Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Tuesday, 2 November 2010

'"jika Ada Sesuatu yg Terlupakan Di dunia ini maka itu adalah -Kesederhanaanmu-"



gw ingin menulis sesuatu tentang lo’ pada riwayat kertas tipis tanpa bingkai prasangka hanya agar orang-orang tahu’ bahwa engkau pernah hidup..


gw percaya, sejarah tidak hanya berisi penaklukan atau cerita orang-orang besar tapi keseluruhan dari sejarah dimulai dari hal-hal yang paling sederhana’ napoleon tak akan bisa memenangkan perang tanpa prajurit berpangkat rendah bukan? gutenberg tak akan bisa menemukan mesin cetak tanpa buruh-buruh terampil. Ada banyak kisah-kisah kecil yang hampir terabaikan bahkan tanpa kita sadari lintasan peristiwa itu nyata hadir dalam keseharian. Seperti saat kita mengenal seorang temen di bis kota, ruang tunggu, bandara, dipedesaan, kereta atau saat kita bertemu sahabat lama di warung makan pinggir jalan. Bayangin’ dari hal-hal kecil tersebut mampu memberi kita beragam sudut pandang bahkan mengajak kita melihat dunia yang berbeda dari yang selama ini kita pahami- pola pikir kita, cara kita melihat pun memahami realitas dibentuk dari sesuatu yang paling sederhana pun hidup ini bukan saja tentang keputusan-keputusan besar tetapi juga keputusan kecil yang kita ambil walau sedang berada dalam ketergesaan, keputusan singkat, perjumpaan singkat yang ternyata imbasnya mengalahkan berdirinya imperium besar.





sekawanan elang baru balik dari negeri antah berantah lalu berkisah tentang orang yang menunggu hari gelap disebuah stasiun kereta, sesekali mereka menghalau dingin sambil bersorak-sorai ditengah jalan dengan menghunuskan pijar kepada setiap yang lewat, menjelang malam dalam kepenatan metropolis


Hari yang diam minus cahaya ditengah cuaca mendung menebarkan dingin yang berhembus dibalik korden jendela. Kota ini bisu dalam ketergesaan yang kaku. Begitu purba dalam hitungan tahun-tahun mahalampau. Gedung dan jalan yang dibangun dari keringat kuli kasar dan berhasil memberi kenaikan gaji para arsitek dibalik meja. Terlalu biasa dalam gemerlap kota yang dipenuhi mimpi. Dari para petualang politik, pialang saham hingga mucikari di industri musik.

Pada sudut peradaban yang begini memuakkan’ elo muncul mengabarkan kisah sebidang tanah penuh rindu’ pernah berkecimpung lama dalam ingatan. elo melirik dalam nostalgia, tentang pangkalan becak, pasar juga lumpur sawah dan sekawanan kerbau dari simfoni angin dan merdu terkukur yang berlarian menyusur pohon – pohon tempat para petani menuai lelah: diatas tanah yang biru.

elo menghancurkan persepsi dan merobek batas kontradiksi yang selama ini coba gw lawan. Disini, ada seorang gadis yang suka mendengarkan gamelan, menonton wayang juga mencintai gunung.. hahaha..









“Suatu hari gw akan cuti dan pengen naik ke gunung lagi’’ ucapmu.

“mbah marijan pasti tersenyum di alam sana karena dalam kota yang penuh barang import ini masih ada gadis semanis elo yang merindukan panorama gunung” bisikku tertawa

“ hahaha.. si bedul mulai lagi gombalnya”

“yeeee, bukan gombal kok! Kalo pun gw gombal itu hanya untuk orang-orang yang pantas digombalin dan elo sangat pantes di gombalin” sambungku tertawa.

“bedul.. bedul.. dasar si bedul”



elo itu api yang mengaku kunang-kunang’ menyala-nyala dibawah pohon pakis seperti matahari yang menabrak malam... sebentar saja gw datang membawa segenggam imajinasi… elo itu perempuan gelisah sedangkan gw laki-laki jalang, bersua kita disudut ramai’ musim hujan tiba, menjelma dahan menjadi pucuk diatas tanah yang rindu basah… 






Awalnya gw kira elo adalah bagian dari kelopak bunga melati yang mekar pada malam kemaren tetapi setelah gw pikir-pikir lagi itu gak mungkin karena kalo elo adalah rangkaian melati mana mungkin lo bisa bersuara, hehe.. suara lo itu bikin gw addict, belakangan ini gw malah lebih sering dengerin suara lo daripada suaranya brian johnson, tau dah.. suara lo itu bagai mengandung busa-busa beer yang tak sanggup gw habiskan dan gw selalu tidur lelap jika selesai ngedengerin suara elo.. hehehe!

“mungkin karena kita sama-sama kesepian el... ” katamu malam itu.

“bukan kesepian dalam arti yang semantik’ gw tau lo pasti ragu bagaimana mungkin gw kesepian.. tokh, gw kerja digedung yang ramai dan aktifitas sosial gw sibuk bahkan terlalu bising, temen-temen gw banyak tapi siapa yang tahu -hati gw hampa” katamu lagi. Gw tertawa mendengar itu.

“hey, di kota ini semua orang kesepian naa, masyarakat kota hanya disatukan oleh kepentingan-kepentingan semu, kita dan mereka bagai senyawa atom yang mudah tercerai berai, siapa yang gak kesepian dalam kota yang begini sunyi” kataku datar

“el, el, bahasa lo itu gak kuat gw.. hahaha”

“ ini bukan bahasa bersayap , trust me! Ini fakta’ anggap aja bahasa gw ini bahasa pemabuk yang mencapai pencerahan spritualnya… “ jawabku disambung tawamu



kita adalah pedang yang berkilat kilat, kokoh digenggam zaman’ kita adalah anak panah yang meluncur membelah mata angin’ kita adalah rerumputan yang ujung daunnya selalu berharap menyentuh tanah’


“ hal yang menyamakan kita adalah, kita sama-sama merindukan ketenangan, kedamaian dan kita mereflesikannya dengan hal-hal yang sederhana”

“ yeah, kita adalah sepasang manusia kesepian yang berbahaya” sambungku cepat

" yuk akh" suara lo mendayu.

"kemana kita" tanyaku bingung.

" menurut elo dimana lagi tempat sembunyi yang paling aman?" katamu malah balik nanya.

"hmm, jika bukan dalam pelukan elo maka satu-satunya tempat yang gw rindukan adalah gunung"

" hahaha.. geloooo!"

" gunung, pantai, mari kita kesana, dunia ini mulai tua"



Berapa banyak dari kita yang sadar bahwa peradaban ini sedikit demi sedikit merampas hal yang intrinsik dalam diri kita, sesuatu yang paling berharga? Kesederhanaan! gw yakin’ semua orang selalu merindukan kesederhanaan. Dari balik tembok kemegahan ada moment dimana orang-orang akan mencari sesuatu yang hilang dalam dirinya. gw dan elo beruntung memilikinya..




jika elo bunga maka gw ini ilalang, kita terbang di musim kemarau bersama canda dan bisik jangkrik’ dibawah bumi yang mulai tua!


Sunday, 10 October 2010

review gigs: Malam Sinting, Satu Dekade Rumput Ijo


Banyak alasan kenapa orang ingin bermusik, hal yang paling mendasar tentu saja karena mereka mencintai musik. Meski ditingkatan mainstream alasan itu terlalu abstrak dikarenakan banyak selebritis lokal baik artis sinetron, pelawak bahkan politisi yang aji mumpung dengan turut berjibaku dalam mengeluarkan rillisan album.

Perdebatan untuk menentukan berkualitas tidaknya karya musik yang mereka munculkan jelas butuh ruang yang lebih besar namun yang sudah pasti adalah warna yang mereka torehkan itu semakin menambah barisan keseragaman dalam kolam musik negeri ini. Bisa jadi alasan untuk mencari uang, menambah popularitas adalah prioritasnya.

Saat sebuah perhelatan musik digelar di salah satu universitas swasta di daerah Pasar Minggu, yang merupakan perayaaan 10 tahun keberadaan Rumput Ijo, salah satu band Jakarta yang masih berdiri kokoh dengan identitas blues rock n roll-nya, tidak diragukan lagi bahwa band-band yang ikut berpartisipasi di gigs tersebut bukanlah band-band yang selama ini kerap muncul di layar TV lokal setiap pagi. Seperti umumnya acara-acara musik non mainstream, gigs ini pun diadakan secara kolektif oleh mereka.

Saya seakan melewati pintu persepsi ketika sampai di sana, pikiran subjektif terus menganggu akibat keharusan untuk mengisi acara. Beberapa kali Gatot Adi Susatyo sang penggagas acara atau yang dikenal dengan panggilan Gete Bandit, seorang pentolan komunitas klasik rock Debaners yang juga manajer Rumput Ijo, mengundang kami untuk meramaikan gigs ini.

Acara dijadwalkan pukul 4 sore, namun kealpaan panitia dalam mengikutsertakan pawang hujan membuat acara molor akibat air muntah dari langit. Saya menjumpai beberapa kawan-kawan dari Jump Car Red, The ABCD, Jaka sembung dan juga band-band dari komunitas Debaners seperti JJL, Kakua Jam, Fulmoon yang sudah muncul disana.

Menurut rundown, band-band yang akan tampil pada acara ini adalah Sober, Ungrateful Bastard, Stupid Cupid, Versa, ABCD, Koin, Jump Car Red, Lcd/che, Barqi, Kakua Jam, Lupus, Old Paper, Full Moon, The Jaka Sembung, The Manis, Jabang Jo, JJL hingga ditutup dengan penampilan Rumput Ijo sebagai tuan rumah sekaligus yang berulang tahun. Namun karena cuaca yang kurang bersahabat membuat beberapa band batal tampil. Dan stage pun dibuka oleh The ABCD, yang menciptakan suara gemuruh dan ledakan diatas panggung. Orang-orang yang tersebar mulai merapat kala tata suara dibunyikan. Masih belum banyak, namun pesta ini terlalu bodoh untuk dilewatkan begitu saja. The ABCD yang dimotori Away (vokal), Doddy B Priambodo (gitar) Al Daging (bas) Bapet (drum), Tjack (gitar) tanpa basa-basi langsung mengebrak dengan dua nomor mereka sendiri “Jimi Go”, “Blue Girls” dan ditutup dengan “Johny Be Good” nya Chuck Berry.

Jump Car Red pun kemudian naik ke stage dan masih menampilkan ciri khasmereka dengan membuka penampilan dalam puisi, “Aku” karangan Chairil Anwar yang dibacakan dengan pesona alkemist. Pertunjukan musikal yang dipadukan dengan teatrikal telah memberi identitas tersendiri bagi band ini. Sungguh menakjubkan! Apalagi saat lagu “Confession On The Dance Floor”, dan “Are You Gonna Go My Way” dari Lenny Kravitz menghancurkan keheningan. “Aku Senjakalaku” adalah lagu puitis dari Jump Car Red dan sentuhan filosofis mereka tak berhenti dalam lagu “Phedolaboria” karena Jump Car Red sedang meretas masa depan.

Selepas mereka saya pun ikut meramaikan pesta, Arya Pradana (gitar), Rama M. Kiki (drum), Arya Bimantoro (bas) menemani saya bernyanyi. Tiga lagu AC/DC cukup untuk mempertegas bahwa kehadiran kami hanya untuk bersenang-senang. Seberapa pentingkah komunitas? Pertanyaan ini mengejar sejak lama dan hingga di titik ini saya percaya bahwa peran komunitas sangat krusial bagi mereka yang berada dalam band apalagi band-band yang memainkan musik non mainstream. Peran komunitas bukan saja untuk berbagi pengetahuan namun lebih dari itu juga untuk mengembangkan jam terbang dengan bersama-sama mengorganisir gigs, menciptakan konektifitas yang positif.

Musik masih menghentak-hentak di stage ketika di belakang mixer beberapa kawan dari komunitas Debanner sedang bercengkrama. Kakua Jam merobek jala pendengaran ketika menghimpun kekuatan yang bernuansa blues psychedelic di stage. Digawangi Luqman (gitar/vokal), Jessy (bas) dan Ikbal (drum), Kakua Jam band memainkan lagu “Yer Blues” dari The Dirty Mac yang aslinya kepunyaan The Beatles, disusul “Down By The River”-nya Buddy Milles, lagu kepunyaan Neil Young dan diakhiri “Rock Me Baby” covering Jimi Hendrix yang aslinya kepunyaan B.B King.

