Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Wednesday 19 November 2014

Resensi Film Interstellar: "ketika sumber daya alam menjadi langka, peradaban bumi terancam mundur dan masyarakat agraris diambang kehancuran"

Interstellar

Sutradara: Christopher Nolan

Produksi: Warner Bro’s, Paramount



" Marahlah pada cahaya yang mulai meredup, usia tua harus membara dipenghujung jalan, jangan masuk pada malam indah dengan cara yang mudah"



Saya curiga, Christopher Nolan bukan manusia tapi mahluk dari planet luar. Sutradara berkebangsaan Inggris dan Amerika ini seakan terobsesi hidup digalaxy lain, deretan film yang disutradarainya seperti melewati batasan batasan imajinasi. Kegilaan Nolan adalah kegeniusannya, kegilaan yang membuatnya pantas diperhitungkan dalam dunia perfilm-an, sebut saja Memento (2000), Insomnia (2002), Batman Begins (2005), The Prestige (2006), The Dark Night (2008), Inception (2010), The Dark Night Rises (2012) dan yang terbaru Interstellar adalah bukti, sutradara buta warna (merah-hijau) ini benar benar percaya jika akal manusia mampu menyingkap rahasia semesta.

Interstellar adalah film yang  terilhami dari teori relativitas fisikawan Kip S Thorne mengenai Wormhole (lubang cacing) dan medan gravitasi. Kip S Thorne meyakini bila Wormhole (lubang cacing) adalah medan yang mempunyai gravitasi kuat dan dapat dipakai sebagai mesin waktu.

Film ini dibintangi oleh Matthew McConaughey, Anne Hathaway, Matt Damon, Jessica Chastain, Mackenzie Foy, Casey Affleck, Michael Caine, Topher Grace, Wes Bentley, Ellen Burstyn, Bill Irwin, John Lithgow, David Gyasi, Timothee Chalamet, David Oyelowo.

Tersebutlah, ketika bumi terancam tak lagi layak untuk dihuni. Badai debu dan krisis makanan memaksa manusia harus mencari alternatif lain diluar bumi untuk ditinggali. Cooper (Matthew McConaughey), duda yang ditinggal mati istrinya adalah mantan pilot NASA yang menjadi petani dan tinggal bersama ayah mertuanya, anak laki lakinya dan putrinya yang berumur 10 tahun bernama Murphy (Mackenzie Foy) .

Murphy, bocah perempuan yang sangat dekat dengan ayahnya percaya kamarnya dihantui dan hantu itu mencoba berkomunikasi dengannya. Pada awalnya Cooper mengabaikan celotehan putrinya namun ketika badai debu melanda rumah mereka, Cooper dan Murphy melihat pesan dari sosok tak berbentuk yang mereka sebut hantu itu, pesan yang dikirim dengan menggunakan gelombang gravitasi, pesan yang mengungkap koordinat biner dalam debu dan mengarahkan mereka menuju instalasi rahasia milik NASA yang dipimpin oleh Profesor Merek (Michael Caine ) .

Kedatangan Cooper ke instalasi rahasia NASA menjadi awal drama difilm ini, apalagi ketika Profesor Merek mencoba merekrut Cooper dalam misi Lazarus, misi untuk menjelajahi angkasa demi menemukan planet baru sebagai pengganti bumi yang sudah tidak lagi layak untuk di huni, profesor Merek mengungkapkan bahwa Wormhole (lubang cacing) ternyata diciptakan oleh suatu kecerdasan alien, kecerdasan alien itu menawarkan kesempatan bagi kelangsungan hidup manusia di planet baru. NASA telah mengidentifikasi tiga planet berpotensi untuk dihuni yang mengorbit dilubang hitam Gargantua.

Pada misi tersebut, Cooper bergabung dengan putri Merek, seorang ahli biologi Amelia Merek (Anne Hathaway), fisikawan Romilly (David Gyasi), ahli geografi Doyle (Wes Bentley) dan dua robot buatan cerdas, TARS (disuarakan oleh Bill Irwin) dan CASE (disuarakan oleh Josh Stewart). Keputusan Cooper bergabung dalam misi tersebut menghancurkan hati putrinya, Murphy. Perpisahan Cooper dengan putri kesayangannya pada akhirnya membuatnya mampu menembus rahasia ruang waktu

Film berdurasi hampir tiga jam ini memang cukup menyita konsentrasi. Bagaimanapun juga pilihan Warner Bro’s mempercayakan Interstellar kepada Christopher Nolan adalah keputusan yang sangat tepat. Apalagi adiknya Jonathan Nolan membantunya sebagai penulis scrip.

Interstellar, luarbiasa!

Monday 10 November 2014

Resensi Film: John Wick "Keanu Reeves memang ditakdirkan untuk menjadi keren!"

 John Wick
Sutradara: Chad Stahelski
Produksi: Summit Entertaimen

 


Keane Reeves itu keren dan dia ditakdirkan untuk menjadi keren. John Wick adalah salah satu bukti bagaimana dia menjadi keren. Sejujurnya, saya tidak pernah menyukai film film Keanu Reeves yang bergenre action. Disaat dulu The Matrix menjadi trendsetter, saya adalah orang yang tidak pernah menyukai film itu, bahkan bagi saya Ronin pun bukan menjadi destinasi. Saya lebih menyukai Keanu Reeves di film-film drama semisal Lake House atau Sweet November. Dan sesungguhnya wajahnya yang lembut lebih manis jika difilm drama, menurut saya.

