Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Sunday, 12 October 2014

Resensi Film: A Walk Among The Tombstones

A Awalk Among The Tombstone
Sutradara: Scott Frank
Produksi: Global Multimedia Video






Sejujurnya, saya selalu menyukai Liam Neeson dalam film film thriller. Ekspresi wajahnya dingin sangat pas memerankan ayah yang baik seperti dibeberapa sequel film Taken. Beberapa minggu lalu, saya juga menonton filmnya yang berjudul Third Person.Om yang satu ini memang tidak ada pudarnya! Di Film bergenre drama tersebut Liam Neeson berperan sebagai penulis yang memiliki affair dengan seorang perempuan muda.

Film A Walk Among The Tombstones diangkat dari novel misteri karangan Lawrence Block. Seperti film film action lainnya, arahnya sudah bisa ditebak. Selalu butuh penjahat dan selalu ada pahlawan. Liam Neeson berperan sebagai Matt Scudder seorang mantan polisi NYPD yang menjadi detektif swasta. Matt adalah alkoholik yang kemudian tobat dan mencoba melupakan masalalunya.

Ketika penculikan beberapa wanita yang terkait dengan bandar heroin menjadi misteri yang tak terpecahkan, Kenny Kristo ( Dan Stevens) sangat dendam saat istrinya diculik oleh dua orang yang menggunakan mobil Van. Meski dia sudah membayar uang tebusan, mereka tetap membunuh istrinya dengan brutal. Lewat adiknya, Peter Kristo (Boyd Holbrook) dia lalu menyewa Matt yang awalnya menolak karena tak ingin terlibat dalam balas dendam namun berubah pikiran ketika Kenny memperdengarkan rekaman pembunuhan istrinya. Petualangan Matt pun dimulai.

A Walk Among The Tombstones sempat menduduki peringkat kedua di Box Office dengan keuntungan 13, 1 juta dollar dipekan pertamanya meski demikian saya tidak beranggapan film ini istimewa, untuk ukuran film Thriller action film ini hanya menambah daftar koleksi yang ditonton saat senggang. Namun jika kalian penggemar Liam Neeson maka tak ada salahnya film ini dijadikan salah satu pilihan. Sutradara film, Scott Frank yang juga pernah terlibat dalam film Wolverine sepertinya sengaja mempertahankan karakter Liam Neeson sebagai aktor Thriller Action.
Kehadiran Brian Bradley, rapper cilik peserta X factor yang memerankan TJ, seorang bocah kulit hitam dengan antusiasme tinggi untuk membantu Matt Scudder cukup berhasil membuat film ini menghibur. Karakter bocah yang ingin menjadi pahlawan dengan keterbatasannya. Seru!

Well, berhasilkan Matt membongkar sindikat penculik ini? Mengapa korban selalu berhubungan dengan bandar heroin? Ayo ditonton, akting Om  Neeson masih memikat kok..

Friday, 10 October 2014

Salah satu hal yang paling sulit dilakukan adalah mengingkari kegagalan.

tentang orang orang yang kalah...



Malam itu tanggal berapa? Entah.
Aku duduk diberanda menikmati angin yang membelai rambutku, ketika orang lain terlelap dalam suasana yang hening. Dering telepon mengabariku sesuatu. Dunia pun menjadi benderang bukan saja dalam artifisial tapi sejauh yang bisa kulihat semuanya begitu berwarna, kelap kelip, gemilang.
Apa yang kau ucapkan dibibirmu, seperti membebaskanku dari kutukan, ditengah jerit kesulitan, kamu hadirkan hal yang tak pernah kupikirkan sebelumnya.
Aku kegirangan, seperti bocah yang mendapatkan mainan. Melompat turun dari kursi seakan menembus ruang waktu, aku menjadi raja, menjadi istimewa dari segala yang pernah ada, aku bertahta dalam mahkota yang tak ternilai. Aihh! Terimakasihku untukmu.
Kamu tahu kan? Ketika manusia terbiasa dengan ketiadaan, mereka pun jadi penakut bahkan takut untuk bermimpi. Ketika kita begitu akrab dengan kegagalan, kita pun terbiasa dengan kekalahan.
Aku jenuh mendengarkan Mario Teguh atau motivator atau orang orang bijak yang bilang bahwa kesuksesan itu adalah buah dari banyak kegagalan. Gagal ya gagal! Kalah ya kalah! Thats it.
Orang orang hanya menilai kita dari apa yang bisa kita raih, bukan berapa kegagalan saat kita mencobanya. Ia kan? Ini dunia nyata. Bukan dunia yang dibangun dari kantong ajaib Doraemon. Kenyataan tak semanis roti keju yang kamu taburi susu tiap pagi. Presiden tidak bisa mengubah kisah putri salju menjadi non fiksi. Kumpulan manusia yang ada disekitar kita adalah masyarakat konsumtif, beberapa dari mereka mungkin tidak tapi yang jelas mereka bukan anime. Pun juga kita.
Tapi kamu, memberi perbedaan. Apakah kamu tau itu?
Hal hal hebat yang kita jalani, kebersamaan yang kita lewati, senyum, amarah, perdebatan gila yang kadang membuat kita kehilangan kontrol, lupa diri, irrasional. Semua itu edan! Bukankah itu cinta? Itu dongeng yang kita ciptakan dan selamanya akan mengikat kita.
Aku begitu bersemangat saat itu, membayangkan surga yang pernah kubaca dibeberapa buku, aku sudah jauh membayangkan berlari dipuncak gunung, berlabuh didermaga, bandara dan kota kota yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku bermimpi. Seperti mimpi seorang kenek bus kota mendapatkan bus nya sendiri.
Kamu hadirkan impian, melewati batas batas dogma, suka bangsa dan ras. Semua tak berarti bagi kita. Kamu begitu manis dalam tidurku. Dan aku hanya ingin mengingatmu seperti itu. Aku sudah memberikan semua yang aku miliki dalam kepapaanku, semangat, kerja keras, pertahanan diri  dari hidup yang memaksaku binasa dan kesinisan dunia, aku sudah berikan semuanya untukmu bahkan kemarahanku.
Aku mencintaimu dan aku tidak punya apa apa lagi.

