Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Thursday, 24 September 2009

Ananta

”ini untukmu kamerad’
kata-kata yang dirajut disore hari ketika kupastikan tak ada lagi yang mesti ditunggu, saat senja dikerubut badai yang menderu dan pintu-pintu dihempaskan…”


namanya an(A)nta…
lahir dari garis-garis hujan dan tempias angin yg asbtrak didinding kosmos’ kemudian menjelma dalam bening embun lalu sekarat saat ladang biru berubah menjadi pabrik.
sebenarnya an(A)nta tak bernama.
hanya sebuah tubuh tak merdeka yg menyerupai tanah dan lembah paling dingin, bermuara dari lautan, melayang dan berputar keras di atas tahta penguasa, menetaskan batu-batu bergigi tajam. padahal, sebelum tuhan datang dan mengutus pewarta sabda, an(A)nta tlah memiliki dan berkuasa pada dirinya sendiri!!

an(A)nta tumbuh besar dipadepokan milik socrates’ mengeja democritus dari rasionalitas nebukanedzar kemudian menjelajah didalam plaza, distro, mall, endorse, butik-butik, salon juga perpustakaan sampai beku saat keterasingan memperkosa sadarnya’ jari-jarinya menengadah meminta merdeka dari langit yg telah dibunuh niestzche dalam kubangan dogma sejarah yang seronok’ karena ternyata, sebelum para messiah datang’ an(A)nta tlah lebih dulu diselamatkan ibunya!!

siang terik, segersang jiwa an(A)nta ketika berkenalan dengan seorang tua berjenggot panjang’ yg mengajarkannya tentang taktik bertahan, menggempur dan merampas palu, cangkul, sekrup, arit serta semua perkakas milik para tuan, raja dan bos-bos besar. mbah jenggot itu senang bernyanyi sambil memainkan gitar renta hasil rampasan revolusi yg tidak pernah selesai. an(A)nta pun ikut mendendangkan lagu-lagu orang tua itu dan berharap menuntaskan revolusi menuju padang rumput tanpa kelas…

betapa sedih hati an(A)nta saat orang tua berjenggot itu mati dan mewariskan rumahnya pada seorang laki-laki buta, pemilik bendera merah yg kemudian memaksanya berlari mengikuti truk-truk van-guard sambil berteriak ”rebut!! rebut!! langit akan cerah saat perkakas mereka kita ambil dan para pekerja berkuasa…” itulah janji menjelang mata tak saling tatap dan matahari tegar meninggalkan martir yg terbunuh, sedangkan an(A)nta belum juga mampu menalar semua syair-syair dari tiang bendera merah…


dictator proletariat!! silogisme itu serupa serapah raja fasis’ tak ada bedanya!! padahal pohon2 memiliki akar, biji, atau pusat seperti mesin biner dengan prinsip yang terus membelah dan mereproduksi dahan-dahan, dan kekuasaan selalu merawat dirinya’ mereformasi dirinya, mereproduksi dirinya, melegitimasi dirinya, karena kekuasaan hanya bertujuan pada kekuasaan itu sendiri..” jerit an(A)nta memaki bintang…
sejenak dia terdiam sampai burung pagi membawanya dipersembunyian pemberontak!!


lambaikan tangan pada mbah jenggot!! ” an(A)nta mengguman sendiri’ syair lagu-lagu milik para superstar (stalin, mao, kim, castro dan semua rezim2 proletariat) memberi refrain bahwa teleologis sejarah mbah jenggot rusak secara inheren!! ah… betapa sedih perpisahan itu terjadi. tapi an(A)nta tak akan kesepian karena hasratnya telah membatu, yang tak akan cair oleh nyanyian-nyanyian air, oleh suara permai gemericik angin melambai memanggil, atau dengan seribu gundik yang menari-nari diatas tahta penguasa tiran… selamat jalan pak tua berjenggot’ pergilah dengan semua cinta yang tlah kau titipkan ditenggorakanku’ akan kupakai puisimu untuk menemukan musuhku… “an(A)nta menangis bersimpuh di nisan berlumur darah…



”ini untukmu kamerad’
lagu-lagu yang diciptakan pada bumi yang diam’ saat kitab para nabi dihancurkan zarathustra dan org2 gelisah menertawakan tuhan!!
lagu ini dinyanyikan kala bintang jatuh dikaki pemberontak… ”



namanya an(A)nta…
dia lahir kala langit kusam dengan semburat merah yang gemetar, paras kusut manusia mendengus muak dan di situ, nama-nama diciptakan sekaligus dihancurkan’ dari jauh bedil berseragam menyebar berita kematian, demi overcode’ hentikan hasrat-hasrat pengganggu moralitas keberlangsungan raja tiran’ rezim berganti rezim sepanjang jalan dan abad, dan met(A)fora dikepung musuh-musuh!!
tangannya memanjang dan terus menjalar di sepanjang lorong bawah tanah, sedang setiap rumah tetangganya dipenuhi berita iklan, musik top forty, film mainstream, berita politik dari para elite dgn mulut berhias bangkai, lowongan kerja korporasi, nomer-nomer handphone dan promosi diskon dimall dan pasar bertopeng’ konsumtif-konsumerisme dan semua pembusukan capital!! di kelokan pertama menuju dataran tinggi, an(A)nta masih berteduh sambil menggerutu, menghisap rokok dan terus meludah. ”itu indoktrinasi, pemalsuan kesadaran, demi menjaga dominasi mereka, pembodohan mereka, penindasan mereka, perbudakan mereka atas rumput dirumah kardus” teriak an(A)nta seperti merintih, tubuhnya tampak malas, mulut dan giginya berdarah, di separuh jiwa melepus tak mau redup, seiring taring, memercik liur membusuk!!
muak, marah, sakit hati, terasing dlm realitas sebagai jiwa yg merdeka ditubuh tak merdeka, lalu pasrah hingga berakhir dirumah bordir milik system!! bulan redup, ombak menari-menari, riang gembira mengikuti burung yang melacurkan diri dipenjara panaptikon’


senjata berkarat mengisahkan usia dan derita’ bertepuk gemuruh pada kado hari perayaan…. merdeka.. merdeka!!
apa artinya kata itu’ buat mereka yang tanahnya digusur demi pembangunan, apa artinya itu buat mereka’ yg tanahnya dipenuhi semburan lumpur, buat perempuan yang nafasnya ditebas timah panas saat mempertahankan lapaknya, buat anak-anak dengan sukma tertekuk di kolong bangunan ambruk,
buat lelaki dengan leher retak dihabisi perut yg menjerit kelaparan, buat para pelacur, pengemis disudut-sudut kota, buat mereka yang masih ditindas, dirampas, dibunuh, dihabisi, dibodohi dan dikebiri!! hampa, kosong lalu onani…

peradaban bergerak cepat dihanyutkan banjir sepanjang abad..
teruslah an(A)nta berjalan menuju sejarahnya, ke pusat garis batas, ke sudut yang tak pernah angin menduganya. seharusnya dia pulang’ tapi rumahnya menghilang. orang-orang terus berdatangan lepas peduli, tubuh mereka dipenuhi dengan kebosanan yang lebih mengerikan dari kesepian..


