Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Friday, 20 May 2011

gw emang gak tahu, apakah tuhan itu ada atau tidak? tapi cinta gw, nyata buat elo



Sepanjang hari saya berpikir tentang itu, pada malam saya mengatakannya. darimana saya berasal?dan apa yang harus saya lakukan? Saya tidak tahu. jiwa saya dari tempat lain, saya yakin itu, dan saya berniat untuk berakhir di sana - Jalaluddin Rumi-

sebenarnya, gw resah...
adalah elo yang merampas rasa aman gw, seperti ben laden yang membuat bangsa-bangsa besar tak lagi bisa tidur nyenyak, elo mengintip laksana nyamuk dan sering sekali gangguin gw justru saat bantal dan guling siap memberi mimpi,
elo tuh kaya filsafat, bernyala-nyala dan slalu timbulkan ragam interpretasi.
lo buat gw jadi bocah, kesal, senyum, marah, tertawa hingga gw bermain-main sendiri dalam sudut pandang yang tak selalu benar. Seperti ‘wahyu’ yang diklaim berbeda pada setiap zaman, setiap nabi, setiap kitab...

elo hadir di saat abad-abad tak lagi mampu membeda makna, lalu sekawanan burung berterbangan saling memangsa di udara, elo datang menggugat kata, memecah persepsi. Saat itu hujan terurai dalam kemelut, orang-orang memburu hampanya udara, menutup kenyataan,  kerontang pada cengkraman bait-bait. Hidup tapi tak sungguh-sungguh hidup.
elo muncul ketika sore tergantikan, langit berendam suram, waktu itu, elo bilang kalau elo tak kuasa melukis hujan, atau membuka tabir yang terhias suntuk dan noda kutukan, hanya bisa menggambar diri elo sendiri tanpa bingkai.
Utuh, jujur dan karena itu ‘gw tergila-gila pada kesederhanaan yang elo ciptakan..

Ingat dulu, gw bingung..
begitu sulit menerjemahkan binar-binar dimata elo, apa yang elo mau? Apa yang elo benci? Gw gak bisa mengetahuinya dengan sempurna, hanya menebak dan berharap benar, sampe akhirnya gw gagal, kaya heidegger yang gagal menerjemahkan nietzsche, lalu memilih jalan berbeda seperti petrucci yang tak bisa jadi gilmour..
Apa gw harus seperti mereka yaa? yang seenaknya menerjemahkan kitabsuci? menyakini prasangka yang mereka ciptakan sendiri dan menjadi pemanis perang yang ditabuhkan, menguasai asumsi yang mereka bilang kebenaran!
Pernah gw lakuin itu, hehehe.. tapi gw salah lalu elo pun pergi..


"Caramu Mencintai adalah cara Tuhan akan bersama mu." -Jalaluddin Rumi-



Well...
Di sini, ada  bintik  keheningan  yang menggerakan  tangan gw untuk menggali kemenangan yang pernah kita sudahi, tak melulu tentang itu karena ada juga caci maki orang-orang kalah.
Entahlah, sudah berapa lama gw bersembunyi, tenggelam, berserakan dalam memory. Serpihan-serpihan itu kembali gw temukan malam ini pada lagu lama yang sering kita dengar dulu..
lagu lama yang selalu elo dengerin ketika gw selesai diatas stage, lagu cinta, tapi tak hanya tentang kita -ada juga mereka- yang lain!
sayangnya, elo sudah tak disini lagi’ disudut sana ada tangan lain yang mendekap elo, tangan yang dilindungi norma,dihiasi doa dan dibungkus janji bernama pernikahan dan itu bukan gw...
gw ingin belajar sulap lalu menghadirkan elo kembali, hehehe.. andai gw bisa seperti mereka yang menyulap sawah hijau menjadi pusat belanja yang ramai, mengganti ladang menjadi lapangan golf, merampas petani menjadi buruh, manusia menjadi mesin' pasti akan sangat menyenangkan.
Sayangnya, gw bukan raja, hanya seorang pecundang yang tersesat ditempat yang benar..
gw emang gak selalu tahu apakah tuhan itu ada atau tidak? tapi cinta ini, nyata buat elo dan percayalah…‘didalamnya ada Tuhan-