Pada suatu ketika, aku akan ambil kembali semua kegagalan itu, karena sesungguhnya tidak ada orang yang ditakdirkan nyaman dalam kekalahan bahkan seorang pecundang pun tidak selamanya berada dalam hujan. Hidup bukanlah tentang meratapi atau menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana kita belajar menari didalamnya. Dalam badai, dalam nestapa. Kegagalan tidak pernah dimaknai sebagai kegagalan sampai kita benar benar menyerah dan aku tidak akan pernah menyerah, tidak akan pernah tunduk pada kegagalan, aku akan berjuang meski hanya sampai satu kemenangan terakhir yang tersisa dibumi. Aku pasti bisa! Dan aku berharap, kau ada disisiku saat itu.



Resensi Film Dracula Untold "terkadang pahlawan adalah mereka yang dihujat seperti setan"

Dracula Untold
Sutradara: Gary Shore
Produksi: Universal Picture
Biaya: USD 100 juta




"Terkadang didunia ini, orang-orang tidak lagi butuh pahlawan tapi mereka butuh monster"

 





Ada jutaan kelelawar yang menghancurkan balatentara, ada petir yang menyambar-nyambar ketika satu orang laki laki berlaga dimedan perang dan membunuhi ribuan pasukan. Matahari pun terlambat turun untuk memberi jalan bagi Sang Dracula menuntaskan aksinya. Begitulah, dengan biaya produksi yang mencapai 100 juta dollar, Universal sepertinya tidak mau main main dengan film ini. Efek suara dan tata cahaya yang dibuat maksimal menjadi bukti bahwa film Dracula Untold pantas untuk bertahta di Box Office.
“Kecantikanmu yang tiada tara membuat dunia begitu malu” rayu sang Pangeran.
“Rayuan adalah pengalihan dari kebenaran” jawab Permaisurinya

Film ini mengungkap sisi dramatis Dracula, seorang pangeran yang harus bersekutu dengan iblis demi keluarga dan kemerdekaan bangsanya. Tersebutlah ditahun 1444, ketika kerajaan kecil Transyvalnia berada dalam kekuasaan Turki. Anak anak dinegeri itu dipaksa untuk menjadi bala tentara Turki.
Pangeran Vlad (Luke Evans) yang menjadi penguasa Transyvalnia sebenarnya sudah mengalah, ketika utusan Sultan Mehmed (Dominic Cooper) mengambil upeti kerajaan. Namun semua berubah ketika Turki memaksa Transyvalnia harus menyerahkan 1000 anak dan putra laki lakinya yang bernama Ingretias (Art Parkinson) untuk dibawa ke Turki.
Vlad tidak punya pilihan lain, negosiasinya dengan Sultan Mehmed gagal. Meski istrinya, Mirena (Sarah Gadon) memohon dengan menangis agar putra mereka tak dibawa. Vlad tak bisa menolak keinginan Turki. Dia tahu, Transyvalnia akan hancur jika dia berani melawan.
Dracula Untold bukan saja film tentang monster bengis yang menghisap darah tapi tentang tanggung jawab seorang raja, seorang ayah. Bagaimana pedihnya pangeran Vlad ketika Ingretias putra satu satunya harus dibawa ke Turki. Sayangnya, dalam proses penyerahan itu tiba tiba Vlad berubah pikiran. Tanpa ampun dia membunuh utusan Turki yang akan membawa putranya.
Sultan Mehmed berang, pasukan pun dikirim untuk menghukum kerajaan kecil itu. Vlad tak punya pilihan lain, dia harus mencari cara untuk menyelamatkan kerajaannya.
“kadang kadang didunia ini orang orang tidak butuh pahlawan, mereka butuh monster” kata Vlad dalam film ini.