”ini untukmu kamerad’
sajak yang diciptakan oleh seorang pemabuk yang menitipkan racun ditenggorokan malam dalam lelehan busa beer, denting cawan alcohol, komik dan novel picisan hingga kemudian berakhir ironi dijalanan sunyi”



Friday, 21 August 2009

AKU adalah KAU yg meng-AKU- didalam KITA

Aku, kau, dia dan mereka yang kemudian menjadi kita merupakan sekumpulan metafora dalam kebenaran sosiologis. Kita (baca: aku, kau dia dan mereka) lahir didunia yang sudah ada sebelum kita dilahirkan. Kita mengeja hidup dengan menggunakan bahasa yang digunakan jauh sebelum kita menetas dibumi, lalu kita membentuk symbol-symbol yang juga telah diwariskan oleh mereka yang telah duluan ada. Artinya, kita disusun menjadi individu melalui proses social dengan menggunakan bahan-bahan yang bersifat social.
Semua menjadi ironis ketika dalam relasi social kita diperhadapkan pada kondisi yang jauh dari harapan, mimpi juga keinginan-keinginan kita. Kemudian kita mempertanyakan diri, mempertanyakan dunia bahkan sibuk menyalahkan semua hal diluar kita sebagai proyeksi kegagalan kita dalam merespon perubahan radikal yang mengancam eksitensi kita.
Krisis legitimasi (krisis pengakuan) merupakan salah satu penyakit social yang melanda semua mahluk berakal diplanet ini. Kegagalan-kegagalan menciptakan diri kita seperti dalam dunia khayal merubah kesadaran kita menjadi tidak kondusif hingga tanpa sadar kita terperangkap dalam delusi social disertai opini-opini buruk atau bad interpretasion terhadap segala sesuatu diluar kita. Kesemua hal itu dikarenakan kita menjadikan diri kita seakan-akan sebagai titik sentral alam semesta dengan memandang orang lain hanya melihat kegunaannya bagi kita (antroposentrisme). Egosentris tersebut menjadikan manusia semakin terasing dalam eksitensinya. Kita sedih, marah, kecewa, sakit hati lalu beranggapan bahwa galaksi bimasakti akan hancur tanpa kita. Seakan-akan diri kita adalah poros utama berlansungnya kehidupan. Kita melupakan realitas lain diluar diri kita, melupakan eksitensi orang lain terhadap dirinya, terhadap lingkungannya termasuk terhadap kita. Kebenarannya adalah ternyata kita hanya satu titik kecil yang berhasil ditangkap radar kosmos. Keberadaan kita tidak akan punya arti apa-apa tanpa keberadaan orang lain. Nilai kita sebagai manusia ditentukan bukan oleh kita atau orang lain semata tetapi ditentukan oleh relasi social kita (termasuk pergaulan sehari-hari). Pendek kata, tanpa akulturasi social kita akan terus berkubang dalam krisis legitimasi. Akulturasi social adalah fondasi kita dalam merumuskan diri kita, momentum dalam menentukan diri kita sekaligus membentuk identitas social kita.




A- IDENTITAS

Identitas merupakan produk khas budaya yang bersifat contingent (tdk tetap). Menjadi seseorang sepenuhnya bersifat social dan cultural karena identitas merupakan seperangkat produk social yang tidak dapat exist diluar representasi sosio-historis.

Identitas dalam dua defenisi’
1. identitas diri.
2. identitas social.

Identitas diri adalah otoritas keaku-anku, konsep perihal diriku menurut diriku. Sedangkan identitas social adalah harapan, pendapat juga konsep orang lain diluar aku yg terasosiasi dan terakulturasi didalam konsep yang dipegang oleh diriku. Peleburan konsep-konsep tersebut melahirkan sebuah kesepakatan yg kompromis antara subjek-subjek yg terposisikan dalam pemisahan asbtrak seperti suku, agama, ras, gender dan lain sebagainya dalam sebuah relasi social. Kesepakatan informal tersebut lalu menjadi acuan dalam proyek solidaritas yang bertujuan menjaga keharmonisan dan posisi antar subjek tanpa terdistorsi oleh klaim kekuasaan, gap kelas dsb.
Identitas diri tdk bisa lepas dari identitas social karena individu bukan hanya sekedar sekumpulan subjek yang mengobjek didalam relasi social namun menjadi subjek yang merepresentasikan kondisi sosialnya. Identitas diri terbentuk melalui serangkaian proses dialektika yang terus menerus didalam identitas social. Identitas diri dibentuk oleh identitas social pun sebaliknya’ identitas social tidak bisa lepas dari kondisi histories inter-subjek. Kedua hal ini menjadi inheren dalam pemaknaannya. Manusia menciptakan identitas sosialnya sekaligus membentuk identitas dirinya.