"Siapa yang bisa begitu beruntung? Yang datang ke sebuah danau untuk air dan melihat pantulan bulan" -Jalaluddin Rumi-


musim cepat sekali berganti dan entah udah berapa kalender yang gw habiskan untuk meratapi elo, daun-daun tetap menetes embun walaupun mereka gak lagi hijau. Hembusan angin tetap terasa sejuk meski pabrik dan mall menghalanginya, bulir air masih dingin meskipun gak lagi bening dirampas polusi. Pun gw, masih disini – masih mengingat senja saat elo pergi.
jangan-jangan elo itu mengandung alkohol, entah kenapa setiap memikirkan elo, gw terkapar tak sadarkan diri. Kadang mengejang, kadang menggigil, bahkan kadang-kadang gw merasa sekarat..
Hanya saja, gw tau elo nyata, karena senyum elo manis sekali..
soryy yaa, ternyata gw masih rindu…

ouh iya,..
dulu setiap kita berdebat, gw selalu menertawai apa yang elo percayai.. hehe,
gw emang gak pernah meyakini keberadaan surga dan neraka, namun waktu elo pergi dan gak bisa lagi gw rengkuh, gw betul-betul yakin ada neraka, disini – dihati gw...




Cikarang - menjelang pagi: 20/05/11


 

Wednesday, 18 May 2011

Itu Dongeng kalian, Bukan Dongeng kami.


It is amazing how complete is the delusion that beauty is goodness -Leo Tolstoy-



Sebuah romansa di praktekan dihadapan kita, iring-iringan kendaraan bergerak menuju Gereja Westminster Abbey Inggris dan jutaan pasang mata menyaksikan hampir tanpa kedip. Lebih dari setengah penghuni kolong langit berdecak kagum, ketika Kate Middleton melintasi jalan itu, anggun dan begitu mempesona di atas mobil Rolls Royce Phantom VI. Ratusan kamera tampak di sudut-sudut jalan, menimbulkan ribuan kilat cahaya, belum lagi heboh media televisi yang menyiarkannya secara langsung keseluruh pelosok bumi. Semua kawasan yang memiliki koneksi TV dan internet terkonsentrasi pada prosesi tersebut, pernikahan Prince Wiliam, pewaris tahta ke II Kerajaan Inggris yang begitu menakjubkan.




Sekelebat ilusi melayang menghinggapi para penonton, tentu saja selain kekaguman ada juga sentilan obsesi yang menyelinap. Bagaimana tidak, prosesi pernikahan tersebut bagai dongeng 1001 malam. Tontonan sekaligus doping ditengah kondisi timur tengah yang tak menentu, Jepang yang porakporanda, ekonomi Portugal yang defisit, Somalia yang kacaubalau, kisruh Kamboja dan Thailand atau Indonesia yang terancam isu separatis. Lupakan sejenak kekacauan itu dan mari berilusi dalam drama yang disutradarai oleh salah satu dinasti paling tua di muka bumi.


Pernikahan Wiliam - Kate menjadi trend topic di mana-mana, bahkan di Indonesia yang berada ribuan mil dari inggris, dihampir semua situs jejaring social turut merespon prosesi tersebut, mereka hanyut, mereka histeris.

Sebuah berita mengabarkan bahwa ada sekelompok orang yang memakai topeng berdemonstrasi saat perayaan pernikahan itu. Meski polisi dan media di inggris mengatakan bahwa demonstrasi tersebut tidak besar dan berhasil dikondisikan namun demonstrasi itu mampu berkata lain ditengah dunia yang sama, tuntutan mereka sederhana, menolak monarki!





Kau tidak akan menghancurkan gagasan dengan menindasnya, kau hanya bisa menghancurkan mereka dengan mengabaikannya, dengan menolak berpikir, menolak berubah – Le Guin, The Dispossessed-




Sebuah taman kecil di komplek perumahan elite.


