Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Friday, 12 November 2010

Jump Car Red: Perpaduan Musik dan Monolog Puisi


Musik adalah bahasa universal yang terkadang secara verbal merepresentasikan keinginan, harapan maupun hasrat tak berbentuk. Notasi dan lirik berfungsi sebagai katalisator bagi para seniman musik untuk menyampaikan cinta, rindu, kemarahan, protes bahkan pemberontakan. Adalah Jum Car Red, sebuah band yang juga memilih musik dalam menyuarakan eksitensinya. Di tengah erosi dunia kerja yang menjadikan manusia seperti mesin tanpa emosi dan berbagai persoalan keseharian membuat anak-anak muda ini tak ragu untuk menjadikan musik sebagai kendaraan perang mereka dalam melawan kenyataan semu. Lirik lagu yang sarat makna serta referensi musikal yang juga tidak asal-asalan ditambah lagi aksi panggung yang memadukan unsur teatrikal dan kegenitan rock n’ roll membuat band ini sangat layak ditunggu kehadirannya.
Tersebutlah di tahun 2005, ketika itu Dody Setiadi sedang masa liburan semester lalu menyempatkan diri mengunjungi rumah Okta Purnomo, salah seorang sahabat masa SMA-nya. “Pada waktu itu kami berbincang tentang apa saja, mulai soal perkuliahan yang tak kunjung rampung hingga berbagai persoalan yang dihadapi Okta selama mengarungi dunia kerja. Kemudian kami sampai pada pokok bahasan yang tak kunjung dapat kami selesaikan,” kenang Dody tentang awal terbentuknya Jum Car Red. Ihwal tersebut terus mengganggu perbincangan dua pemuda itu, kegundahan akan masa depan yang menantang, kepenatan dunia kerja, kuliah dan berbagai persoalan lain mau tidak mau menggugah mereka untuk melakukan sesuatu. “Kami sadar peradaban ini tak akan berhenti membenamkan dan menggerus kemanusiaan kami. Di tubir malam, kami sepakat agar tak terjerumus dalam stagnansi lalu kami putuskan untuk menggila. Berdialog dengan hidup menggunakan cara kami. Kami ingin menjadi keras dan terus bergulung agar tetap survive. Dan boom! kami putuskan untuk kembali bermusik,” lanjut Dodi berapi-api.
Tentu saja bagi Dody cs musik tidak lagi sebagai sekedar musik namun menjadi semacam pelepasan sekaligus media mereka dalam berdialektika dengan kehidupan. Sayangnya keinginan untuk mendirikan band baru terealisasi pada tahun 2006. Selepas Dody Setiadi merampungkan kuliahnya dan kembali ke Jakarta. Satu per satu karib lama semasa SMA-nya pun dikumpulkan hingga pada bulan kelima di tahun 2006, dengan komitmen seadanya dalam sebuah sesi latihan di studio sewaan di bilangan Jakarta utara terbentuklah kelompok musik tanpa nama. Itu lah cikal bakal Jump Car Red (JCR). Dari pelafazan, nama Jump Car Red mungkin sedikit asing untuk lidah orang Indonesia. Jelas nama ini tidak sekali-kali dimaksudkan untuk dimaknai menurut aturan gramatikal dalam bahasa Inggris, sebab nama tersebut keluar dari aturan itu namun bagi para punggawanya pemberian nama Jump Car Red memiliki alasan khusus. “Nama Jump Car Red sepenuhnya dimaksudkan untuk dipahami sesuai dengan ungkapan bahasa Indonesia, yakni: Jam Karet, awalnya setiap kali latihan selalu saja ada beberapa kawan yang tidak bisa datang tepat waktu. Dari ungkapan spontan yang berpagar makna leksikal itulah lahir nama Jump Car Red. Sedangkan untuk cara penulisannya yang menuruti gramatika bahasa Inggris sekedar lucu-lucuan saja. Anggap saja sebagai sindiran kepada masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan,” ujar Dody tertawa. Meski dari segi nama band ini agak nyeleneh namun mereka tidak bisa dikatakan tidak serius. Ciri menarik dari band ini adalah konsep pementasannya yang mencoba memadu-padankan berbagai macam bentuk pementasan, mulai dari teater baik monolog, drama, puisi, art performance, video art, dan sejenisnya untuk kemudian dihadirkan kehadapan pemirsanya sebagai sebuah sensasi tontonan. Namun hingga saat ini, band ini baru mampu menghadirkan monolog serta puisi dalam berbagai pementasannya. Mereka mengakui bahwa puisi adalah yang paling praktis untuk ditampilkan dalam setiap pementasan, maka hampir dapat dipastikan pembacaan puisi selalu lekat dalam setiap penampilan mereka. “Sejak mula kami bercita-cita untuk menjadikan band ini sebagai penerus semangat band-band rock-teatrikal yang banyak muncul pada sekira tahun 60/70an baik di dalam negeri maupun mancanegara,” tutur Dodi Setiadi.
Sebagaimana layaknya band yang sedang berjuang mengibarkan benderanya, Jump Car Red juga telah mengalami beberapa kali pergantian personel dan kini ditukangi oleh Dody Setiadi (vokal), Okta Purnomo (bas), Rio Madino (drum), Akmal Fauzan (gitar), Muhammad Artan Januar (gitar), Dimas Anindito (kibord) dan saat ini tengah bersiap untuk merilis mini album mereka setelah lama mengembara dari gigs ke gigs. Beberapa lagu Jump Car Red pun sudah tersebar di mana-mana meski secara formal band ini belum mengeluarkan album. Salah satu lagu yang telah sering mereka mainkan ketika tampil di beberapa event musik adalah lagu yang berjudul “Confessions On The Dance Floor”. Sebuah lagu yang fresh dengan suntikan irama yang mengajak orang yang mendengarnya ikut berdendang. Ada juga lagu yang berjudul “Metafora” dengan lirik yang sangat filosofis. Jump Car Red juga memiliki tendensi yang sama dengan banyak orang dalam menyoal kondisi yang terjadi hari ini. Segala pikiran kritis mereka akan termanifestasikan dalam mini album yang sedang proses perilisan dan menurut rencana akan diberi tajuk The First Half of Life. “Konsepnya mini album dengan lima lagu, kami menyoal feminisme dan bias gender dalam lagu berjudul “Katastropi”, berhala dan Tuhan baru dalam lagu “Phedolaboria”, sikap monotafsir dalam melakoni kehidupan dalam lagu “Metafora”, gaya hidup dalam lagu “Confessions on the dance floor” dan juga cinta dalam lagu “My J-Lammy Blues”. Semua itu adalah periodesasi hidup, interpretasi kami atas kehidupan. Mini album ini direncanakan sebagai album konsep yang antara lagu satu dengan lagu lainnya memiliki hubungan. Hubungan tersebut dapat dilihat berdasarkan lirik, urutan lagu serta musik ilustrasi antara yang akan menghubungkan lagu satu dengan lagu lainnya. Insya Allah akan rampung sebelum akhir tahun 2010 ini,” jelas Dody soal mini album Jump Car Red.
Dody Setiadi juga berharap bahwa scene musik independen dapat berkembang untuk memberi wadah dan berimbas baik terhadap musik dalam negeri. “Saya sangat yakin bahwa tumbuh dan berkembangnya sebuah scene itu sangat bergantung oleh media yang mendukungnya. Scene menjadi signifikan jika didukung oleh media yang tepat dan massif Media bisa apa saja dan dalam bentuk apa saja. Dengan kemajuan teknologi media seperti sekarang ini itu tidak sulit,” kata frontman Jump Car Red ini. Tentu saja tidak ada scene musik yang berdirinya dibiayai oleh lembaga donor atau investor terlebih lagi oleh negara. Scene berdiri sebab berkumpulnya orang yang suka terhadap musik atau band tertentu. Di tengah lesunya scene musik independen, Jump Car Red tidak takut untuk tidak menjadi seragam, bahkan mereka mencoba berusaha untuk tidak sama dengan apa yang selama ini tersedia secara massal dalam industri musik. “Vox populi vox dei” itu ngawur karena yang kebanyakan belum tentu baik, belum tentu benar. Kesadaran mekanis adalah kesadaran yang membebek. Ia akan segera rapuh berganti-ganti dari yang saat ini melayu menuju entah apalagi,” demikian statement Dody Setiadi tentang industri musik. Secara tersirat pria yang juga menyenangi filsafat ini mengakui keresahan yang dialami banyak orang. “Saya bukan ingin melecehkan genre musik tertentu, saya menghargai semuanya. Apa yang ingin saya katakan adalah bahwa menjadi tugas industri musik di tanah air untuk menyediakan berbagai macam genre kehadapan publik. Pilihan akan membuat publik menjadi cerdas, dan tidak membeo,” sambungnya.
Bagi Jump Car red, musik menjadi sebuah media tempat mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan. “Dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, kami gadaikan jiwa dan raga kami untuk bekerja pada perusahaan tempat di mana kami memperoleh nafkah. Bukan berarti kami tidak bahagia melakukan pekerjaan itu, namun hal itu belum cukup menentramkan individualitas kami. Untuk itu kami berkarya dalam musik yang berfungsi sebagai penawar bathin kami,” ungkap Dody. Interpretasi mereka tidak hanya diwujudkan sebatas musik namun juga pertunjukan teatrikal yang memukau. Dan di panggung, Jump Car Red seakan berada dalam dunia mereka sendiri, menciptakan sejarah dengan lagu yang membawa mereka menuju proses kreatifnya. “Bagi kami rock and roll itu adalah terus menerus melakukan dialog dengan kehidupan,” papar Dodi menutup perbincangan malam itu.