Malam merambat semakin cepat ketika JJL mengambil kendali panggung mendonasikan lagu “Hoedown” (Emerson Lake & Palmer), “America” (The Nice), diakhiri “Hocus Pocus”(Focus). Aroma progresif rock yang ditawarkan JJL menjalar bagai udara yang dihirup oleh para penonton. Histeria massa, alkohol dan suit-suit genit belum juga mau berhenti, Saya sulit untuk mengeja kesadaran saat The Jaka Sembung meniupkan terompet perangnya, Bepe dan Mei masih saja menyengat dan beberapa lagu dari hits-hits mereka seakan tak mau kalah dengan aksi panggung Bepe yang sedikit nyeleneh. “Pak Maman”, “Giberwey” dan “BKTM” adalah lagu-lagu yang mereka mainkan untuk membakar suasana. The Jaka Sembung masih menghibur saat rembulan di langit menebarkan cahaya kontras dengan lampu kerlap-kerlip di panggung.

Menjelang dini hari, sang empunya acara naik ke panggung disambut tepuk tangan penonton. 10 tahun tentu saja bukan waktu yang pendek bagi Rumput Ijo. Keberadaan mereka adalah penanda bahwa rock n’ roll belum mati. Beberapa lagu dimainkan dengan khidmat tak peduli hari yang sebentar lagi akan terang. Banyak band yang muncul namun sedikit sekali di antara kami yang bisa bertahan namun Rumput Ijo seakan mempertegas bahwa masih banyak yang bisa kita lakukan dengan musik. rock n roll tak selalu hadir dari tempat mewah karena semua tempat selalu menyimpan ledakan inspirasi. Lagu-lagu mereka yang berjudul “Gak Bisa Ditawar”, “Kaki Berkarat”, “Malam Kosong”, “Selamat Malam Jakarta”, “Berlari, Hippies Ogah Pulang”, “Malam Sinting”, dan “Tembak Donk”, menjadi saksi bahwa malam itu Ivan (gitar), Ikbal (drum), Tommy (bas), Darwis (vokal) telah genap 10 tahun mengusung bendera bernama Rumput Ijo. Keringat dan air mata telah mewarnai perjalanan menuju 10 tahun dan membuat band ini semakin teguh untuk tetap bertahan. Selamat ulang tahun Rumput Ijo, konsistensi kalian adalah kabar baik bahwa rock n’ roll belum habis.

published on www.likethisentertaiment.com

http://www.likethisentertainment.com/hot-issue/main-gigs/432-malam-sinting-satu-dekade-rumput-ijo.html


Saturday, 9 October 2010

(platonik) Lebaran kali ini..






For your sake, I hurry over land and water. For your sake, I cross the desert and split the mountain in two, And turn my face from all things, Until the time I reach the place ‘Where I am alone with You – AL Hallaj-



Hujan pagi ini sangat deras, air mengguyur merontokan awan sekaligus menebarkan dingin juga bau harum tanah. Sementara matahari tak punya kuasa untuk berdiri diatas singgasananya, Mendung begitu leluasa dan langitpun bebas untuk memuntahkan air hujan dikawasan ini, selalu begitu pada setiap pergantian musim. Tak ada tempat terbaik untuk sembunyi selain menekur tubuh dibalik selimut. Jalan-jalan pun sudah terlihat lenggang, tak ada yang berarti selain gumpalan air pada aspal dan rerumputan. Gedung-gedung yang selama ini menjadi sentral dari segala rutinitas harus merelakan penghuninya untuk sebentar saja berhenti dari segala aktifitas Mendekati lebaran dan orang-orang sudah kembali pulang setelah berkelut dengan kepenatan. Ritual yang berlangsung tiap tahun. Mudik.. istilah yang cukup manis menggetarkan.