Darmin baru saja kelar kerja, masih siang namun bangunan gedung tempatnya bekerja sebagai kuli harian itu tinggal pengecatan. Mandor bilang, dia sudah boleh pulang. Darmin senang bukan kepalang, janji kencan dengan munaroh bisa terlaksana setelah berhari-hari gagal. Kencan disiang hari ditengah taman kompleks, sebuah hal yang menyenangkan bagi darmin dan munaroh.

Mereka belum lama kenal, munaroh adalah babu yang bekerja disebuah rumah persis berdampingan dengan rumah yang sedang dibangun darmin dan kawan-kawannya sesama kuli, wanita asal jawa barat itu hampir setahun bekerja disana. Mereka jatuhcinta pada pandangan pertama, saat munaroh dibentak karena lalai membeli belanjaan dan lupa menceboki si kecil, saat darmin lelah berkeringat usai mengayak semen, Diterik matahari, ditengah himpitan rumah-rumah besar dan jam kerja yang tak berperikemanusiaan, cinta mereka bersemi!

“jika aku udah dapat bayaran, aku akan lamar kamu” ujar Darmin sambil membelai rambut munaroh yang berketombe akibat jarang shampooan. Mendengar itu Munaroh tersipu, sambil menggenggam jemari darmin yang berdaki tebal, ia bahagia.

Langit luas tak berbatas angkasa. Ditingkahi semilir angin dari balik pohon mahoni seakan berlomba menerbangkan ujung rok munaroh, hingga menggelitik kaki darmin yang beralas sandal jepit. Kata-kata gombal yang terucap mungkin tak semanis mereka yang suka baca Shakespeare namun bagi munaroh itu sudah lebih dari cukup. Cinta mereka memang tidak terbang di atas hamparan taman eden, tidak juga berbalut decak kagum, hanya sebuah cinta biasa yang tegar melawan keadaan

“kamu pernah melihat kabut? “ kata Darmin.

“dikampung, setiap pagi selalu berkabut, aku sering menghabiskan waktu bersama adik dan ibuku waktu kecil menari-nari didalam kabut, mencari batu untuk dijual pada juragan sarmin” ujar Munaroh. Tatapannya sayu mengenang ibunya yang kini sudah tak ada kabar lagi sejak berangkat jadi TKW ke arab. Darmin menatap wajah kekasihnya, sambil tersenyum dia berucap.“kita adalah kabut, kumpulan tetes-tetes air kecil yang melayang-layang di udara. Kabut mirip dengan awan tapi kita bukan awan karena awan tidak menyentuh bumi, sedangkan kabut menyentuh bumi bahkan sampai kedasar tanah”

Munaroh sadar, ucapan darmin hanyalah penawar rasa diantara sengsaranya hidup, meski begitu selalu cukup membuat rona merah dipipinya yang kusam.



Hukum gravitasi tidak berlaku bagi mereka yang sedang jauh cinta - Albert Einstein-




Kisah darmin-munaroh jelas jauh berbeda dengan william-kate. Darmin bukanlah pemilik istana, dia hanya kuli upahan yang dibayar untuk membangun istana-istana William, munaroh adalah babu kasar yang menyiapkan makan malam bagi kate-kate yang lain. Ketika ribuan orang lupadiri berkumpul disekitar istana Buckingham dan meneriakan yel-yel bagi pernikahan agung itu, ketika miliaran tatapan mata tertuju digereja Westminster Abbey Inggris, darmin dan munaroh justru tidak perduli. Darmin sedang gundah karena kata mandornya, subsidi BBM akan dihapus dalam waktu dekat yang otomatis harga-harga akan semakin tinggi, biaya hidup semakin melambung. Munaroh juga terancam PHK karena majikannya akan memangkas pegawai. Kemaren sore, sopir pribadi rumah tempatnya bekerja bilang bahwa hanya akan ada tiga pembantu dirumah itu. Otomatis munaroh harus tersisih mengingat dirinya adalah pembantu ke empat. Kata sang sopir, majikan mereka sedang gundah akibat perusahaan industry tekstilnya merugi oleh banjirnya produk-produk china.


Tapi siapa yang perduli? Hari ini kemiskinan hanyalah hitung-hitungan diatas kertas, tak sesemarak warna-warni partai dihari pencoblosan.



Tujuan lelucon bukan untuk menurunkan manusia, tetapi untuk mengingatkan bahwa dia sudah terdegradasi -George Orwell-






Kencan mereka berikutnya, munaroh menggenggam erat jemari darmin.


“kita harus tetap berdoa” katanya lirih demi membesarkan hati darmin.

“doa saja tidak cukup” jawab laki-laki itu.

“tuhan pasti punya alasan, dan apapun itu tuhan selalu punya cinta kasih untuk kita” desis munaroh.

“ apa tuhan mencintai kita” Tanya darmin. Munaroh tertawa.

“tentu saja” jawabnya.

“tapi tuhan lebih cinta juragan sarmin”

“ apa maksudmu?” kening munaroh mendadak tegang,

“tidak apa-apa, tuhan selalu bersama mereka yang punya kuasa, tuhan selalu bersama mereka yang punya uang”

Darmin tidak beralasan, pada setiap kawasan yang dihuni manusia hampir pasti akan selalu ada rumah yang diakui sebagai tempat memuja tuhan dan selalu bergemuruh saat ritual tak perduli apa nama nabinya. Namun dari banyaknya agama yang diciptakan dimuka bumi belum ada satupun berhasil menghapus kemiskinan. Atau kah mungkin kemiskinan itu adalah sesuatu hal wajar, sebuah hal yang biasa. Sebuah kebenaran yang menyejarah, bukankah kemiskinan sudah ada sejak berabad-abad lampau?

Barangkali darmin sedang mengigau, bagaimana mungkin dia harus menolak kebenaran! Bukanlah kemiskinan sudah ada bahkan jauh sebelum agama muncul. Kemiskinan sudah merajalela jauh sekali bahkan sebelum fasisme lahir. Kemiskinan sudah nyata jauh sebelum partai kiri menjual ilusi konyol persamaan.

"In the name of God, stop a moment, cease your work, look around you" -Leo Tolstoy-

Hey darmin..

Kemiskinan itu wajar… sama wajarnya dengan kekayaan yang hanya dimiliki segelintir orang.

Bukankah wajar kita melihat pengemis yang berdiri disetiap lampu merah?





Seluruh toko dan cafĂ© memajang pengumuman bahwa mereka dikolektivisasi, bahkan semir sepatu pun dikolektivisasi. Pelayan dan penjaga toko memandang wajahmu dan memperlakukanmu sederajat. Sikap merendahkan diri bahkan ucapan basa-basi sementara menghilang. Yang terpenting terdapat keyakinan pada masadepan, sebuah perasaan mendadak tumbuh diera kesetaraan dan kebebasan. Ditempat-tempat pangkas rambut terpampang pengumuman yang dengan khidmat memaklumkan bahwa tukang cukur bukan lagi budak – George Orwell, Homage To Catalonia-








Darmin berhasil memboyong munaroh dalam pernikahan, jelas tidak seheboh William – Kate. Pernikahan mereka biasa hanya dihadiri oleh mandor darmin dan seorang paman munaroh.


“Tidak mudah bagi kita untuk bisa berdiri hingga dititik ini” kata darmin setelah mengucap janji pernikahan. Disisinya munaroh tersenyum malu-malu dengan mengenakan kebaya yang dipinjam dari istri muda majikannya.



“kau memang wanita kuat, ku akui itu. Tidak semua perempuan mampu untuk bertahan pada masalah-masalah suram yang menohok hidupnya”


Hari itu mereka sepakat berikrar dengan sepotong puisi sakral, tanpa apa-apa, untuk semua alasan yang paling masuk akal, mereka hanya punya kata- cinta.





Ku berikan padamu setangkai kembang pete, Tanda cinta abadi namun kere


Buang jauh-jauh impian mulukmu, Sebab kita tak boleh bikin uang palsu

Kalau diantara kita jatuh sakit, Lebih baik tak usah kedokter

Sebab ongkos dokter disini, Terkait di awan tinggi

Cinta kita, cinta jalanan Yang tegar,.,mabuk di persimpangan

Cinta kita cinta jalanan Yang sombong menghadang keadaan

semoga hidup kita,.,. bahagia,.,., semoga hidup kita,.,. sejahtera

Ku berikan untukmu sebuah batu akik

Tanda sayang batin yang tercekik

Rawat baik-baik walau kita terjepit

Dari kesempatan yang semakin,.,.,sempit..

– Kembang Pete, Iwan Fals –







Ketika hampir semua mata tertuju pada pernikahan akbar di inggris, hal itu cukup menjadi dongeng yang meninabobokan.. “andai aku jadi kate, andai aku jadi william”


Disini… dongeng itu sedikit lagi mampu membuat lupa bahwa sebentar lagi pemerintah akan menghapus subsidi BBM. Usaha kecil dan menengah terancam oleh banjirnya produk-produk china akibat ACFTA, mereka mungkin lupa bahwa menteri tenaga kerja gagal memperbaiki nasib buruh.

Ketika seluruh penduduk bumi bertepuk tangan pada saat William dan Kate berciuman dibalkon istana mereka juga sebenarnya bertepuk tangan untuk melegitimasi kebenaran monarki. Mereka mungkin lupa,Tapi darmin tidak!



Most people are other people. Their thoughts are someone elses opinions, their lives a mimicry, their passions a quotation -Oscar Wilde-




Fakta yang paling benar yang menyamakan Darmin dan William adalah mereka sama-sama pewaris, jika william adalah pewaris syah kerajaan moyangnya maka darmin merupakan pewaris syah kemiskinan bapaknya.






Selamat hari kuli darmin, mayday, mayday…


maaf, seperti yang lain saya juga tidak perduli dengan penderitaanmu..





"Semua orang berpikir mengubah dunia, tapi tidak ada yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri - Leo Tolstoy-






Bogor, 1 Mei 2011


Friday, 22 April 2011

SEBELUM KIAMAT, BAWAKAN RINDU YANG KUPESAN SEMALAM #pledoi nihilstik#


Hujan deras dari sore, suara yang jatuh ketanah seperti bunyi ketukan nada dengan tempo cepat. Hujan yang menjelma katakata membawa banyak hal tertuang di atas kertas. Essay-essay yang belum sepenuhnya kuselesaikan, perlu beberapa kaleng Heineken untuk membuatnya menjadi menakjubkan. Meski demikian, aku pilih menginap dikediaman para petualang, setengah jiwaku berlari ditengah gelisah yang mengetuk pintu kalam 03.30 dini hari menjadikanku nyala api dalam hujan yang basah...



Kebosanan adalah kejahatan yang paling mengerikan- kata seorang pecundang lama –Baurdilard-



Hey.. apa kabarmu disana??

Pertanyaan itu terus mengejarku sejak pagi, kuyakinkan diri bahwa tanganmu sedang keram hingga tak satupun pesanku terbalas. mungkin kau sedang sibuk? Menghitung bunga bank, menganalisa pergerakan saham, mengkalkulasi penjualan property atau bisa saja kau sedang sibuk mengatur jadwal rendezvous dengan pacar gelapmu.. persetan! aku hanya ingin mempercayai tanganmu keram, hmm.. pulang kantor, aku akan mampir ke apotik dan membelikanmu salep anti keram, agar jemarimu tak lagi bandel dan mau membalas pesanku.. hoho! ;)



Ada rindu disini, menyelinap kedalam paru-paruku, seperti penyakit menggerogotiku menjadi pupus, bagai tikus dikantor milik pemerintah! Perlahan-perlahan menggeliat didarahku, memanggil-mu dalam lagu paling sentimentil, anggap saja seperti rintihan para pencari tuhan. Dari kemarin, kulepas kau mengembara mengikuti rintik hujan, merontokkan dirimu sendiri pada jalan-jalan basah. Kau mencipta jarak, di saat yang sama, kau juga membuat dirimu jauh dari dirimu sendiri, di dekatmu, di dalammu. Jauh dari diri kita masing-masing, mengakrabi keabadian, pada sesuatu yang tak ternamai, nanar dan tak tertundukkan –Keterasingan!