John Wick adalah film yang saya nonton secara tidak sengaja dan mau tidak mau mengubah semua persepsi. Film itu adalah salah satu film yang dari scene awal hingga akhir membuat saya tidak mau mengedipkan mata. Menegangkan. Meski harus diakui, alur cerita difilm ini juga mainstream, namun Chad Stahelski lebih inovatif mengemas film ini menjadi tontonan yang menarik. Seakan tidak ada drama yang kadang disisipkan dalam film action. Film ini murni tentang balas dendam. Darah, kemarahan juga senjata yang dikokang menjadi pelajaran bahwa didunia ini semua ada harganya.

Tersebutlah John Wick (Keanu Reeves), mantan pembunuh bayaran yang ditakuti karena kepiawaiannya dalam menghabisi orang tanpa ampun. Kematian istrinya membuatnya begitu sentimentil. Satu satunya kenangan dari istrinya adalah seekor anjing yang jadi pelipur kesendiriannya
Sayang sekali, anjing itu dibunuh oleh aksi ugal ugalan Ioasev Tarasov (Alfie Allen)  pemuda tanggung anak bos besar mafia yang juga mencuri mobil mustang milik John Wick. Ioasev menganggap itu remeh, apalagi ayahnya Viggo Tarasov (Michael Niqvist) adalah mafia besar yang memberinya banyak kemudahan. Ketika ayahnya yang juga pernah menjadi klien John Wick dimasalalu mengetahui persoalan itu, ayahnya gentar. Viggo tahu betul John Wick, dan dia juga tahu bahwa dia harus mendahului jika tidak anaknya akan terbunuh.

Disisi lain, John Wick seperti dihadapkan pada pilihan untuk kembali menjadi dirinya dimasalalu. Kemarahannya tak bisa dibendung, anjing yang dibunuh dengan sadis itu adalah satu satunya yang tersisa dari mendiang istrinya. John membara dan dia menginginkan nyawa Ioasev sebagai pertanggungjawaban. Walau anak itu dijaga oleh kaki tangan Viggo, John tak kenal ampun. Pada akhirnya, aksi ugal ugalan Ioasev menghancurkan semua yang sudah dibangun oleh ayahnya sendiri. Kebrutalan John Wick dalam memburu Ioasev seperti pembunuh berdarah dingin yang menganggap nyawa manusia sekedar lembaran daun daun kering.

Film ini mengajarkan bahwa hal hal kecil yang kita lakukan bisa berakibat fatal, hal hal yang kita tidak anggap sebagai masalah justru menjadi kutukan yang mengejar kemanapun kita pergi. Dalam Film berdurasi 101 menit ini, Chad Stahelski juga dibantu David Leitch dalam penyutradaraan. Bagi David Leitch film ini adalah debutnya setelah sebelumnya, Leitch hanya dikenal sebagai aktor, pemeran pengganti, penulis naskah dan juga koordinator pemeran pengganti.

Film ini keren! Dan Keanu Reeves itu luarbiasa keren.

Sunday 2 November 2014

Resensi Film: Left Behind "Film ini menegaskan kebangkrutan Nicolas Cage "

 Left Behind

Produksi: Entertaiment One/ Stoney Lake Entertaiment

Sutradara: Vic Amstrong


Beberapa waktu lalu saya mendengar desas desus, Nicolas Cage dikabarkan sedang berjuang melawan kebangkrutan. Awalnya saya kurang yakin, namun film ini menegaskan asumsiku Nicolas Cage sudah benar benar bangkrut hingga mau menerima tawaran main di film ini. Sorry om Nicky! Saya menghabisimu disini
Left Behind adalah film yang dibuat berdasarkan buku seri karya Tim Lahaye dan Jerry Jenkins yang telah terjual 65 juta kopi diseluruh dunia. Dalam buku tersebut alur ceritanya diambil dari nubuat pengangkatan yang dikisahkan Yohanes dalam kitab wahyu. Saya tidak tahu apa motivasi Nicolas Cage berperan di film religi ini. Mark Cage, kakaknya adalah seorang pendeta dan Mark merupakan orang dibalik keikutsertaan Nicky difilm ini. Bisa saja, itu untuk mengatakan kepada dunia soal keimanannya. Apapun alasannya, film ini adalah film Nicolas Cage yang paling jelek yang pernah saya tonton.

Om Nicky, mungkin pacar pacar kami menyukaimu dan film ini adalah tempat terbaik memakimu



Saya curiga, Hollywood mulai kehabisan ide atau trend baru di dunia film, entahlah. Film film religi bergenre sama seperti Kiamat Sudah Dekat di Indonesia mulai mewabah dilapak – lapak DVD bajakan.  Film film tersebut belum banyak yang berhasil masuk ke Box Ofice, kehadiran Left Behind di bioskop menjadi semacam penanda sebuah trend baru. What ever!

 Anyway, karakter Nicolas Cage sebagai Family guy dibeberapa film-nya juga bisa ditemukan di film ini. Vic Amstrong tidak mau melepaskan itu, sutradara yang juga pernah menggarap The Adventure of  Young Indiana Jones ini mungkin sadar bahwa itulah gimmick Nicolas Cage. Entah kebetulan atau tidak, beberapa film Nicolas Cage semacam Con Air, Face Off, Trespass atau Tokarev yang terbaru selalu memberinya peran sebagai seorang ayah yang memiliki anak perempuan. Pun di film ini.

