudah tidak berdaya?  

Boden dan Fleck tak punya pengalaman cukup untuk bermain-main dengan fantasi futuristic dunia komik, pasangan sutradara yang tinggal di Brooklyn New York ini akan sulit menahan kritikan karena kurangnya efek visual dalam Captain Marvel. CGI nya memang tidak lebih baik dari film film Marvel yang pernah ada.

Alur cerita yang lambat di awal film, skenario yang panjang mirip drama keluarga hampir membuat kita bosan. Tapi situasi perlahan lahan berubah seiring adegan yang bergerak maju.  Persahabatan Carol Danvers dan Maria Rambeau menyisakan misteri tersendiri. Karakter Talos, pemimpin bangsa Skrul yang diperankan oleh Ben Mendelshon sangat membantu dengan memperlihatkan sikap jahat diawal awal film. Ben rupanya dipercaya Boden karena mereka juga pernah bekerja sama dalam film Mississippi Grind ditahun 2015. Terlalu sering aktor hebat tersesat dalam peran alien yang jahat tapi Ben Mendelshon sukses membuat alien skrull jadi lebih manusiawi.

Bagaimana dengan, Samuel L Jackson, orang tua ini sudah tak perlu lagi diragukan, dia sudah terlalu tinggi untuk disentuh dengan kritikan. Coba perhatikan! Dibalik kesuksesan Avengers ada kontribusi cukup besar seorang Samuel L Jackson. Superhero Avengers datang silih berganti dengan aktor aktor hebat tapi Samuel L Jackson tak akan tergantikan. Bahkan jika dia bermain dalam film Dilan, maka film itu akan masuk nominasi Oscar. Barangkali loh yah  Kehadiran Flerken, kucing alien yang bernama Goose harusnya bisa menjadi Spin off karena menyelipkan warna tersendiri dalam film. Perjumpaanya dengan Nick Fury menjawab teka teki mengapa agent Fury tampil dengan satu mata dalam semua film Avengers.  Bagaimana dengan Jude Law? Ini pengecualian, karekter Yon Rogg harusnya bisa dibuat lebih beringas. Sayangnya, nama besar Jude Law harus menutupi kekurangannya di film ini.

Secara umum, film ini memberi porsi besar untuk unsur drama meski tanpa kisah cinta. Toh Kita tidak butuh ciuman untuk memberi label sebuah film drama. 
Pertempuran langit dengan muntahan senjata berwarna warni, berkilau disinari matahari lalu pesawat jatuh di padang tandus merupakan visi paling spektakuler ditengah kurangnya efek visual. Berlatar  tahun 90an, ketika wabah musik Seattle Sound menguasai budaya pop bahkan Nirvana juga ambil bagian di film ini.  Klimaksnya adalah kemunculan seorang perempuan untuk menyelamatkan alam semesta, memberi wanita kepercayaan itu merupakan intisari dari Captain Marvel. 
Brie Larson sangat representative untuk karakter itu, matanya sejuk tapi menyiratkan kepercayaan diri, sangat tenang tapi mematikan. Apalagi ketika dia menjadikan langit seperti taman bermain. Unsur feminisme dicampur dengan aksi aksi luarbiasa, manis tapi maskulin menjadikan film ini layak sebagai kado Hari perempuan Sedunia.

Anyway, MCU  sudah memberi tanggung jawab kepada Captain Marvel untuk memikul nama besar franchise mereka, raksasa waralaba itu memahat dirinya dalam difilm ini, anggap saja sama seperti mereka mempercayakan film ini kepada Anna Boden. Sutradara yang filmnya masih bisa dihitung dengan satu jari tangan. 
Kenapa harus takut? Bukankah sudah bisa ditebak? Para superhero Avengers yang terancam punah di Infinity wars akan diselamatkan Carol Danvers di Avengers: Endgame? 

*Versi Video In Youtube
https://www.youtube.com/watch?v=8QsqpfEErLI

Artikel Terkait

0 komentar: