Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Wednesday, 19 November 2014

Resensi Film Interstellar: "ketika sumber daya alam menjadi langka, peradaban bumi terancam mundur dan masyarakat agraris diambang kehancuran"

Interstellar

Sutradara: Christopher Nolan

Produksi: Warner Bro’s, Paramount



" Marahlah pada cahaya yang mulai meredup, usia tua harus membara dipenghujung jalan, jangan masuk pada malam indah dengan cara yang mudah"



Saya curiga, Christopher Nolan bukan manusia tapi mahluk dari planet luar. Sutradara berkebangsaan Inggris dan Amerika ini seakan terobsesi hidup digalaxy lain, deretan film yang disutradarainya seperti melewati batasan batasan imajinasi. Kegilaan Nolan adalah kegeniusannya, kegilaan yang membuatnya pantas diperhitungkan dalam dunia perfilm-an, sebut saja Memento (2000), Insomnia (2002), Batman Begins (2005), The Prestige (2006), The Dark Night (2008), Inception (2010), The Dark Night Rises (2012) dan yang terbaru Interstellar adalah bukti, sutradara buta warna (merah-hijau) ini benar benar percaya jika akal manusia mampu menyingkap rahasia semesta.

Interstellar adalah film yang  terilhami dari teori relativitas fisikawan Kip S Thorne mengenai Wormhole (lubang cacing) dan medan gravitasi. Kip S Thorne meyakini bila Wormhole (lubang cacing) adalah medan yang mempunyai gravitasi kuat dan dapat dipakai sebagai mesin waktu.

Film ini dibintangi oleh Matthew McConaughey, Anne Hathaway, Matt Damon, Jessica Chastain, Mackenzie Foy, Casey Affleck, Michael Caine, Topher Grace, Wes Bentley, Ellen Burstyn, Bill Irwin, John Lithgow, David Gyasi, Timothee Chalamet, David Oyelowo.

Tersebutlah, ketika bumi terancam tak lagi layak untuk dihuni. Badai debu dan krisis makanan memaksa manusia harus mencari alternatif lain diluar bumi untuk ditinggali. Cooper (Matthew McConaughey), duda yang ditinggal mati istrinya adalah mantan pilot NASA yang menjadi petani dan tinggal bersama ayah mertuanya, anak laki lakinya dan putrinya yang berumur 10 tahun bernama Murphy (Mackenzie Foy) .

Murphy, bocah perempuan yang sangat dekat dengan ayahnya percaya kamarnya dihantui dan hantu itu mencoba berkomunikasi dengannya. Pada awalnya Cooper mengabaikan celotehan putrinya namun ketika badai debu melanda rumah mereka, Cooper dan Murphy melihat pesan dari sosok tak berbentuk yang mereka sebut hantu itu, pesan yang dikirim dengan menggunakan gelombang gravitasi, pesan yang mengungkap koordinat biner dalam debu dan mengarahkan mereka menuju instalasi rahasia milik NASA yang dipimpin oleh Profesor Merek (Michael Caine ) .

Kedatangan Cooper ke instalasi rahasia NASA menjadi awal drama difilm ini, apalagi ketika Profesor Merek mencoba merekrut Cooper dalam misi Lazarus, misi untuk menjelajahi angkasa demi menemukan planet baru sebagai pengganti bumi yang sudah tidak lagi layak untuk di huni, profesor Merek mengungkapkan bahwa Wormhole (lubang cacing) ternyata diciptakan oleh suatu kecerdasan alien, kecerdasan alien itu menawarkan kesempatan bagi kelangsungan hidup manusia di planet baru. NASA telah mengidentifikasi tiga planet berpotensi untuk dihuni yang mengorbit dilubang hitam Gargantua.