Sayang sekali, saya tidak menemukan seorang Nicolas Cage yang biasanya, narasi dalam film yang datar. Memungkinkan saya untuk memaki Om Nicky. Left behind, film jelek!
Berperan sebagai seorang pilot yang berjibaku untuk menyelamatkan para penumpang ditengah dunia yang kocar kacir akibat orang orang menghilang secara tiba tiba. Nicolas Cage (Rayford Steele) berusaha menenangkan penumpang yang histeris. Pada akhirnya dia harus mendaratkan pesawat namun setiap bandara sudah tak lagi beroperasi.
Chloe (Cassi Thompson) adalah anak perempuannya, karakter anak gadis menjelang dewasa yang kebingungan ketika adiknya hilang dari genggaman tangannya. Chloe berusaha kembali kerumah namun tercengang ketika mendapati ibunya juga menghilang.

Diakhir film, Vic Amstrong gagal mendeskripsikan secara gamblang, bagaimana orang orang itu menghilang. Siapa yang bertanggungjawab atas itu semua? Dan ada dimana orang orang yang hilang itu? Di Surga? Wow!







 





Saturday 25 October 2014

Resensi Film: FURY "Perang adalah Neraka"

Fury

Sutradara: David Ayer

Produksi; Sony Picture

 

 
Ideology selalu bicara tentang perdamaian tapi sejarah selalu berisi kekerasan

Perang adalah antitesis humanisme, dalam perang tak pernah ada pemenang yang sesungguhnya karena yang kalah akan terbunuh dan yang menang pasti juga mati. David Ayer seperti sengaja membawa kita untuk  melihat langsung pertempuran darat jarak dekat, tank melawan tank, prajurit melawan prajurit, saling membunuh untuk mempertahankan hidup. David Ayer juga melibatkan mantan kru tank Perang Dunia II Peter Comfort (90), sebagai penasihat untuk film ini. Tak heran, kita seperti berada langsung didalam tank.

Film ini adalah kisah perjalanan beberapa tentara Amerika yang ditugaskan digaris depan untuk menggempur Nazi Jerman pada bulan April 1945. Mereka ditugaskan untuk masuk ke wilayah Jerman dengan bersenjatakan tank baja Sherman, yang diberi nama Fury.
Sersan Don Wardaddy yang diperankan apik oleh Brad Pitt dan tiga orang anak buahnya, Boyd Bible Swan (Shia LeBeouf), Grady Travis (Jon Bernthal) dan Trini Gordo Garcia (Michael Peña) baru saja kehilangan asisten pengemudi hingga kemudian Norman Ellison yang diperankan oleh Logan Lerman ditugaskan untuk bergabung dalam tim. Norman adalah seorang juru ketik yang baru 8 minggu bertugas dimiliter. Drama dimulai ketika remaja itu harus melihat sendiri perang dan kematian didepannya. Pergumulan emosi dan kepahlawanan menjadi satu dalam ribuan nyawa yang terkubur.

Sebelum kedatangan Norman, Don Wardaddy dan anak buahnya melihat perang dengan sinis, antara membunuh atau dibunuh, tak ada moralitas dalam perang. Mereka bahkan lupa berapa liter darah yang telah mereka tumpahkan atau berapa kawan seperjuangan yang telah terbunuh. Mereka tak begitu peduli soal nasionalisme, bagi mereka dimanapun Nazi harus tumbang.

Secara umum, film itu bertutur tentang pergolakan psikis para tentara. Bagaimana perang memaksa orang orang baik harus memburu nyawa dan kematian begitu dekat seperti bayangan yang mengejar karena setiap detik tak bisa diprediksi apakah esok masih ada atau tidak.

Setiap ideology adalah perdamaian tapi sejarah adalah kekerasan, begitu kata Don Wardaddy (Brad Pitt) ketika memaksa Norman Ellison ( Logan Lerman) untuk menembak tentara Nazi yang ditangkap. Norman tetap menolak untuk menembak meski akhirnya terpaksa diharus dia lakukan. Fury tidak menitik beratkan pada sosok Don Wardaddy yang heroistik. Pertentangan emosi Norman menjadi salah satu pemanis di film ini.  Juru ketik muda yang bahkan takut mendengar bunyi senjata, yang bahkan masih ngeri melihat darah pada akhirnya harus tegas menerima kondisi dan mulai terbiasa untuk membidik musuh.

David Ayer terbilang sukses meramu film menjadi tontonan yang menarik bagi para penggemar film film perang. Meski sedikit membosankan dengan durasi lebih dari dua jam dan alur yang agak lambat. Keterlibatan Peter Comfort sebagai mantan kru tank Perang Dunia II tak bisa dianggap biasa. Barangkali karena kehadiran Comfort menjadikan Fury seperti melihat perang dari dalam Tank.

Sunday 12 October 2014

Resensi Film: A Walk Among The Tombstones

A Awalk Among The Tombstone
Sutradara: Scott Frank
Produksi: Global Multimedia Video






Sejujurnya, saya selalu menyukai Liam Neeson dalam film film thriller. Ekspresi wajahnya dingin sangat pas memerankan ayah yang baik seperti dibeberapa sequel film Taken. Beberapa minggu lalu, saya juga menonton filmnya yang berjudul Third Person.Om yang satu ini memang tidak ada pudarnya! Di Film bergenre drama tersebut Liam Neeson berperan sebagai penulis yang memiliki affair dengan seorang perempuan muda.