Aku baru saja terbangun disisi hari, padahal belum berapa jam tertidur lalu disambut bunyi air yang menampar atap kamar. Tak ada halilintar, tak ada petir hanya suara gemericik yang membangunkan dan mendorongku masuk pada lintasan waktu maha lampau. Peristiwa-peristiwa tertentu yang menggelitik gairah spiritualku. Hal paling dramatik diantara jutaan gerak perjalananku. Seperti berada dipuncak kosmos dan melihat semua rahasia yang selama ini tersembunyi. Hujan pun semakin deras seakan menyenandungkan lagu-lagu syahdu yang menbawaku kembali pada suasana yang begitu melankolis, sesuatu yang begitu sulit datang belakangan ini. Pada musim hujan yang dulu, dihari pertama orang-orang berbondong-bondong pulang dari mesjid dengan semua hal yang baru, melintasi toko-toko dan jalan basah. Pernah sering aku berjalan dengan riang’ lalu mencium tanganmu yang terulur dari balik mukena. Setiap tahun’ dan semua itu tersimpan dalam ingatan indah masakecilku: jauh sekali sebelum realitas menjadikanku nihil…


Entah bagaimana aku harus menggambarkan semua ini lagi dihadapanmu..

Setelah lelah membangun jembatan di imajinasi, kuputuskan untuk menyusuri kenyataan. Bukan lagi untuk menyangkal realitas atau memporak-porandakan kebenaran, bukan juga tentang berita TV, tak lagi tentang teriakan berisik atau umpatan-umpatan yang ternyata malah membuatku lupa diri. Selalu ada perasaan bersalah yang hadir dan masih saja mengejarku dari tahun ke tahun. Situasi tertentu yang membunuhku diam dan inilah moment terbaik untuk kembali mengenangmu. Meletakkanmu ditempat yang seharusnya! Tak ada yang penting selain kenyataan bahwa aku merindukanmu di semua tempat, merindukanmu di segala cuaca dan musim, saat-saat tertawa atau ketika semua hal begitu absurd.


Biarkan keindahan dari apa yang kau cintai menjadi apa yang kau lakukan.-Rumi-


Tentu saja aku masih bisa mengingat'

dalam perjalanan ke dermaga bertahun-tahun yang lalu' ketika aku hendak beranjak’

kau sisipkan kata dibalik rambutmu yang memutih: Jangan lupa untuk pulang' karena kemanapun kau pergi, kemanapun kau berpaling disanalah wajah Tuhan.. ‘ucapmu dan diantara kata-katamu malaikatpun ikut menangis. Tidak ada periode sejarah yang pernah besar atau yang dapat bertindak atas nama keagungan, motif idealisme dalam waktu yang lama telah mendorong beberapa dari mereka terkubur tanpa kehormatan dan aku membayar hukuman untuk itu. Begitu banyak pahlawan, pemikir, dan pembaharu yang lahir didunia ini tapi mimpi mereka tak pernah bisa merubah apa-apa. Adakah itu merupakan sinyal kekalahan tetapi dalam evolusi pengetahuanku telah menandai langkah pertama dalam proses menuju kemenangan. Aku telah berada dititik ini sebagaimana individu-individu lain yang membentuk dunia ternyata aku hanyalah sebentuk pengalaman.


It is love that brings happiness to people. It is love that gives joy to happiness. My mother didn't give birth to me, that love did. A hundred blessings and praises to that love. –Rumi-



Di bawah pohon-pohon jati’

aku melihatmu menyusuri setapak kecil. Dan aku memikirkan bagaimana kau berjalan di sepanjang tanjung’ dari batu hijau pada bulan juni, dikota tanpa istirahat yang lelah dengan kehidupan, hari yang tak wajar oleh berita kepergianmu, aku menemukan diriku berada dalam kondisi dramatik dan kuhabiskan air mataku disana!

Akhirnya... Kusingkap korden jendela dan awan menerobos masuk menandai butiran air meski tidak membawa badai di pagi ini. seperti melihat bayi yang baru lahir namun tidak memiliki nama. Barangkali: seperti itu pula inginku’ aku ingin bersemayam tanpa identitas. Ingin terlahir diantara rintik hujan tanpa diikuti kutukan. Kubiarkan hujan meneduhkanku dengan tetes cairan perak' cukup sudah... tak ada yang bisa dipertahankan lagi' Aku tidak akan menyerahkan diri pada prinsip-prinsip, apalagi hidup juang atas nama berhala' mereka sudah mati! sedangkan aku akan terus berproses membentuk kepribadian sepanjang umurku. Mengikuti waktu..