(By me to likethis.com)
http://www.likethisentertainment.com/story/main-band-profile/462-jump-car-red-perpaduan-musik-dan-monolog-puisi-.html

Wednesday, 10 November 2010

IRON MAIDEN: Menjawab Penantian Panjang Para Pengemarnya di Indonesia


Katakan saja bahwa menunggu itu memang sangat melelahkan akui saja dengan bangga bahwa penantian panjang ini akhirnya terjawab dengan cukup melegakan. Sejak beberapa bulan yang lalu rumor kedatangan Iron Maiden santer berhembus dan membuat banyak kalangan khususnya para penggemar fanatiknya gelisah hingga akhirnya kabar mendebarkan itu menemukan pembenarannya. Iron Maiden dipastikan mendarat di Indonesia pada bulan februari 2011. Original Production yang dikomandoi Tommy Pratama adalah pihak yang berjasa band bersejarah itu. Setelah sukses menggelar konser beberapa band seperti Megadeth, Extreem, Firehouse dan penyanyi Michael Bolton ke Indonesia, kini Original Production seakan menawarkan klimaks bagi para pecinta musik rock tanah air dengan salah satu legenda Heavy Metal dunia. Konser Iron Maiden kali ini merupakan rangkaian The Final Frontier World 2011 yang juga menjadi titel studio terbaru mereka. Pada press confrence yang diadakan di Hard Rock CafĂ© Jakarta (Senin/08/11/2010) Tommy Pratama mengatakan Iron Maiden akan memuaskan dahaga para penggemarnya dengan menggelar konser di dua kota: Jakarta dan Bali. Stadion Gelora Bung Karno akan menjadi saksi penampilan mereka pada tanggal 17 februari 2011 lalu Garuda Wisnu Kencana – Bali pada tanggal 20 februari 2011. “Kami sudah sekitar 5 tahun yang lalu berhubungan dengan manajemen Iron Maiden” kata Tommy Pratama“ Mereka juga sangat antusias bisa konser disini mengingat penggemar mereka di Indonesia terbilang cukup besar”. Lebih jauh, Tommy Pratama berharap dengan kedatangan Iron Maiden dapat memberi pengaruh positif terhadap citra Indonesia dimata dunia bahkan promotor kawakan ini tidak memungkiri jika hal sukses dapat membuat beberapa band legendaris bersedia datang ke Indonesia. “Semoga salah satu dari The Big Four yang lain tahun depan dapat kita bawa kesini, bisa Metallica, atau yang