B- IDENTITAS dan KONSUMERISME

Perkembangan kapitalisme semakin fleksibel dewasa ini, tidak bisa disangkal bahwa kapitalisme telah memodifikasi dirinya juga perangkat-perangkat pendukungnya menjadi lebih menarik dan semakin samar untuk disadari. Kolaborasi dengan intitusi kekuasaan menjadi matang dimana kekuasaan bertindak sebagai manager bagi kapitalisme. Eksploitasi kapitalisme tidak lagi sekedar membuka wilayah baru dalam ekspansi mencari sumber daya bagi kekuatan produksi tetapi juga membutuhkan individu sebagai komoditi yg konsumtif terhadap produk-produk baru para pemilik modal itu. Para capital ini juga bersaing dalam mengambil hati konsumen-konsumen pasif, maka dengan itu dibutuhkan iklan yang gencar untuk memberi identitas pada komoditi mereka. Disinilah identitas social terdistorsi dan menjadi ambigu dalam substansinya. Pada masyarakat konsumerisme, identitas hanya terlegitimasi dengan dinilai seberapa kuat daya konsumsi kita. Gencarnya tawaran iklan mengaburkan batas antara keterdesakan primer dan kebutuhan sekunder. Nilai komoditi bukan lagi pada kegunaanya tetapi dilihat dari makna-makna yang absurd. Seperti nilai prestise, gengsi, style dsb. Hal inilah yang membentuk identitas palsu dalam masyarakat. Citra ditingkat konsumsi yang dibentuk iklan mengaburkan realitas sesungguhnya bahwa ada ketidakadilan ekonomi dilevel produksi, bahwa semua barang dan jasa tidak bersifat demokratis dan bebas karena hal tersebut hanya terlihat ditingkat permukaan.
Aku ada karena aku membeli!! Kalimat ini sangat sinonim dengan pola hidup masyarakat hari ini. Membeli sebuah produk bukan lagi sekedar persoalan membeli barang semata tetapi juga persoalan membeli gaya hidup, membeli nilai-nilai dan membeli identitas. Daya konsumtif menjadi ukuran legitimasi social dengan pencitraan yang absurd. Identitas social yang terbangun kemudian mengasingkan identitas diri inter-subjek dalam realitas yang sesungguhnya. Nongkrong dimall, café, distro, endorse atau nonton diplanet holywood, twenty one bukan saja sekedar keterbutuhan tetapi juga membentuk identitas social. Absurditas ini merupakan modifikasi kapitalisme yang berhasil menciptakan kesadaran palsu pada masyarakat konsumerisme.
Identitas social tidak lagi dilihat sebagai bentuk solidaritas antar subjek, bukan lagi penghargaan akan adanya orang lain atau toleransi keberagaman, juga tidak lagi melihat keberadaan orang lain sebagai otoritas yang lain diluar diri tetapi hanya berkutat sejauh mana individu mampu membeli dengan mengabaikan tangis dan penderitaan orang lain. Dititik itu, keterasingan manusia semakin jatuh dalam pertikaian kelas yang tidak akan menemukan ujung sejarah komprominya. Perang, terror, gap-gap kelas semakin menekan seiring dengan tekanan para pemodal dalam memaksakan hegemoninya. Identitas diri menjadi kabur antara pro hegemoni vs kontra hegemoni.
Hanya dengan berpikir bahwa aku adalah kau yang meng-aku didalam kita, maka kehidupan akan mentransformasikan dunia khayal kedalam dunia realitas yang artinya tak ada perang, tak ada terror, tak ada penindasan, tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan ekonomi karena semua manusia menghargai perbedaan orang lain sebagai penghargaan atas dirinya, menghormati keberadaan orang lain sebagai solidaritas sesama mahluk yang hidup digalaksi yang sama. Dengan persamaan hak yang pada akhirnya menciptakan keindahan, dunia yang damai penuh cinta dan kasih seperti dinegeri pelangi dalam dongeng sebelum tidur.
Semoga itu akan terjadi’ mungkin suatu saat nanti………………