Diawal film, dibuka dengan perjalanan Vlad ke gunung gigi patah. Tempat Monster Dracula (Charles Dance) bersemayan. Demi bangsanya, Vlad pun harus kembali kesana tapi kali ini bukan sekedar berkunjung. Dia akan bersekutu. Menyerahkan jiwanya agar mendapatkan kekuatan untuk bertahan dari gempuran Turki. Sang Monster memberi dia waktu 3 hari, jika Vlad mampu bertahan tanpa menghisap darah manusia maka dia akan kembali normal. Sayang sekali, kematian Mirena membuat semua tak berjalan sesuai rencana. Dari situlah, kutukan Dracula bermula. Vlad harus meminum darah demi menyelamatkan anak satu-satunya.
Mampukah Vlad menyelamatkan Ingretias yang diculik pasukan Turki?  dan bagaimana Vlad harus memberikan penjelasan kepada rakyatnya yang marah karena dia bersekutu dengan iblis? Apa ada kehidupan lain yang akan mempertemukannya dengan sang istri?

“Kenapa kita harus takut berpisah jika ternyata kita telah dipertemukan dikehidupan sebelumnya”










Resensi Film: Annabelle "ini bukan film horor, tapi lebih konyol dari film drama"

Annabelle
Sutradara: John Leonetti
Produksi: Warner bro's 2014
Biaya USD 5 juta



Salah jika kalian mengira bahwa Film Annabelle akan sama atau melebihi seremnya The Conjuring. Salah banget! saya pun harus membuang ekspetasi itu ditong sampah.
Annabelle yang diproyeksikan sebagai spin off dari The Conjuring malah terkesan sekedar mendompleng kesuksesan film yang disutradarai James Wan itu.
Tagline di poster film yang bertuliskan Before Conjuring there was Annabelle itu terdengar seperti pepesan kosong. Saya tidak menemukan benang merah antara The Conjuring dan Annabelle. Barangkali, karena di film ini James Wan hanya berperan sebagai produser? Entahlah.
Film ini mengajak kita mundur di tahun 70an di California, ketika sepasang suami istri: Mia (Annabelle Wallis)  dan John (Ward Horton) sedang mencoba menikmati kehidupan pernikahan mereka. Teror dimulai saat John memberikan Mia hadiah boneka bergaun putih. Entah bagaimana kehadiran boneka tersebut malah mengakibatkan hal hal yang aneh, dimulai dari tetangga yang kerasukan hingga terjadi pembunuhan lalu rumah mereka kebakaran dan memaksa keluarga kecil itu berpindah tempat tinggal.
Tempat tinggal baru Mia dan John adalah sebuah apartemen tapi teror tidak berhenti malah makin bertambah. Boneka yang telah dibuang John tiba tiba muncul kembali. Mia belum mengetahui jika sumber dari kengerian itu justru boneka yang diletakan dikamar bayi perempuan mereka.
Well, ada banyak  kejanggalan dalam Annabelle misalnya apa hubungan sekte Charles Manson yang ditampilkan diawal-awal film dengan Mia dan John? Jika Annabelle adalah prequel dari The Conjuring, mengapa sepasang paranormal pemburu hantu Ed dan Lorainne Warren yang dulu diperankan Patrick Wilson dan Vera Farmiga tidak dimunculkan difilm ini? Alasan apa yang mendasari hingga Evelyn (Alfre Woodard) harus mengorbankan nyawanya demi Mia diakhir film?
Narasi yang dibangun dalam film ini sangat gamblang, konflik pun datar dan cenderung mudah ditebak. Darah, teriakan ketakutan yang biasanya ditampilkan maksimal dalam film film horor sangat minim difilm ini. Saya sendiri harus mengatakan bahwa film film horor buatan rumah produksi abal abal pun masih jauh lebih ‘nyeremin’.  Annabelle adalah film horor paling buruk yang pernah saya nonton dibioskop. Dibandingkan The Counjuring dengan budget 17 juta Dollar, biaya untuk film Annabelle hanya 5 juta dollar memang jauh lebih murah. Hanya saja, itu tidak bisa dijadikan pembenaran. John Leonetti sepenuhnya gagal memaksimalkan prequel dari The Conjuring ini. Lantaran kesan horor dalam film sangat biasa, seorang temen bahkan sinis mengatakan kalau Annabelle itu bukan film horor tapi film drama. Astaga!