Film A Walk Among The Tombstones diangkat dari novel misteri karangan Lawrence Block. Seperti film film action lainnya, arahnya sudah bisa ditebak. Selalu butuh penjahat dan selalu ada pahlawan. Liam Neeson berperan sebagai Matt Scudder seorang mantan polisi NYPD yang menjadi detektif swasta. Matt adalah alkoholik yang kemudian tobat dan mencoba melupakan masalalunya.

Ketika penculikan beberapa wanita yang terkait dengan bandar heroin menjadi misteri yang tak terpecahkan, Kenny Kristo ( Dan Stevens) sangat dendam saat istrinya diculik oleh dua orang yang menggunakan mobil Van. Meski dia sudah membayar uang tebusan, mereka tetap membunuh istrinya dengan brutal. Lewat adiknya, Peter Kristo (Boyd Holbrook) dia lalu menyewa Matt yang awalnya menolak karena tak ingin terlibat dalam balas dendam namun berubah pikiran ketika Kenny memperdengarkan rekaman pembunuhan istrinya. Petualangan Matt pun dimulai.

A Walk Among The Tombstones sempat menduduki peringkat kedua di Box Office dengan keuntungan 13, 1 juta dollar dipekan pertamanya meski demikian saya tidak beranggapan film ini istimewa, untuk ukuran film Thriller action film ini hanya menambah daftar koleksi yang ditonton saat senggang. Namun jika kalian penggemar Liam Neeson maka tak ada salahnya film ini dijadikan salah satu pilihan. Sutradara film, Scott Frank yang juga pernah terlibat dalam film Wolverine sepertinya sengaja mempertahankan karakter Liam Neeson sebagai aktor Thriller Action.
Kehadiran Brian Bradley, rapper cilik peserta X factor yang memerankan TJ, seorang bocah kulit hitam dengan antusiasme tinggi untuk membantu Matt Scudder cukup berhasil membuat film ini menghibur. Karakter bocah yang ingin menjadi pahlawan dengan keterbatasannya. Seru!

Well, berhasilkan Matt membongkar sindikat penculik ini? Mengapa korban selalu berhubungan dengan bandar heroin? Ayo ditonton, akting Om  Neeson masih memikat kok..

Friday 10 October 2014

Salah satu hal yang paling sulit dilakukan adalah mengingkari kegagalan.

tentang orang orang yang kalah...



Malam itu tanggal berapa? Entah.
Aku duduk diberanda menikmati angin yang membelai rambutku, ketika orang lain terlelap dalam suasana yang hening. Dering telepon mengabariku sesuatu. Dunia pun menjadi benderang bukan saja dalam artifisial tapi sejauh yang bisa kulihat semuanya begitu berwarna, kelap kelip, gemilang.
Apa yang kau ucapkan dibibirmu, seperti membebaskanku dari kutukan, ditengah jerit kesulitan, kamu hadirkan hal yang tak pernah kupikirkan sebelumnya.
Aku kegirangan, seperti bocah yang mendapatkan mainan. Melompat turun dari kursi seakan menembus ruang waktu, aku menjadi raja, menjadi istimewa dari segala yang pernah ada, aku bertahta dalam mahkota yang tak ternilai. Aihh! Terimakasihku untukmu.
Kamu tahu kan? Ketika manusia terbiasa dengan ketiadaan, mereka pun jadi penakut bahkan takut untuk bermimpi. Ketika kita begitu akrab dengan kegagalan, kita pun terbiasa dengan kekalahan.
Aku jenuh mendengarkan Mario Teguh atau motivator atau orang orang bijak yang bilang bahwa kesuksesan itu adalah buah dari banyak kegagalan. Gagal ya gagal! Kalah ya kalah! Thats it.
Orang orang hanya menilai kita dari apa yang bisa kita raih, bukan berapa kegagalan saat kita mencobanya. Ia kan? Ini dunia nyata. Bukan dunia yang dibangun dari kantong ajaib Doraemon. Kenyataan tak semanis roti keju yang kamu taburi susu tiap pagi. Presiden tidak bisa mengubah kisah putri salju menjadi non fiksi. Kumpulan manusia yang ada disekitar kita adalah masyarakat konsumtif, beberapa dari mereka mungkin tidak tapi yang jelas mereka bukan anime. Pun juga kita.
Tapi kamu, memberi perbedaan. Apakah kamu tau itu?
Hal hal hebat yang kita jalani, kebersamaan yang kita lewati, senyum, amarah, perdebatan gila yang kadang membuat kita kehilangan kontrol, lupa diri, irrasional. Semua itu edan! Bukankah itu cinta? Itu dongeng yang kita ciptakan dan selamanya akan mengikat kita.
Aku begitu bersemangat saat itu, membayangkan surga yang pernah kubaca dibeberapa buku, aku sudah jauh membayangkan berlari dipuncak gunung, berlabuh didermaga, bandara dan kota kota yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku bermimpi. Seperti mimpi seorang kenek bus kota mendapatkan bus nya sendiri.
Kamu hadirkan impian, melewati batas batas dogma, suka bangsa dan ras. Semua tak berarti bagi kita. Kamu begitu manis dalam tidurku. Dan aku hanya ingin mengingatmu seperti itu. Aku sudah memberikan semua yang aku miliki dalam kepapaanku, semangat, kerja keras, pertahanan diri  dari hidup yang memaksaku binasa dan kesinisan dunia, aku sudah berikan semuanya untukmu bahkan kemarahanku.
Aku mencintaimu dan aku tidak punya apa apa lagi.

Pada suatu ketika, aku akan ambil kembali semua kegagalan itu, karena sesungguhnya tidak ada orang yang ditakdirkan nyaman dalam kekalahan bahkan seorang pecundang pun tidak selamanya berada dalam hujan. Hidup bukanlah tentang meratapi atau menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana kita belajar menari didalamnya. Dalam badai, dalam nestapa. Kegagalan tidak pernah dimaknai sebagai kegagalan sampai kita benar benar menyerah dan aku tidak akan pernah menyerah, tidak akan pernah tunduk pada kegagalan, aku akan berjuang meski hanya sampai satu kemenangan terakhir yang tersisa dibumi. Aku pasti bisa! Dan aku berharap, kau ada disisiku saat itu.



Resensi Film Dracula Untold "terkadang pahlawan adalah mereka yang dihujat seperti setan"

Dracula Untold
Sutradara: Gary Shore
Produksi: Universal Picture
Biaya: USD 100 juta




"Terkadang didunia ini, orang-orang tidak lagi butuh pahlawan tapi mereka butuh monster"

 





Ada jutaan kelelawar yang menghancurkan balatentara, ada petir yang menyambar-nyambar ketika satu orang laki laki berlaga dimedan perang dan membunuhi ribuan pasukan. Matahari pun terlambat turun untuk memberi jalan bagi Sang Dracula menuntaskan aksinya. Begitulah, dengan biaya produksi yang mencapai 100 juta dollar, Universal sepertinya tidak mau main main dengan film ini. Efek suara dan tata cahaya yang dibuat maksimal menjadi bukti bahwa film Dracula Untold pantas untuk bertahta di Box Office.
“Kecantikanmu yang tiada tara membuat dunia begitu malu” rayu sang Pangeran.
“Rayuan adalah pengalihan dari kebenaran” jawab Permaisurinya

Film ini mengungkap sisi dramatis Dracula, seorang pangeran yang harus bersekutu dengan iblis demi keluarga dan kemerdekaan bangsanya. Tersebutlah ditahun 1444, ketika kerajaan kecil Transyvalnia berada dalam kekuasaan Turki. Anak anak dinegeri itu dipaksa untuk menjadi bala tentara Turki.
Pangeran Vlad (Luke Evans) yang menjadi penguasa Transyvalnia sebenarnya sudah mengalah, ketika utusan Sultan Mehmed (Dominic Cooper) mengambil upeti kerajaan. Namun semua berubah ketika Turki memaksa Transyvalnia harus menyerahkan 1000 anak dan putra laki lakinya yang bernama Ingretias (Art Parkinson) untuk dibawa ke Turki.
Vlad tidak punya pilihan lain, negosiasinya dengan Sultan Mehmed gagal. Meski istrinya, Mirena (Sarah Gadon) memohon dengan menangis agar putra mereka tak dibawa. Vlad tak bisa menolak keinginan Turki. Dia tahu, Transyvalnia akan hancur jika dia berani melawan.
Dracula Untold bukan saja film tentang monster bengis yang menghisap darah tapi tentang tanggung jawab seorang raja, seorang ayah. Bagaimana pedihnya pangeran Vlad ketika Ingretias putra satu satunya harus dibawa ke Turki. Sayangnya, dalam proses penyerahan itu tiba tiba Vlad berubah pikiran. Tanpa ampun dia membunuh utusan Turki yang akan membawa putranya.
Sultan Mehmed berang, pasukan pun dikirim untuk menghukum kerajaan kecil itu. Vlad tak punya pilihan lain, dia harus mencari cara untuk menyelamatkan kerajaannya.
“kadang kadang didunia ini orang orang tidak butuh pahlawan, mereka butuh monster” kata Vlad dalam film ini.

Diawal film, dibuka dengan perjalanan Vlad ke gunung gigi patah. Tempat Monster Dracula (Charles Dance) bersemayan. Demi bangsanya, Vlad pun harus kembali kesana tapi kali ini bukan sekedar berkunjung. Dia akan bersekutu. Menyerahkan jiwanya agar mendapatkan kekuatan untuk bertahan dari gempuran Turki. Sang Monster memberi dia waktu 3 hari, jika Vlad mampu bertahan tanpa menghisap darah manusia maka dia akan kembali normal. Sayang sekali, kematian Mirena membuat semua tak berjalan sesuai rencana. Dari situlah, kutukan Dracula bermula. Vlad harus meminum darah demi menyelamatkan anak satu-satunya.
Mampukah Vlad menyelamatkan Ingretias yang diculik pasukan Turki?  dan bagaimana Vlad harus memberikan penjelasan kepada rakyatnya yang marah karena dia bersekutu dengan iblis? Apa ada kehidupan lain yang akan mempertemukannya dengan sang istri?