Pada misi tersebut, Cooper bergabung dengan putri Merek, seorang ahli biologi Amelia Merek (Anne Hathaway), fisikawan Romilly (David Gyasi), ahli geografi Doyle (Wes Bentley) dan dua robot buatan cerdas, TARS (disuarakan oleh Bill Irwin) dan CASE (disuarakan oleh Josh Stewart). Keputusan Cooper bergabung dalam misi tersebut menghancurkan hati putrinya, Murphy. Perpisahan Cooper dengan putri kesayangannya pada akhirnya membuatnya mampu menembus rahasia ruang waktu

Film berdurasi hampir tiga jam ini memang cukup menyita konsentrasi. Bagaimanapun juga pilihan Warner Bro’s mempercayakan Interstellar kepada Christopher Nolan adalah keputusan yang sangat tepat. Apalagi adiknya Jonathan Nolan membantunya sebagai penulis scrip.

Interstellar, luarbiasa!

Monday, 10 November 2014

Resensi Film: John Wick "Keanu Reeves memang ditakdirkan untuk menjadi keren!"

 John Wick
Sutradara: Chad Stahelski
Produksi: Summit Entertaimen

 


Keane Reeves itu keren dan dia ditakdirkan untuk menjadi keren. John Wick adalah salah satu bukti bagaimana dia menjadi keren. Sejujurnya, saya tidak pernah menyukai film film Keanu Reeves yang bergenre action. Disaat dulu The Matrix menjadi trendsetter, saya adalah orang yang tidak pernah menyukai film itu, bahkan bagi saya Ronin pun bukan menjadi destinasi. Saya lebih menyukai Keanu Reeves di film-film drama semisal Lake House atau Sweet November. Dan sesungguhnya wajahnya yang lembut lebih manis jika difilm drama, menurut saya.

John Wick adalah film yang saya nonton secara tidak sengaja dan mau tidak mau mengubah semua persepsi. Film itu adalah salah satu film yang dari scene awal hingga akhir membuat saya tidak mau mengedipkan mata. Menegangkan. Meski harus diakui, alur cerita difilm ini juga mainstream, namun Chad Stahelski lebih inovatif mengemas film ini menjadi tontonan yang menarik. Seakan tidak ada drama yang kadang disisipkan dalam film action. Film ini murni tentang balas dendam. Darah, kemarahan juga senjata yang dikokang menjadi pelajaran bahwa didunia ini semua ada harganya.

Tersebutlah John Wick (Keanu Reeves), mantan pembunuh bayaran yang ditakuti karena kepiawaiannya dalam menghabisi orang tanpa ampun. Kematian istrinya membuatnya begitu sentimentil. Satu satunya kenangan dari istrinya adalah seekor anjing yang jadi pelipur kesendiriannya
Sayang sekali, anjing itu dibunuh oleh aksi ugal ugalan Ioasev Tarasov (Alfie Allen)  pemuda tanggung anak bos besar mafia yang juga mencuri mobil mustang milik John Wick. Ioasev menganggap itu remeh, apalagi ayahnya Viggo Tarasov (Michael Niqvist) adalah mafia besar yang memberinya banyak kemudahan. Ketika ayahnya yang juga pernah menjadi klien John Wick dimasalalu mengetahui persoalan itu, ayahnya gentar. Viggo tahu betul John Wick, dan dia juga tahu bahwa dia harus mendahului jika tidak anaknya akan terbunuh.

Disisi lain, John Wick seperti dihadapkan pada pilihan untuk kembali menjadi dirinya dimasalalu. Kemarahannya tak bisa dibendung, anjing yang dibunuh dengan sadis itu adalah satu satunya yang tersisa dari mendiang istrinya. John membara dan dia menginginkan nyawa Ioasev sebagai pertanggungjawaban. Walau anak itu dijaga oleh kaki tangan Viggo, John tak kenal ampun. Pada akhirnya, aksi ugal ugalan Ioasev menghancurkan semua yang sudah dibangun oleh ayahnya sendiri. Kebrutalan John Wick dalam memburu Ioasev seperti pembunuh berdarah dingin yang menganggap nyawa manusia sekedar lembaran daun daun kering.