Saturday, 20 June 2009

Seketika Diam


menghampar disini' deru langit biru dan tenang udara pagi..
rindu berselimut juga malam yg datang terlambat..
bermain-main dalam gelisah' ruang mimpi terbakar
akh senja... dimana dia pemberi kabar??


aku adalah laki-laki yg berjalan diatas laut dalam birahi pantai dan dinding pemberi fatwa.
meraba getir di dada' seketika diam selepasmu hilang..
tak ada matahari hanya ruang hampa berseru-seru'
jangan pergi...
tak ada cahaya dan liar ini adalah karenamu..
bertahun-tahun dan telah jadi artefak' minus dingin dan gelegar marah..


Gerimiskah matamu jika rindu menusuk ragaku..
melihatmu disana.. jauh.. jauh..
mata itu, mata orang-orang
bukan mata bianglala, bukan mata hari.. matamu yang dulu..
begitu bijaksana!! selayak mata pelangi..

bulan belum sempurna
hanya angan pengantar tidur.. selepasmu.. sehilangmu.. setiadamu..
aku disini menyerupai sesat!!
setiap hela, nafas tanpa jeda melupa dan tak mampu.. tak pernah mampu!
tahukah..
kuukir setiap detik dengan titik embun di sudut mata biru
kusapu, seketika kutatap garang..
lari sembunyi biar hanya tampak diam.. biar terlihat kuat..

kamar ini merindu mu..
seperti dulu kita berbincang didingin malam menunggu matahari..
bukan janji karena tak ada janji..
hanya pasti..


tiadamu'
aku tak pernah berhasil menjadi org baik...
pulanglah..
sebentar lagi' aku akan mati dan membusuk disini..
dalam nihil sejati, dalam berontak yg marah..
hanya kedip dan kata dibibirmu yg mampu meredamku..
........
tanpamu tak pernah ada lagi kesejatian
maafkanlah laki-laki binasa ini
dan ajari aku untuk menjadi orang baik
seperti dulu sebelum subuh...
dan seketika diam

Thursday, 14 May 2009

Rocknroll tidak akan Pernah Mati didadaku!! "Mahkota Hippies Dibawah Payung Banner's"




”Hey bung
Ini bukan Amerika ditahun 50-an ketika Chess bersaudara sedang merilis Maybeline dan musisi-musisi ghaib dari Motown riang berimprovisasi akibat Sun records terancam bangkrut…
Ini juga bukan Inggris saat Heavy metal berkibar’ percayalah Jimmy Page baru saja cabut dari Yarbird’s,dan Sumpah!! Bon Scott belum mati!!
Palingkan wajahmu’ Disini Indonesia tahun 2009!!
Silahkan bergidik jijik…. karena Radio dan Tv banyak dipenuhi musik sampah!!”


Rocknroll Belum Mati!
Apa yg ingin dijual oleh bos-bos besar itu’ Dengan buas mereka menjejalkan medianya ditenggorokan kita. Memaksakan trend musik dikepala kita. Menembus bawah sadar kita dengan asumsi bahwa hanya itu yg tersedia. Hanya itu yg ada!! Dan bagi kita tidak ada lagi alternative lain karena semua yg didepan mata terlihat sama, begitu seragam dan itu-itu saja!! Standarisasi bahwa industri musik hari ini hanya memberikan apa yang diinginkan oleh khalayak adalah bohong besar!! Siapa yg mau band-band cengeng atw musisi-musisi katrok yg tiap hari berdagang cinta tanpa pesan-pesan edukasi.
Ini bukan sikap permusuhan pada band-band mainstream atw genre musik popular.. sama sekali bukan!! Kita harus memahami bahwa, Beragam cara manusia mengungkapkan kreativitasnya dan genre musik adalah form ekspresi tentu saja subyektif karena itu tdk bisa terintimidasi. Semua org berhak menuangkan karya musikalnya’, semua org merdeka dan itu bebas!! Bukan itu yg harus dilawan tp sesuatu didalam musik popular itulah yg harus dihancurkan…