Iron Maiden yang saat ini diperkuat oleh Bruce Dickinson (vocal), Steve Harris (Bass), Dave Murray (gitar), Janick Gers (gitar), Adrian Smith (gitar) dan Nicko McBrain (drums) telah merilis total kolektif tiga puluh satu yang terdiri dari lima belas studio, tujuh live, empat EP, dan lima kompilasi. Sebagai salah satu legenda rock dunia, kehadiran mereka tentu saja sangat dinantikan oleh banyak penggemarnya. Dalam press confrence yang juga di hadiri para fans Iron Maiden yang tergabung dalam Indonesia Iron Maiden Troopers (IIMT), Syam Iman ketua IIMT didaulat naik ke mimbar pembicara bersama Arthur Kaunang (bassist AKA/SAS). Tommy Pratama terang-terangan mengucapkan terimakasih kepada Indonesian Iron Maiden Troopers yang menurutnya sangat memotivasi hingga Original Production berani mengundang Iron Maiden,”Saya sempat mengatakan kepada manajemen Iron Maiden, lihat itu penggemar anda”

Pihak Original Production menegaskan Iron Maiden akan membawa 70 orang dengan maksimal 20 ton beban peralatan konser yang diangkut dengan menggunakan pesawat Boeing 757 kepunyaan mereka. Pesawat yang juga berjuluk Flight 666 akan dipiloti langsung oleh vokalis Iron Maiden, Bruce Dickinson. Ketika ditanya perihal tempat landasan pesawat jika sampai di Jakarta, Tommy Pratama belum bisa memberitahu. “Bisa di Bandara Sukarno- Hatta dan bisa di Halim Perdana Kusuma” pungkasnya tersenyum. Salah seorang wartawan bergurau barangkali kerahasiaan itu untuk menghindari ledakan pengunjung yang melihat pesawat itu. Seperti diketahui, Bruce Dickinson yang bergabung menjadi vokalis pada tahun 1981 memiliki pekerjaan sampingan sebagai instruktur bagi para pilot disalah satu maskapai penerbangan di Inggris. “Dia juga pernah menjadi atlet anggar nasional dari Inggris” cerita SyamIman ketua Indonesia Iron Maiden Troopers.



Hingga konferensi pers berlangsung, Original Production belum mendapat kepastian apakah konser ini juga menghadirkan opening act. “ selama ini manajemen Iron Maiden mengatakan no suporting act dan kalau pun ada itu bisa saja dibawa sendiri oleh mereka” katanya. Terlepas dari hal itu, kehadiran Iron Maiden adalah sesuatu yang sangat membanggakan mengingat konser mereka di Asia hanya diselenggarakan di dua negara. Indonesia dan Singapura. “Harapan kami penggemar mereka dari Malaysia, Philipina atau negara-negara lain akan datang ke Indonesia, target kami memang para turis makanya kami memilih Bali setelah Jakarta bahkan saya sempat mendengar kabar penggemar mereka dari Australia ada yang menonton konser Iron Maiden di Bali bukan di negara mereka” imbuh Tommy

Antisipasi keamanan juga disiapkan secara maksimal oleh panitia meski demikian Tommy mengakui ada kemajuan dalam konser-konser musik saat ini “Kesadaran orang untuk menonton konser itu sekarang berbeda dibanding dulu, sekarang orang nonton konser untuk enjoy bukan untuk rusuh kami tetap memaksimalkan keamanan” tandasnya. Lebih lanjut Tommy juga mengatakan Iron Maiden di Indonesia, Original Production juga bekerja sama dengan sponsor saat ini beliau masih belum bisa menyebutkan nama-nama sponsor . “ Biasanya sih H-30 baru terpasang atribut sponsor, strategi sponsor lah itu”. Sementara itu, untuk tiket presale Original Production hanya akan membuka penjualan satu hari yakni: tanggal 14 November mendatang hanya 3000 tiket yang dilepas itupun hanya kelas Festival. “Untuk kelas tribun mungkin tidak ada presalenya, mengantisapi membludaknya antrian” katanya.

Menariknya kedatangan Iron Maiden kali ini juga memberi arti besar bagi Original Production yang tahun depan berusia dua dekade. “Anggap saja ini sebagai perayaan dua dekade Original Production” timpal MC dari atas mimbar pembicara. Tommy Pratama hanya tersenyum mendengar hal .