Aku tahu…

Kita menghadapi perang yang sama, mempraktekan hidup setiap hari hampir tanpa warna, rutinitas kerja yang mengambil banyak waktu bahkan untuk tawa dan canda begitu mahal, ironisnya: kita tidak memiliki banyak pilihan atas diri kita, barangkali sebenarnya kita ini tidak sedang hidup, hanya sekedar mempraktekan kematian..

Mungkin kamu bosan mendengar kata-kata bersayapku! Sudahlah, anggap saja aku seorang tak waras yang menertawai kewarasan.. Aku berharap kebosananmu sama seperti kebosananku, bosan dengan para politikus, musik di radio atau jenuh dengan para kritikus bola, betapa jahat kebosanan itu, dan adakah yang lebih subversif dari rasa bosan? akh, siapa yang percaya? bukankah kita ini hidup dalam kebenaran yang sudah ada sejak berabad-abad lampau, bernapas dalam logika mereka, juga hidup dalam bau dan bunyi-bunyian mereka.



Everyone will die but not every one truly live – Wiliam Walace on the movie braveheart





Saat ini, aku dan kau rebah, dilebur ketiadaan dimana kita hanya terhubung oleh kata, dimulai dari sepotong kenangan sederhana dibulan april tahun lalu. Ketika masa muda dirayakan, saat itu cinta menjadi satu-satunya yang suci didunia yang berdosa. Mengenang semua itu, aku beresiko gila, aku harus menyusuri kisah-kisah tak bernama itu dan menggali lagi lamunan-lamunan paling berbahaya didalamnya,

Semoga aku tetap tak sadarkan diri sampai tulisan ini selesai..





“Apa yang kau banggakan dari kehampaanmu?” tanyamu menggelombang dihatiku..

Aku hanya tertawa mendengarnya, sumpah demi iblis! aku tak ingin memperpanjang perdebatan diantara kita yang kuyakin tak akan menemukan ujung.

“Kehampaan itu bukan ketiadaan tapi kosong dan kosong bukan tak ada tapi negasi dari ada”

Kau terdiam, dan angin pun seakan malas berhembus disekitar kita.

“picik sekali” ucapmu. “Sudahlah, terima saja keadaan ini! apa yang kau cari?kebebasan? Apa kau pikir kau bisa bebas? Kebebasan itu takhayul” tukasmu

“apa bagimu aku ini seorang pendosa?”

“mungkin, karena aku tidak tahu apa yang kau inginkan dan apa tujuan dari hidupmu?”

“Bertahan hidup” jawabku singkat.



“Mungkin satu-satunya cara adalah kembali meniti jalan tuhan?” kau mendesis seperti ular.

“apakah tuhan itu?” aku bertanya menuju kedalaman pikiranmu.



“Sebentuk logika dari langit? Ataukah sekumpulan ilusi yang menyerupai mitos?”

Kau hanya menatapku sekilas, lalu mengalihkan dua biji matamu menuju tempat lain, aku bisa merasakan pergumulan dalam dirimu, setiap sudut yang kau ciptakan mengungkap banyak fakta yang tak mampu kulukis dengan kata-kata.

“Begitu bodoh, mereka yang tidak percaya tuhan!” desismu.

“Lebih bodoh lagi mereka yang mengaku percaya tuhan untuk membenarkan ketidaktauan mereka”

“terkutuklah mereka yang menolak keberadaanNYA!”

“Lebih terkutuk mereka yang suka mengatasnamakannya untuk menghakimi orang lain” cibirku.

Mereka bisa saja meledakan seluruh isi bumi dengan bom, granat atau nuklir, mereka mungkin akan ditakuti dengan itu tapi tidak akan membuat mereka dipercaya.



“aku tahu, begitu sulit bagi kita untuk bicara kebebasan didunia penuh dosa ini, dimana moralitas menjadi ukuran bagaimana manusia menolak keberagaman orang lain”



Kau lalu menjauh berbusana kelam, menembus selubung cahaya. Beringsut ke belakang. Seakan membiarkan cahaya menerangi bayang-bayang pepohonan, menari-nari di tengah angin, dihadapan jendela tak berdaun disisi kalender…



“Sejarah bukanlah drama moralitas tentang “yang luhur” dan “yang berdosa”, bukan sekedar pertentangan “yang lain” dan ‘yang sama’. Sejarah juga bukan hanya berisi pertentangan kelas antara buruh dan majikan. Keseluruhan dari sejarah adalah apa yang manusia lakukan!”