Bukan sekedar form tetapi contents!! Makna dibalik isi tersebutlah yg harus kita binasakan. Substansi dari musik popular terbukti mendangkalkan penalaran. Sudah jelas bahwa industri musik hari ini hanya mementingkan sensasi demi meraih provit sebanyak mungkin. Jangan berharap ada nilai-nilai perubahan. Trend musik telah dipaksakan dikepala kita dengan promosi dan iklan yg mewabah seperti tsunami. Membentuk kesadaran palsu dan terjadi penyeragaman selera. Kita dikontrol oleh industri dalam stagnasi kreatifitas yg seragam!! Alternative pilihan hanya kita sandarkan pada panggung-panggung bawah tanah tp ternyata juga mengecewakan. Gigs, venue dan panggung-panggung yg mereka ciptakan hanya menampilkan musisi yg itu-itu juga. Adanya status qua dalam dinasti gelap movement bawah tanah dgn tidak adanya regenerasi menandakan bahwa mereka juga sama piciknya dengan para pelaku di industri musik. Kita tidak bisa bersandar pada mereka!!
Kawan.. jgn ragu’ Rocknroll belum mati!!!


Kita tidak bisa menyangkal bahwa belakangan ini rocknroll telah coba untuk dibunuh oleh beberapa band kampungan yg menyeruak di ranah mainsteam. Band-band seperti itu merampok istilah rocknroll dalam penafsiran yg menjijikan. Mereka memainkan opini media dan mendistrosi rocknroll dalam kubangan selokan limbah ditoilet umum. Statement-statement mereka yg palsu juga semakin memuakan karena didramatisir oleh media massa. Hingga terjadi pembentukan opini dan rocknroll kembali dijadikan alat untuk memproduksi uang, uang dan uang!! Jgn ragu’ jgn takut!! Mereka bukan rocknrollers!! Mereka bukan kita, mereka Pseudo rocknroll yg kebetulan bisa main musik sambil onani!! Alasannya adalah karena rocknroll bukan sampah seperti mereka, bukan sekedar style belaka, bukan form genre yg mencuri lagu orang dan membawakannya ditengah khalayak tanpa malu!! Rocknroll adalah symbol ideology!! Bukan sekedar genre musik tapi sebuah jalan dalam menyuarakan kehidupan. Kekuatan idealisme didalam musik merupakan filter dalam menghadapi pembodohan para borjuasi-borjuasi di label-label recording, Major label atw yg katanya Indie label!!
Guys.. Believe me’ Rocknroll is not dead!!


Para kapital-kapital media kini makin menjijikan!! Setelah mereka kuat menjejalkan trend musiknya diotak kita kini mereka juga menyerang suasana santai kita, dengan cara berdagang sampah gossip infotainment dari pecundang-pecundang kampungan yg katanya selebritis!!! Bos-bos media itu telah menjajah kesadaran kita hingga menciptakan kondisi dimana massa rakyat tidak sadar bahwa benaknya telah dipenuhi kesadaran palsu…
Ayo hidupkan Televisi’ selain berita tak ada lagi yg bisa kita pertahankan dari media hari ini. Dari pagi, siang hingga sore… reality show juga sinetron yg tiap hari menjual airmata dan infotainment keranjingan memuntahkan air ludahnya dimuka kita!! Kita dibuat orgasme dalam lelucon konyol para selebritis. Kita diajak masuk dalam dunia mereka yg palsu. Membuat kita berpikir instant dan hanyut dalam glamouritas pada borjuasi-borjuasi sialan itu!! Hey… ada berita perceraian, hey ada berita perselingkuhan, hey.. hey.. hey… Ayo telanjang di depan Tv bangsat!!
Yakinlah saudaraku.. sinetron, reality show dan infotainment hanya membuat kita tdk produktif!!!