Arthur Kaunang yang juga menjadi pembicara dalam press confrence itu terlihat antusias mengisahkan kiprah Original Production. “saya ingat sekitar tahun 1992, Original Production mengundang kami (SAS) main pada malam tahun baru di Ancol, waktu itu mereka belum lama berdiri” kenang Bassit yang juga kompatriot Alm Ucok Harahap itu. Beliau juga memuji kesuksesan Original Production membujuk Iron Maiden untuk datang ke Indonesia. “Iron Maiden memiliki jiwa rock yang tidak bisa dipungkiri walau usia mereka sudah tidak muda lagi konser mereka diTentu saja para Troopers Indonesia juga berterimakasih pada Original Production atas The Final Frontier World 2011 ini, Indonesia Iron Maiden Troopers yang mensupport Original Production Iron Maiden saat ini berjumlah lebih dari 13.000 pengikut dijejaring sosial facebook telah menanti kehadiran Iron Maiden sejak lama dan Stadion Utama Gelora Bung Karno akan menjadi saksi sejarah berkumpulnya para Troopers Indonesia selain Garuda Wisnu Kencana. Mari berharap Flight 666 yang menerbangkan para dedengkot Heavy Metal itu sukses menggelar lagu-lagunya di Indonesia. [EL]

(by me publshed on Indonesian Hits)http://indonesia-hits.com/iron-maiden-menjawab-penantian-panjang-para-pengemarnya-di-indonesia/

Tuesday, 2 November 2010

'"jika Ada Sesuatu yg Terlupakan Di dunia ini maka itu adalah -Kesederhanaanmu-"



gw ingin menulis sesuatu tentang lo’ pada riwayat kertas tipis tanpa bingkai prasangka hanya agar orang-orang tahu’ bahwa engkau pernah hidup..


gw percaya, sejarah tidak hanya berisi penaklukan atau cerita orang-orang besar tapi keseluruhan dari sejarah dimulai dari hal-hal yang paling sederhana’ napoleon tak akan bisa memenangkan perang tanpa prajurit berpangkat rendah bukan? gutenberg tak akan bisa menemukan mesin cetak tanpa buruh-buruh terampil. Ada banyak kisah-kisah kecil yang hampir terabaikan bahkan tanpa kita sadari lintasan peristiwa itu nyata hadir dalam keseharian. Seperti saat kita mengenal seorang temen di bis kota, ruang tunggu, bandara, dipedesaan, kereta atau saat kita bertemu sahabat lama di warung makan pinggir jalan. Bayangin’ dari hal-hal kecil tersebut mampu memberi kita beragam sudut pandang bahkan mengajak kita melihat dunia yang berbeda dari yang selama ini kita pahami- pola pikir kita, cara kita melihat pun memahami realitas dibentuk dari sesuatu yang paling sederhana pun hidup ini bukan saja tentang keputusan-keputusan besar tetapi juga keputusan kecil yang kita ambil walau sedang berada dalam ketergesaan, keputusan singkat, perjumpaan singkat yang ternyata imbasnya mengalahkan berdirinya imperium besar.





sekawanan elang baru balik dari negeri antah berantah lalu berkisah tentang orang yang menunggu hari gelap disebuah stasiun kereta, sesekali mereka menghalau dingin sambil bersorak-sorai ditengah jalan dengan menghunuskan pijar kepada setiap yang lewat, menjelang malam dalam kepenatan metropolis


Hari yang diam minus cahaya ditengah cuaca mendung menebarkan dingin yang berhembus dibalik korden jendela. Kota ini bisu dalam ketergesaan yang kaku. Begitu purba dalam hitungan tahun-tahun mahalampau. Gedung dan jalan yang dibangun dari keringat kuli kasar dan berhasil memberi kenaikan gaji para arsitek dibalik meja. Terlalu biasa dalam gemerlap kota yang dipenuhi mimpi. Dari para petualang politik, pialang saham hingga mucikari di industri musik.