“Artinya?” kau bertanya dengan tatapan marah..

“Apa gunanya kau bicara tuhan jika kau melupakan kemanusiaanmu! Apa gunanya kau mengagungkan tuhan jika kau gagal dalam hubungan-hubungan sosialmu, apa gunanya kau selalu merayakan ritual jika disisi lain kau membuat orang lain kelaparan”

Kau hanya terdiam, menyembunyikan kemarahanmu. Aku tahu kata-kataku barusan semakin memperlebar jarak antara kita.

“ tuhan itu sombong dan dia tidak perduli kau memujinya atau tidak? kekuasaannya tidak akan berkurang dengan itu. Dia tidak butuh kau untuk menegakan syariat2nya" ucapmu serak.

"lalu bagimu, apa ada artinya mereka yang berbeda?” sambungku bertanya.

hening...

“apa yang kau miliki” tanyamu setelah hampir 10 menit kau terdiam.

“imajinasi dan aku merdeka didalamnya”

“apa itu caramu mengusir rasa bosan? Atau jangan-jangan kau hanya bersembunyi dari dunia yang kau tolak, akui saja, kau, aku dan kita semua sudah kalah” tuturmu berapi-api.

“ dengan bangga aku bisa bilang, aku tidak kalah! Saat ini aku hanya sedang bersetubuh dengan rasa bosan” kataku.

Kau terperangah, menatapku tengadah.





“nihilistic!” teriakmu menggelombang.

“romantic” sambungku



Sudahlah, mari kita bicara tentang manusia, dan bumi.

Kau melempar pandangan ke arah luar jendela, seperti sedang menunggu sesuatu yang tidak akan pernah datang.

aku hanya bersenandung, memastikan bahwa hanya akan ada sesuatu yang datang untuk kita;

waktu.





Sesungguhnya, tak ada peristiwa dalam sejarah yang tidak bisa diganggu gugat, tak ada peristiwa dalam sejarah yang tak bisa dipertanyakan! Belajarlah untuk berbeda.. ini bukan amerika, bukan kuba, bukan inggris, bukan arab, bukan roma, bukan jerman!

Ini Indonesia. disini, ungu, kangen band, peterpan, radja, armada dan rekan-rekan sejenisnya sedang mendulang sukses…



Jalan itu berdebu, berkarat dan sesak…Jalan yang setiap hari kita lalui, entah berapa banyak peristiwa yang terjadi disana, ragam kata yang melukiskan kemegahan jalan-jalan itu…Seperti hari ini.. Aku melihat jalan itu dengan nanar’ kau sudah tak ada lagi disana, namun dunia akan terus melangkah seperti mesin-mesin industri yang membangun kerajaan capital, pergerakan mesin-mesin yang menopang peradaban juga mengukuhkan rezim dan dinasti, mengeksploitasi alam… mereka hanya berhenti saat dunia ini sudah tak lagi layak ditinggali –

Kiamat

Tuesday, 29 March 2011

Kangen


Sering kubayangkan..

Perempuan-perempuan perkasa berlari menantang matahari, ramai bergandengan menuju bukit tandus digugusan pulau biru, Melewati jalan-jalan kecil dan pasar palawija di keheningan langit jauh...

Kubayangkan pula ladang-ladang karang dan rumah-rumah tua di kota kecil kita yang dirambah dengan paksa. Diinjak kaki-kaki telanjang dengan darah sepanjang zaman! luka dan air mata mewangi dalam harum seribu bunga...

Badai, badai, badai..

Menderu lewat paru-paruku... Menyerbu kelam di laut maha luas, berlayarlah tahun-tahun kembaraku ke segala penjuru mata angin, tapi adakah kau dengar kini biduk rinduku yang sebentar lagi karam menuju jantungmu??