”Hey bung..
Ini bukan Amerika saat kaum Hippies membagikan bunga dijalanan dan Jimmi Hendrik belum membakar gitarnya…
Ini juga bukan Inggris ketika sex pistol dideportasi’ opsss!! Ayo.. Tepuk tangan karena Bryan Jones masih Hidup!!
Palingkan wajahmu’ Disini Indonesia tahun 2009!!
Silahkan bergidik jijik…. karena Radio dan Tv banyak dipenuhi musik sampah!!”


Sejarah membuktikan bahwa polarisasi pemikiran dibentuk oleh media dengan propaganda gencar hingga menjadi parameter bagi masyarakat luas. Sebuah karya seni dengan kualitas estetika yang kurang baik dapat menjadi trendsetter bila didukung oleh promosi besar-besaran, begitupun sebaliknya. Jika ada yang harus bertanggung jawab atas semua ini maka jawabannya adalah media. Hilangnya objektifikasi media massa baik cetak maupun elektronik mengakibatkan kecenderungan skeptisisme didalam tatanan civil society. Kurangnya ruang untuk merefleksikan kreatifitas memaksa sebagian kalangan mengambil jalan lain untuk mengaspirasikan sumber dayanya. Hari ini, media adalah milik segelintir orang dengan kitab suci uang mereka mengeksploitasi nilai-nilai didalam masyarakat. Ekonomi, politik, hukum juga kemurnian estetika telah sedemikian masuk dalam jejaring kapitalisme global. Seperti halnya bidang lain, musik pun mengalami stagnasi akut.

Di Indonesia, keseragaman industri musik dalam membidani produk-produknya membuat beberapa orang apatis dengan perkembangan musik tanah air. Setiap hari, radio, televisi hanya memberitakan semua hal yang sama, seragam dan monoton. Kalaupun beda, paling hanya sepersekian persen dari apa yang sudah ada. Tidak ada hal yang baru. Musik dari band-band mainstream adalah sebuah bahasa pragmatis, kering dan “Just Money oriented”. Hingga sulit untuk membedakan antara kemurnian idealisme atau sekedar untuk survive. Hanya ada dua pilihan, ikut arus dan ambil bagian didalam peradaban pop culture ini atau menjadi manusia bebas tanpa intervensi.


Hippies Jakarta

Hey bung!! ada yg berbeda disana!! Ada sesuatu yg bergerak lain disana..
Sebuah tempat yg tidak memiliki batas antara mimpi dan kenyataan. Sebuah tempat yg digambarkan neverland dalam cerita-cerita fiksi.
Jika ketempat itu’ semuanya mengagumkan. Tidak ada rasisme, tidak ada chauvinisme, tidak ada apa-apa, semuanya, seperti kembali kemasa emas flower generation dengan para bohemian yg bercanda diantara denting gitar dengan menyuarakan anti perang..
Sama seperti kembali ke masa awal sebelum Jimmy Page mengaudisi kamerad Plant’ sebelum Sam Philips menggadaikan King Elvis, seperti kembali kemasa emas kejayaan Motown Blues… wow… tempat utopis dalam gambaran pemikir-pemikir dungu!!