Ketika langit cerah dengan kemunculan matahari yang terkena angin dan cahaya. Diperbukitan rendah berkubah' aku berdiri sebagai seorang laki-laki yang terselubung penuh debu' mengapung diladang ranjau sambil menyaksikan rembesan cahaya terlambat. Perlahan-lahan melepaskan jubah kesombongan untuk sejenak hening, jeda.. menghela napas.

Hujan pun akhirnya berhenti’

Namun aku hampir lupa bahwa kau telah berbaring ditanah basah. Pada nisan kecilmu yang rindang oleh harum kamboja, aku menumpuk banyak salah yang mungkin tak akan termaafkan dalam ribuan tahun tapi kau selalu tersenyum ke arahku– abadi…


Selamat Idul Fitri! Maaf, selalu gagal menjadi bijaksana...



Jika semua orang tahu diri mereka sempurna, maka mereka harus mati… -Albert Camus-



Saturday, 29 May 2010

Album of The Day: AC/DC – Iron Man 2


Jelas ini bukan album yang memuat lagu-lagu terbaru AC/DC, dengan itu tampaknya Angus Young cs masih percaya bahwa dua lagu klasik–”Shoot to Thrill” dan “Highway to Hell” mampu menjadi nyawa dalam sekuens film Iron Man 2. Dan perilisan album ini menjadi suatu cara tersendiri bagi AC/DC untuk menunjukkan eksistensinya pada generasi sekarang–khususnya pecinta film.

Terlepas dari filmnya, album ini cukup mampu menyegarkan ingatan saya pada kegemilangan band asal Australia ini. Album diawali “Shoot to Thrill”, lagu yang diambil dari album Back in Black (1980). Lagu itu sebaiknya didengarkan dengan konsentrasi maksimal untuk bisa mendengar dengus kemarahan dari vokal Brian Johnson. “Shoot to Thrill” tidak sepopuler “Back In Black”, yang sudah lebih dulu mereka dedikasikan di film Iron Man. Namun, jika diperhatikan baik-baik, lagu ini seharusnya bisa menjadi jalan untuk menuju kepopuleran lebih awal bagi AC/DC. Cukup sulit untuk melupakan Bon Scott. Track kedua “Rock ‘n’ Roll Damnation” menyisakan kenangan tentang album Powerage (1978) dan saat Bon Scott masih berdiri sebagai rockstar. Album Iron Man 2 menjadi seperti pertempuran antara Brian Johnson melawan Bon Scott karena mereka bergantian untuk menyumbangkan suara pada album ini. Tapi Angus Young tetaplah sebagai pemenangnya. Riff-riff gitarnya tak bisa tidak merupakan karakter abadi band ini.

Lima belas lagu yang ada di album seakan ini tidak diperuntukkan bagi mereka yang sudah memiliki koleksi lengkap AC/DC. Namun, jika Anda adalah kolektor sejati sebaiknya album ini dijadikan sebagai pelengkap. Sampul album yang bergambar dua orang Iron Man berdiri dengan tulisan AC/DC di sisi atas terlihat klise. Tapi booklet yang berisi foto-foto Angus Young cs bisa membuat saya bahagia. Foto paling menarik perhatian adalah gambar Angus Young terbaring di atas panggung berlumur darah akibat tertancap gitar. Mungkin AC/DC sedang berkata kepada seluruh penggemarnya bahwa semua lagu di album ini harus didengarkan dengan volume maksimal untuk membuatnya menjadi fantastis.

“Back in Black”, “T.N.T.”, “Highway to Hell” tak diragukan kesakralannya. Namun lagu-lagu seperti “Hell Ain’t a Bad Place to Be”, “Have a Drink on Me”, “Evil Walks”, “The Razords Edge”, “Let There Be Rock”, “War Machine”, “Guns For Hire”, “Cold Hearted Man”, “Thunderstruck”, “If You Want Blood (You’ve Got It)” tak kalah memiliki sesuatu yang membuat pendengarnya kesulitan membedakan surga dan neraka.
(Review By Me to urgensi.com/ crativedick.com

http://creativedisc.com/reviews/album-of-the-day/album-of-the-day-acdc-iron-man-2/