“Kenapa kita harus takut berpisah jika ternyata kita telah dipertemukan dikehidupan sebelumnya”










Resensi Film: Annabelle "ini bukan film horor, tapi lebih konyol dari film drama"

Annabelle
Sutradara: John Leonetti
Produksi: Warner bro's 2014
Biaya USD 5 juta



Salah jika kalian mengira bahwa Film Annabelle akan sama atau melebihi seremnya The Conjuring. Salah banget! saya pun harus membuang ekspetasi itu ditong sampah.
Annabelle yang diproyeksikan sebagai spin off dari The Conjuring malah terkesan sekedar mendompleng kesuksesan film yang disutradarai James Wan itu.
Tagline di poster film yang bertuliskan Before Conjuring there was Annabelle itu terdengar seperti pepesan kosong. Saya tidak menemukan benang merah antara The Conjuring dan Annabelle. Barangkali, karena di film ini James Wan hanya berperan sebagai produser? Entahlah.
Film ini mengajak kita mundur di tahun 70an di California, ketika sepasang suami istri: Mia (Annabelle Wallis)  dan John (Ward Horton) sedang mencoba menikmati kehidupan pernikahan mereka. Teror dimulai saat John memberikan Mia hadiah boneka bergaun putih. Entah bagaimana kehadiran boneka tersebut malah mengakibatkan hal hal yang aneh, dimulai dari tetangga yang kerasukan hingga terjadi pembunuhan lalu rumah mereka kebakaran dan memaksa keluarga kecil itu berpindah tempat tinggal.
Tempat tinggal baru Mia dan John adalah sebuah apartemen tapi teror tidak berhenti malah makin bertambah. Boneka yang telah dibuang John tiba tiba muncul kembali. Mia belum mengetahui jika sumber dari kengerian itu justru boneka yang diletakan dikamar bayi perempuan mereka.
Well, ada banyak  kejanggalan dalam Annabelle misalnya apa hubungan sekte Charles Manson yang ditampilkan diawal-awal film dengan Mia dan John? Jika Annabelle adalah prequel dari The Conjuring, mengapa sepasang paranormal pemburu hantu Ed dan Lorainne Warren yang dulu diperankan Patrick Wilson dan Vera Farmiga tidak dimunculkan difilm ini? Alasan apa yang mendasari hingga Evelyn (Alfre Woodard) harus mengorbankan nyawanya demi Mia diakhir film?
Narasi yang dibangun dalam film ini sangat gamblang, konflik pun datar dan cenderung mudah ditebak. Darah, teriakan ketakutan yang biasanya ditampilkan maksimal dalam film film horor sangat minim difilm ini. Saya sendiri harus mengatakan bahwa film film horor buatan rumah produksi abal abal pun masih jauh lebih ‘nyeremin’.  Annabelle adalah film horor paling buruk yang pernah saya nonton dibioskop. Dibandingkan The Counjuring dengan budget 17 juta Dollar, biaya untuk film Annabelle hanya 5 juta dollar memang jauh lebih murah. Hanya saja, itu tidak bisa dijadikan pembenaran. John Leonetti sepenuhnya gagal memaksimalkan prequel dari The Conjuring ini. Lantaran kesan horor dalam film sangat biasa, seorang temen bahkan sinis mengatakan kalau Annabelle itu bukan film horor tapi film drama. Astaga!




Thursday 9 October 2014

Resensi Film: The Maze Runner

Film The Maze Runner
Sutradara: Wes Ball
Produksi: Twentieth Century Fox 2014
Biaya: USD 34 juta

Bayangkan, bagaimana jika sejauh mata memandang hanya tembok tinggi yang membatasi kita dari dunia luar. Memenjarakan kita dari kenyataan, menjauhkan kita dari kebebasan bahkan impian kita berada dalam kontrol orang lain. Pasti ada jalan keluar dari itu, ada rahasia yang harus diungkap.



Paling tidak, begitulah pesan dalam Film The Maze Runner. Meski sampai diakhir film, saya masih bingung apa yang membuat Thomas (Dylan O'Brien) begitu istimewa. Saat dia pertama kali tiba tiba muncul dan bergabung bersama anak anak lain di Glade. Seperti yang lain, Thomas juga kehilangan ingatan dengan berbagai macam pertanyaaan, kenapa dia ada disini? Dari mana dia datang? Siapa dirinya?
Pada saatnya, Thomas harus meyakinkan Alby (Aml Ameen) sang pemimpin kelompok bahwa mereka tidak bisa selamanya berada dalam labirin.

Film ini diangkat dari novel karya James Dashner, kisah tentang para remaja yang tersesat dalam labirin lalu mencoba untuk keluar dari dunia kecil yang mereka sebut Glade, sayangnya tempat tersebut dibatasi oleh tembok menjulang dengan pintu yang terbuka saat matahari terbit dan tertutup saat matahari terbenam. Yang membuat film ini menjadi dramatis , didalam labirin tersebut hidup beberapa monster mengerikan yang mereka sebut Griever. Monster yang tidak akan membiarkan mereka keluar begitu saja.

Tentu, untuk keluar tidak semudah seperti rencana Thomas apalagi ketika Alby disengat Griever dan Gely (Will Poulter) mulai menunjukan prilaku yang tidak bersahabat.
Bersama Minho (Ki Hong Lee) ketua kelompok pelari, Thomas mencoba mencari cara agar keluar hingga akhirnya Minho  menunjukan peta labirin yang mereka coba susun selama tiga tahun.
“ Hampir tidak ada jalan keluar” desis Minho pesimis.
“ Mengapa kamu tidak memberi tahu yang lain” tanya Thomas.