Pada sudut peradaban yang begini memuakkan’ elo muncul mengabarkan kisah sebidang tanah penuh rindu’ pernah berkecimpung lama dalam ingatan. elo melirik dalam nostalgia, tentang pangkalan becak, pasar juga lumpur sawah dan sekawanan kerbau dari simfoni angin dan merdu terkukur yang berlarian menyusur pohon – pohon tempat para petani menuai lelah: diatas tanah yang biru.

elo menghancurkan persepsi dan merobek batas kontradiksi yang selama ini coba gw lawan. Disini, ada seorang gadis yang suka mendengarkan gamelan, menonton wayang juga mencintai gunung.. hahaha..









“Suatu hari gw akan cuti dan pengen naik ke gunung lagi’’ ucapmu.

“mbah marijan pasti tersenyum di alam sana karena dalam kota yang penuh barang import ini masih ada gadis semanis elo yang merindukan panorama gunung” bisikku tertawa

“ hahaha.. si bedul mulai lagi gombalnya”

“yeeee, bukan gombal kok! Kalo pun gw gombal itu hanya untuk orang-orang yang pantas digombalin dan elo sangat pantes di gombalin” sambungku tertawa.

“bedul.. bedul.. dasar si bedul”



elo itu api yang mengaku kunang-kunang’ menyala-nyala dibawah pohon pakis seperti matahari yang menabrak malam... sebentar saja gw datang membawa segenggam imajinasi… elo itu perempuan gelisah sedangkan gw laki-laki jalang, bersua kita disudut ramai’ musim hujan tiba, menjelma dahan menjadi pucuk diatas tanah yang rindu basah… 






Awalnya gw kira elo adalah bagian dari kelopak bunga melati yang mekar pada malam kemaren tetapi setelah gw pikir-pikir lagi itu gak mungkin karena kalo elo adalah rangkaian melati mana mungkin lo bisa bersuara, hehe.. suara lo itu bikin gw addict, belakangan ini gw malah lebih sering dengerin suara lo daripada suaranya brian johnson, tau dah.. suara lo itu bagai mengandung busa-busa beer yang tak sanggup gw habiskan dan gw selalu tidur lelap jika selesai ngedengerin suara elo.. hehehe!

“mungkin karena kita sama-sama kesepian el... ” katamu malam itu.

“bukan kesepian dalam arti yang semantik’ gw tau lo pasti ragu bagaimana mungkin gw kesepian.. tokh, gw kerja digedung yang ramai dan aktifitas sosial gw sibuk bahkan terlalu bising, temen-temen gw banyak tapi siapa yang tahu -hati gw hampa” katamu lagi. Gw tertawa mendengar itu.

“hey, di kota ini semua orang kesepian naa, masyarakat kota hanya disatukan oleh kepentingan-kepentingan semu, kita dan mereka bagai senyawa atom yang mudah tercerai berai, siapa yang gak kesepian dalam kota yang begini sunyi” kataku datar

“el, el, bahasa lo itu gak kuat gw.. hahaha”

“ ini bukan bahasa bersayap , trust me! Ini fakta’ anggap aja bahasa gw ini bahasa pemabuk yang mencapai pencerahan spritualnya… “ jawabku disambung tawamu



kita adalah pedang yang berkilat kilat, kokoh digenggam zaman’ kita adalah anak panah yang meluncur membelah mata angin’ kita adalah rerumputan yang ujung daunnya selalu berharap menyentuh tanah’


“ hal yang menyamakan kita adalah, kita sama-sama merindukan ketenangan, kedamaian dan kita mereflesikannya dengan hal-hal yang sederhana”

“ yeah, kita adalah sepasang manusia kesepian yang berbahaya” sambungku cepat

" yuk akh" suara lo mendayu.

"kemana kita" tanyaku bingung.

" menurut elo dimana lagi tempat sembunyi yang paling aman?" katamu malah balik nanya.

"hmm, jika bukan dalam pelukan elo maka satu-satunya tempat yang gw rindukan adalah gunung"

" hahaha.. geloooo!"

" gunung, pantai, mari kita kesana, dunia ini mulai tua"



Berapa banyak dari kita yang sadar bahwa peradaban ini sedikit demi sedikit merampas hal yang intrinsik dalam diri kita, sesuatu yang paling berharga? Kesederhanaan! gw yakin’ semua orang selalu merindukan kesederhanaan. Dari balik tembok kemegahan ada moment dimana orang-orang akan mencari sesuatu yang hilang dalam dirinya. gw dan elo beruntung memilikinya..




jika elo bunga maka gw ini ilalang, kita terbang di musim kemarau bersama canda dan bisik jangkrik’ dibawah bumi yang mulai tua!