Film ini mengajarkan bahwa hal hal kecil yang kita lakukan bisa berakibat fatal, hal hal yang kita tidak anggap sebagai masalah justru menjadi kutukan yang mengejar kemanapun kita pergi. Dalam Film berdurasi 101 menit ini, Chad Stahelski juga dibantu David Leitch dalam penyutradaraan. Bagi David Leitch film ini adalah debutnya setelah sebelumnya, Leitch hanya dikenal sebagai aktor, pemeran pengganti, penulis naskah dan juga koordinator pemeran pengganti.

Film ini keren! Dan Keanu Reeves itu luarbiasa keren.

Sunday, 2 November 2014

Resensi Film: Left Behind "Film ini menegaskan kebangkrutan Nicolas Cage "

 Left Behind

Produksi: Entertaiment One/ Stoney Lake Entertaiment

Sutradara: Vic Amstrong


Beberapa waktu lalu saya mendengar desas desus, Nicolas Cage dikabarkan sedang berjuang melawan kebangkrutan. Awalnya saya kurang yakin, namun film ini menegaskan asumsiku Nicolas Cage sudah benar benar bangkrut hingga mau menerima tawaran main di film ini. Sorry om Nicky! Saya menghabisimu disini
Left Behind adalah film yang dibuat berdasarkan buku seri karya Tim Lahaye dan Jerry Jenkins yang telah terjual 65 juta kopi diseluruh dunia. Dalam buku tersebut alur ceritanya diambil dari nubuat pengangkatan yang dikisahkan Yohanes dalam kitab wahyu. Saya tidak tahu apa motivasi Nicolas Cage berperan di film religi ini. Mark Cage, kakaknya adalah seorang pendeta dan Mark merupakan orang dibalik keikutsertaan Nicky difilm ini. Bisa saja, itu untuk mengatakan kepada dunia soal keimanannya. Apapun alasannya, film ini adalah film Nicolas Cage yang paling jelek yang pernah saya tonton.

Om Nicky, mungkin pacar pacar kami menyukaimu dan film ini adalah tempat terbaik memakimu



Saya curiga, Hollywood mulai kehabisan ide atau trend baru di dunia film, entahlah. Film film religi bergenre sama seperti Kiamat Sudah Dekat di Indonesia mulai mewabah dilapak – lapak DVD bajakan.  Film film tersebut belum banyak yang berhasil masuk ke Box Ofice, kehadiran Left Behind di bioskop menjadi semacam penanda sebuah trend baru. What ever!

 Anyway, karakter Nicolas Cage sebagai Family guy dibeberapa film-nya juga bisa ditemukan di film ini. Vic Amstrong tidak mau melepaskan itu, sutradara yang juga pernah menggarap The Adventure of  Young Indiana Jones ini mungkin sadar bahwa itulah gimmick Nicolas Cage. Entah kebetulan atau tidak, beberapa film Nicolas Cage semacam Con Air, Face Off, Trespass atau Tokarev yang terbaru selalu memberinya peran sebagai seorang ayah yang memiliki anak perempuan. Pun di film ini.

Sayang sekali, saya tidak menemukan seorang Nicolas Cage yang biasanya, narasi dalam film yang datar. Memungkinkan saya untuk memaki Om Nicky. Left behind, film jelek!
Berperan sebagai seorang pilot yang berjibaku untuk menyelamatkan para penumpang ditengah dunia yang kocar kacir akibat orang orang menghilang secara tiba tiba. Nicolas Cage (Rayford Steele) berusaha menenangkan penumpang yang histeris. Pada akhirnya dia harus mendaratkan pesawat namun setiap bandara sudah tak lagi beroperasi.
Chloe (Cassi Thompson) adalah anak perempuannya, karakter anak gadis menjelang dewasa yang kebingungan ketika adiknya hilang dari genggaman tangannya. Chloe berusaha kembali kerumah namun tercengang ketika mendapati ibunya juga menghilang.