Minho hanya diam lalu mengatakan bahwa  Alby sang pemimpin sudah mengetahuinya. Justru Alby melarang Minho untuk mengatakan kepada yang lain agar tidak membuat mereka kehilangan harapan.

Pada dasarnya film ini adalah teka teki tentang harapan. Saat kita mulai terbiasa dengan keadaan, dunia yang terlihat dan orang orang yang datang hanya itu-itu saja. Kehidupan berlangung sebagaimana adanya, waktu berjalan cepat hingga kemunculan Teresa (Kaya Scodelario) -gadis pertama yang ada dilabirin sekaligus yang terakhir datang. Kehadirannya membuat semua makin sulit bagi Thomas. Apalagi ketika pertama kali terbangun dari dalam kotak, Teresa menyebut nama Thomas.
Film ini seperti memberi pesan agar kita terus berjuang untuk sesuatu yang kita percayai. Berani berbuat atau selamanya terpenjara, tentang harapan yang tidak boleh putus dan rahasia yang melingkupi labirin. The Maze Runner seakan kembali melanjutkan kesuksesan film film lain yang diangkat dari novel, seperti pendahulunya Twilight, Divergent, The Fault In Our Stars yang juga sukses merajai Box Office.

Well, Berhasilkah Thomas membebaskan mereka dari labirin? Apakah impian Chuck (Blake Cooper) untuk memberi cenderamata pada orang tua yang tidak pernah dia ketahui akan terlaksana? Mampukah para remaja itu mengalahkan Griever demi melihat dunia luar? Siapa mereka semua? Dan alasan apa yang membuat mereka harus tersesat didalam labirin?
Wes Ball Sang Sutradara The Maze Runner seakan berteriak kencang. Dude, do something! Die trying or nothing at all.

Thursday 25 September 2014

Resensi Film: Good People

Good People
Sutradara:  Henrik Ruben Genz
Produksi:    Millennium Entertainment


Cobalah pikirkan ketika hidup menjadi begitu sulit dengan tagihan yang terus datang, kartu kredit, cicilan rumah,cicilan kendaraan dan sebagainya. Tiba tiba setumpuk uang seperti jatuh dari langit. Peduli setan, uang itu berasal dari mana? Toh,  ada didalam rumah, tepat didepan mata. Uang yang mampu menyelesaikan semua permasalahan.
Mungkin seperti itu pesan dalam film ini.



Tom Wright (James Franco) dan Anna Wright (Kate Hudson) adalah pasangan muda yang belum begitu lama tinggal di London. Dikejar utang dengan resiko kehilangan rumah membuat pasangan ini seperti pupus harapan.
Kondisi tersebut berubah ketika Tom mendapati penyewa dilantai bawah rumah mereka terbunuh dan meninggalkan uang yang cukup banyak. Antara melaporkan kepada polisi atau tidak, Tom memilih untuk menyimpan uang tersebut. Uang yang akhirnya membawa pasangan itu pada petualangan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Dikejar penjahat paling keji di London.
Pada akhirnya film ini hanyalah film biasa, tidak memiliki keistimewaan seperti film film bergenre yang sama. Kehadiran Kate Hudson tak banyak menolong. Meski akting perempuan kelahiran ,,,, ini cukup ciamik. Sayang, tak ada kejutan apa apa dialur cerita.
Saya tak paham mengapa Henrik Ruben Genz bisa menduetkan Kate Hudson dan James Franco difilm ini. Sangat tidak cocok.


Saturday 28 June 2014

Maaf, Aku Tak Bisa Menggenggam Tanganmu Ketika Kita Menyebrang Jalan.

 

 

Make me immortal with a kiss -Christopher Marlowe-


"Ini untukmu..
 Sosok yang kerap terabaikan namun melekat seperti bayangan.
Pada hari hari lampau yang kita jalani, statiun kereta, halte bus kota atau warung warung makan pinggir jalan. Derap kaki tunawisma yang tak memiliki ranjang, derita kesusahan dan kesempatan yang begitu terbatas. 
Sesederhana itu juga aku mengenangmu"



"Ini untukmu…
Tubuh yang dirantai ikrar, dipeluk norma yang membuatmu tak bisa kugenggam ketika menyebrang jalan. Malam malam sunyi yang kita lewati menikam dibalik kata kata pada lampu redup dikamar penginapan. Sementara diluar ruangan, dunia berputar melewati kita. Menyimpan kutukan dan penghakiman seperti ramai berita tv yang memuja koruptor dibalik jerit kemiskinan.

Sesendu itu aku mengenangmu"







The hunger for love is much more difficult to remove than the hunger for bread. -Mother Teresa-



Sesungguhnya, aku lelah dengan perang ini- masalalu adalah kisah yang sepenuhnya tak bisa kita selesaikan. Aku sudah coba meyakinkanmu untuk melupakan semua itu. Menjagamu dari asumsiku sendiri. Tapi semua tak pernah bisa mudah. Kamu seperti berdiri sendiri dengan keyakinanmu sementara aku percaya pada pikiranku. Kita seperti memiliki Tuhan yang berbeda. Ah, betapa perihnya perdebatan ini.
Aku menolak untuk mengingat, dan apakah kamu tahu? Sesak-nya menahan ingatan ingatan itu. Kenapa kita tidak bisa saling memahami? Menyingkirkan semua hal yang merusak imajinasi kita.