Sunday, 10 October 2010

review gigs: Malam Sinting, Satu Dekade Rumput Ijo


Banyak alasan kenapa orang ingin bermusik, hal yang paling mendasar tentu saja karena mereka mencintai musik. Meski ditingkatan mainstream alasan itu terlalu abstrak dikarenakan banyak selebritis lokal baik artis sinetron, pelawak bahkan politisi yang aji mumpung dengan turut berjibaku dalam mengeluarkan rillisan album.

Perdebatan untuk menentukan berkualitas tidaknya karya musik yang mereka munculkan jelas butuh ruang yang lebih besar namun yang sudah pasti adalah warna yang mereka torehkan itu semakin menambah barisan keseragaman dalam kolam musik negeri ini. Bisa jadi alasan untuk mencari uang, menambah popularitas adalah prioritasnya.

Saat sebuah perhelatan musik digelar di salah satu universitas swasta di daerah Pasar Minggu, yang merupakan perayaaan 10 tahun keberadaan Rumput Ijo, salah satu band Jakarta yang masih berdiri kokoh dengan identitas blues rock n roll-nya, tidak diragukan lagi bahwa band-band yang ikut berpartisipasi di gigs tersebut bukanlah band-band yang selama ini kerap muncul di layar TV lokal setiap pagi. Seperti umumnya acara-acara musik non mainstream, gigs ini pun diadakan secara kolektif oleh mereka.

Saya seakan melewati pintu persepsi ketika sampai di sana, pikiran subjektif terus menganggu akibat keharusan untuk mengisi acara. Beberapa kali Gatot Adi Susatyo sang penggagas acara atau yang dikenal dengan panggilan Gete Bandit, seorang pentolan komunitas klasik rock Debaners yang juga manajer Rumput Ijo, mengundang kami untuk meramaikan gigs ini.

Acara dijadwalkan pukul 4 sore, namun kealpaan panitia dalam mengikutsertakan pawang hujan membuat acara molor akibat air muntah dari langit. Saya menjumpai beberapa kawan-kawan dari Jump Car Red, The ABCD, Jaka sembung dan juga band-band dari komunitas Debaners seperti JJL, Kakua Jam, Fulmoon yang sudah muncul disana.

Menurut rundown, band-band yang akan tampil pada acara ini adalah Sober, Ungrateful Bastard, Stupid Cupid, Versa, ABCD, Koin, Jump Car Red, Lcd/che, Barqi, Kakua Jam, Lupus, Old Paper, Full Moon, The Jaka Sembung, The Manis, Jabang Jo, JJL hingga ditutup dengan penampilan Rumput Ijo sebagai tuan rumah sekaligus yang berulang tahun. Namun karena cuaca yang kurang bersahabat membuat beberapa band batal tampil. Dan stage pun dibuka oleh The ABCD, yang menciptakan suara gemuruh dan ledakan diatas panggung. Orang-orang yang tersebar mulai merapat kala tata suara dibunyikan. Masih belum banyak, namun pesta ini terlalu bodoh untuk dilewatkan begitu saja. The ABCD yang dimotori Away (vokal), Doddy B Priambodo (gitar) Al Daging (bas) Bapet (drum), Tjack (gitar) tanpa basa-basi langsung mengebrak dengan dua nomor mereka sendiri “Jimi Go”, “Blue Girls” dan ditutup dengan “Johny Be Good” nya Chuck Berry.

Jump Car Red pun kemudian naik ke stage dan masih menampilkan ciri khasmereka dengan membuka penampilan dalam puisi, “Aku” karangan Chairil Anwar yang dibacakan dengan pesona alkemist. Pertunjukan musikal yang dipadukan dengan teatrikal telah memberi identitas tersendiri bagi band ini. Sungguh menakjubkan! Apalagi saat lagu “Confession On The Dance Floor”, dan “Are You Gonna Go My Way” dari Lenny Kravitz menghancurkan keheningan. “Aku Senjakalaku” adalah lagu puitis dari Jump Car Red dan sentuhan filosofis mereka tak berhenti dalam lagu “Phedolaboria” karena Jump Car Red sedang meretas masa depan.