Disinilah kita berpesta!!
Disini ada blues, tersedia juga Heavy Metal!!, that’s is Rock!! menoleh lah kebelakang’ rasakan sebentar angin malam’ angkat gelasmu tinggi-tinggi!! David Gilmour dibelakangmu’ Bob Dylan didepanmu, kita akan sadar besok saat Buddy Guy tertawa’ ayo mari kita cumbu Jannis Joplin, bercinta dengan Joan Jet dan hanyutkan tubuh dalam pelukan Gwen Stefani… ayo kawan!! Ayo kesini.. Mari Kita Berpesta….
Menjelang senja apalagi saat weekend’ Berjalanlah menyusuri menteng, lepaskan kakimu mampir ke sebuah tempat rahasia’ semoga disana ada kumbang-kumbang hippies! Yakinlah’ mereka sedang membahas sound terbaik untuk rocknroll. Jangan ambil hati jika bung S’ masih sesumbar ttg kehebatan Bluess!! Coz Didadanya ada revolusi T. Bone Walker dan kemarahan Jimmy Hendrik. Mungkin kita akan menemukan beberapa kawan yg kritis meneriakan sesuatu dalam kevakuman ruang hampa.
Hmm… ada beberapa pahlawan rocknroll disana’ yg namanya tidak akan dicatat dalam buku sejarah anak SD, mereka-mereka yg berjuang atas nama kreatifitas dalam satu kesamaan persepsi!! ”Menolak Penyeragaman!!. Ada juga beberapa band yg lagi berjuang merillis album ditengah serbuan musik populer. Band-band rocknroll yg menjadikan 12 bar sebagai acuan dalam melihat roots sejarah. Dari blues hingga rock, dari bill Halley hingga The Who, dari Memphis hingga Lenteng Agung, dari Rolling Stone hingga RI!! Kumbang-kumbang hippies ini tidak sekedar membahas musik. Isu-isu social terkadang menjadi luar-biasa dalam wacana yg dihadirkan. Semuanya jadi mengagumkan karena mereka tidak hanya berisi musisi tapi juga seniman lukis, teater, penulis, aktivis dan jg sineas…
Jika bulan tidak purnama’ mungkin kita akan bisa berjumpa dgn bung N’ seorang aktor yg cerdas dalam memaparkan ide-idenya. He’s funny guy’ dengan bahasan yg lugas ttg filsafat Schopenhauer. Barangkali akan sangat menarik jika kita bertemu bung G’ seorang kawan yg kini sedang memainkan peran krusial, Sebagai manager band dan konseptor acara tahunan komunitas ini. Akan semakin banyak ide dalam menulis lirik lagu ttg lingkungan karena ada kawan D’ disana. Pesan-pesan green movement bisa terkompromikan dalam sound gitar maha dahsyat. Ada juga seseorang disana’ yg tiap hari berteriak ttg ideology ditengah denting gelas dari air kedamaian…
Banyak kawan-kawan disana dengan interprestasi yg sama dalam menafsirkan klasik rock. Mereka- mereka yg luar biasa yg namanya tidak akan cukup utk disebut satu-satu. Ada A, Ada B, ada C, Ada D’ ada L, I, ada J’ ada banyak lagi….. mereka yg memiliki kesamaan persespi.. ”Menolak Penyeragaman”


Diluar..
biarkan musik hanya menjadi bahasa Pragmatis’ biarkan pelaku2 mainstream berpesta pora merayakan kematian rocknroll. Biarkan saja! Tp didada kita ROCKNROLL akan selalu hidup dlm malam2 penuh bintang dilangit yg tinggi!!
Biarkan saja para musisi2 hebat menguasai panggung! Biarkan saja ruang itu tertutup karena kita juga akan punya ruang sendiri!! Biarkan saja’ para pecundang-pecundang industri musik memprogandakan kebohongan mereka.. biarkan saja!! Biarkan mereka mengira bahwa kita sudah mati’ Biarlah… biarkan saja!! Suatu hari nanti pisau tajam sejarah akan membungkam mulut rakus mereka dan menghancurkan apa yg selama ini mereka percayai!!
Coz’.. ROCKNROLL is NEVER DIE!!!!