Diakhir film, Vic Amstrong gagal mendeskripsikan secara gamblang, bagaimana orang orang itu menghilang. Siapa yang bertanggungjawab atas itu semua? Dan ada dimana orang orang yang hilang itu? Di Surga? Wow!







 





Saturday, 25 October 2014

Resensi Film: FURY "Perang adalah Neraka"

Fury

Sutradara: David Ayer

Produksi; Sony Picture

 

 
Ideology selalu bicara tentang perdamaian tapi sejarah selalu berisi kekerasan

Perang adalah antitesis humanisme, dalam perang tak pernah ada pemenang yang sesungguhnya karena yang kalah akan terbunuh dan yang menang pasti juga mati. David Ayer seperti sengaja membawa kita untuk  melihat langsung pertempuran darat jarak dekat, tank melawan tank, prajurit melawan prajurit, saling membunuh untuk mempertahankan hidup. David Ayer juga melibatkan mantan kru tank Perang Dunia II Peter Comfort (90), sebagai penasihat untuk film ini. Tak heran, kita seperti berada langsung didalam tank.

Film ini adalah kisah perjalanan beberapa tentara Amerika yang ditugaskan digaris depan untuk menggempur Nazi Jerman pada bulan April 1945. Mereka ditugaskan untuk masuk ke wilayah Jerman dengan bersenjatakan tank baja Sherman, yang diberi nama Fury.
Sersan Don Wardaddy yang diperankan apik oleh Brad Pitt dan tiga orang anak buahnya, Boyd Bible Swan (Shia LeBeouf), Grady Travis (Jon Bernthal) dan Trini Gordo Garcia (Michael Peña) baru saja kehilangan asisten pengemudi hingga kemudian Norman Ellison yang diperankan oleh Logan Lerman ditugaskan untuk bergabung dalam tim. Norman adalah seorang juru ketik yang baru 8 minggu bertugas dimiliter. Drama dimulai ketika remaja itu harus melihat sendiri perang dan kematian didepannya. Pergumulan emosi dan kepahlawanan menjadi satu dalam ribuan nyawa yang terkubur.

Sebelum kedatangan Norman, Don Wardaddy dan anak buahnya melihat perang dengan sinis, antara membunuh atau dibunuh, tak ada moralitas dalam perang. Mereka bahkan lupa berapa liter darah yang telah mereka tumpahkan atau berapa kawan seperjuangan yang telah terbunuh. Mereka tak begitu peduli soal nasionalisme, bagi mereka dimanapun Nazi harus tumbang.

Secara umum, film itu bertutur tentang pergolakan psikis para tentara. Bagaimana perang memaksa orang orang baik harus memburu nyawa dan kematian begitu dekat seperti bayangan yang mengejar karena setiap detik tak bisa diprediksi apakah esok masih ada atau tidak.

Setiap ideology adalah perdamaian tapi sejarah adalah kekerasan, begitu kata Don Wardaddy (Brad Pitt) ketika memaksa Norman Ellison ( Logan Lerman) untuk menembak tentara Nazi yang ditangkap. Norman tetap menolak untuk menembak meski akhirnya terpaksa diharus dia lakukan. Fury tidak menitik beratkan pada sosok Don Wardaddy yang heroistik. Pertentangan emosi Norman menjadi salah satu pemanis di film ini.  Juru ketik muda yang bahkan takut mendengar bunyi senjata, yang bahkan masih ngeri melihat darah pada akhirnya harus tegas menerima kondisi dan mulai terbiasa untuk membidik musuh.

David Ayer terbilang sukses meramu film menjadi tontonan yang menarik bagi para penggemar film film perang. Meski sedikit membosankan dengan durasi lebih dari dua jam dan alur yang agak lambat. Keterlibatan Peter Comfort sebagai mantan kru tank Perang Dunia II tak bisa dianggap biasa. Barangkali karena kehadiran Comfort menjadikan Fury seperti melihat perang dari dalam Tank.