Selepas mereka saya pun ikut meramaikan pesta, Arya Pradana (gitar), Rama M. Kiki (drum), Arya Bimantoro (bas) menemani saya bernyanyi. Tiga lagu AC/DC cukup untuk mempertegas bahwa kehadiran kami hanya untuk bersenang-senang. Seberapa pentingkah komunitas? Pertanyaan ini mengejar sejak lama dan hingga di titik ini saya percaya bahwa peran komunitas sangat krusial bagi mereka yang berada dalam band apalagi band-band yang memainkan musik non mainstream. Peran komunitas bukan saja untuk berbagi pengetahuan namun lebih dari itu juga untuk mengembangkan jam terbang dengan bersama-sama mengorganisir gigs, menciptakan konektifitas yang positif.

Musik masih menghentak-hentak di stage ketika di belakang mixer beberapa kawan dari komunitas Debanner sedang bercengkrama. Kakua Jam merobek jala pendengaran ketika menghimpun kekuatan yang bernuansa blues psychedelic di stage. Digawangi Luqman (gitar/vokal), Jessy (bas) dan Ikbal (drum), Kakua Jam band memainkan lagu “Yer Blues” dari The Dirty Mac yang aslinya kepunyaan The Beatles, disusul “Down By The River”-nya Buddy Milles, lagu kepunyaan Neil Young dan diakhiri “Rock Me Baby” covering Jimi Hendrix yang aslinya kepunyaan B.B King.

Malam merambat semakin cepat ketika JJL mengambil kendali panggung mendonasikan lagu “Hoedown” (Emerson Lake & Palmer), “America” (The Nice), diakhiri “Hocus Pocus”(Focus). Aroma progresif rock yang ditawarkan JJL menjalar bagai udara yang dihirup oleh para penonton. Histeria massa, alkohol dan suit-suit genit belum juga mau berhenti, Saya sulit untuk mengeja kesadaran saat The Jaka Sembung meniupkan terompet perangnya, Bepe dan Mei masih saja menyengat dan beberapa lagu dari hits-hits mereka seakan tak mau kalah dengan aksi panggung Bepe yang sedikit nyeleneh. “Pak Maman”, “Giberwey” dan “BKTM” adalah lagu-lagu yang mereka mainkan untuk membakar suasana. The Jaka Sembung masih menghibur saat rembulan di langit menebarkan cahaya kontras dengan lampu kerlap-kerlip di panggung.

Menjelang dini hari, sang empunya acara naik ke panggung disambut tepuk tangan penonton. 10 tahun tentu saja bukan waktu yang pendek bagi Rumput Ijo. Keberadaan mereka adalah penanda bahwa rock n’ roll belum mati. Beberapa lagu dimainkan dengan khidmat tak peduli hari yang sebentar lagi akan terang. Banyak band yang muncul namun sedikit sekali di antara kami yang bisa bertahan namun Rumput Ijo seakan mempertegas bahwa masih banyak yang bisa kita lakukan dengan musik. rock n roll tak selalu hadir dari tempat mewah karena semua tempat selalu menyimpan ledakan inspirasi. Lagu-lagu mereka yang berjudul “Gak Bisa Ditawar”, “Kaki Berkarat”, “Malam Kosong”, “Selamat Malam Jakarta”, “Berlari, Hippies Ogah Pulang”, “Malam Sinting”, dan “Tembak Donk”, menjadi saksi bahwa malam itu Ivan (gitar), Ikbal (drum), Tommy (bas), Darwis (vokal) telah genap 10 tahun mengusung bendera bernama Rumput Ijo. Keringat dan air mata telah mewarnai perjalanan menuju 10 tahun dan membuat band ini semakin teguh untuk tetap bertahan. Selamat ulang tahun Rumput Ijo, konsistensi kalian adalah kabar baik bahwa rock n’ roll belum habis.

published on www.likethisentertaiment.com

http://www.likethisentertainment.com/hot-issue/main-gigs/432-malam-sinting-satu-dekade-rumput-ijo.html