Aku tak ingin kamu terus mengucurkan airmata. Tapi aku tahu, bahwa hatiku akan berdarah-darah. Membuka luka yang bisa menghancurkan kita. Dan entah kapan memulai proses penyembuhannya, aku tak ingin ada lagi rasa sakit. Aku mencintaimu.. dan aku menolak berpikir, menolak mengingat.
Masalalu memang tidak bisa diubah tapi masa depan bisa kita ubah, demikian seorang pecundang lama pernah bilang. Tentu, banyak kenangan dibelakang sana, kisah itu seperti buku yang usang dengan seribu makna. Kita bisa tertawa mengenangnya, kadang kadang kita juga bisa menangis. Tapi keseluruhan dari masalalu adalah omongkosong. Dan aku berharap kita bisa menghapusnya dengan kisah kita yang baru. Aku benci masalalu... dan jangan ingatkan aku tentang itu. 

Coba jejali memorymu tentang berapa banyak fly over yang kita lewati dan berapa kilometer jalan kota yang kita lalui. Tentang sepi sepi juga api gelora saat kita bersama. Ingat juga tentang makanan yang pernah kita makan. Juga canda tawa ketika senja menjemputmu. Aku ada disana, disisimu saat kita tersesat dijalan kimia, gagal nonton karena macet lalu tiba tiba hujan. “is not about the movie, is about the moment” aku terpaku dikalimat itu.
Hey, aku ada disana, bersama keterasinganku yang rapuh, seperti kamu yang rapuh dalam pelukanku...


Aku melukismu dalam seribu bayangan, pada rasa sakit yang menikamku juga serpihan serpihan kisah yang tidak sepenuhnya kita miliki. Ada banyak alasan kenapa semua tidak bisa menjadi utuh. Dan ada banyak alasan kenapa aku tidak bisa menggenggam tanganmu saat kita menyeberang jalan ditengah muntahan kendaraan dari Menteng hingga Tebet. Entah berapa fly over menuju hatimu? Menembus jantung kemacetan, dirintangi puluhan lampu merah lalu sampai pada harapan- harapan yang indah-
Aku memikirkanmu tiap saat dalam hidupku, dalam ramai dan sepi. Bersama cinta yang berdegup kencang juga gairah yang meledak ledak. Kamu adalah api dan aku dinamitnya.
Aku tak pernah berpikir kita bisa sampai dititik ini, perjalanan panjang dan rahasia seperti aksi spionase difilm film mafia. Tapi kita bukan kriminal, bukan pula penjahat. Kita hanya bertemu diwaktu yang tidak tepat dan diruang yang tidak seharusnya. 
“Bukan soal siapa yang pertama datang, bukan pula siapa yang paling lama hadir, ini soal siapa yang datang dan tidak pergi”.  
Tapi siapa kita? Ditengah dunia yang begini ramai oleh ambiguitas kita hanyalah sepasang cinta yang terhukum oleh moralitas yang mengesampingkan kebahagiaan. Apapun pembelaan yang kita utarakan, kita tetaplah dikutuk oleh peraturan tak tertulis.
Hey, aku cinta kamu dan kamu cinta aku. Sudah cukup begitu saja.

Malam ini, aku sedang menghamburkan banyak titik titik tanpa koma pada semburat langit jingga, sebab aku tak mau mengakhiri puisi tentangmu. Tapi bait berikutnya, biarlah hanya akan jadi rahasia kita. Seperti pada saat nanti ketika aku titipkan bunga didirimu. Bunga itu akan menguncup lalu mekar pada sembilan musim berikutnya. Bunga itu akan selalu mengingatkanmu tentangku, mengikat kita selamanya. Akan kujaga dan kusirami dengan hujan dari langit jauh. Aku selalu berharap bunga itu terus tumbuh dan mekar, menjadi prasasati hidup disisa hari tua kita dengan siapapun nanti kamu jalani hidupmu. Aku akan selalu ada menjadi lebih dari napasmu...
Bunga bunga itu akan menjadi puisi yang bisa kita baca kapanpun kita mau, diberanda senja dimana kita selalu menghabiskan malam dalam pelukan berselimut sunyi yang luruh dimatamu. Kekasih, aku mencintaimu, beri aku kesempatan itu...

Love is like a violin. The music may stop now and then, but the strings remain forever - Unknown-



"Ini untukmu...
Hati yang beranjak pergi ke tempat nun jauh, melewati udara, terbilang jarak dari segala bandar udara melewati negeri tetangga.
Lalu kau datang, memberiku cahaya yang tak setahu dunia, cahaya yang membentuk diriku, laksana muasal manusia. Dari tanah liat ditutup salju yang menyerbuk, membatu, menggumpal, kau hibahkan disudut hati, menjadi persatuan cahaya dengan cahaya. 
Seperti cahaya itulah aku mengingatmu"




Pada akhirnya, aku menulis lagi... ada sesuatu disenyummu yang membuatku ingin menulis, entah sudah berapa tahun? tapi senyummu membuatku jadi melupakan tahun tahun terakhir saat aku tak lagi bisa menulis. Senyum itu menikamku seperti panah prajurit Sparta.
Hey, apakah kamu sadar bahwa aku bisa mati jika tak lagi bisa melihat senyum itu? 



Ditulis di Tebet, menuju 20 hari ketika tulisan ini dimulai pertama kali.