It is amazing how complete is the delusion that beauty is goodness -Leo Tolstoy-
Sebuah romansa di praktekan dihadapan kita, iring-iringan kendaraan bergerak menuju Gereja Westminster Abbey Inggris dan jutaan pasang mata menyaksikan hampir tanpa kedip. Lebih dari setengah penghuni kolong langit berdecak kagum, ketika Kate Middleton melintasi jalan itu, anggun dan begitu mempesona di atas mobil Rolls Royce Phantom VI. Ratusan kamera tampak di sudut-sudut jalan, menimbulkan ribuan kilat cahaya, belum lagi heboh media televisi yang menyiarkannya secara langsung keseluruh pelosok bumi. Semua kawasan yang memiliki koneksi TV dan internet terkonsentrasi pada prosesi tersebut, pernikahan Prince Wiliam, pewaris tahta ke II Kerajaan Inggris yang begitu menakjubkan.
Sekelebat ilusi melayang menghinggapi para penonton, tentu saja selain kekaguman ada juga sentilan obsesi yang menyelinap. Bagaimana tidak, prosesi pernikahan tersebut bagai dongeng 1001 malam. Tontonan sekaligus doping ditengah kondisi timur tengah yang tak menentu, Jepang yang porakporanda, ekonomi Portugal yang defisit, Somalia yang kacaubalau, kisruh Kamboja dan Thailand atau Indonesia yang terancam isu separatis. Lupakan sejenak kekacauan itu dan mari berilusi dalam drama yang disutradarai oleh salah satu dinasti paling tua di muka bumi.
Pernikahan Wiliam - Kate menjadi trend topic di mana-mana, bahkan di Indonesia yang berada ribuan mil dari inggris, dihampir semua situs jejaring social turut merespon prosesi tersebut, mereka hanyut, mereka histeris.
Sebuah berita mengabarkan bahwa ada sekelompok orang yang memakai topeng berdemonstrasi saat perayaan pernikahan itu. Meski polisi dan media di inggris mengatakan bahwa demonstrasi tersebut tidak besar dan berhasil dikondisikan namun demonstrasi itu mampu berkata lain ditengah dunia yang sama, tuntutan mereka sederhana, menolak monarki!
Kau tidak akan menghancurkan gagasan dengan menindasnya, kau hanya bisa menghancurkan mereka dengan mengabaikannya, dengan menolak berpikir, menolak berubah – Le Guin, The Dispossessed-
Sebuah taman kecil di komplek perumahan elite.
Darmin baru saja kelar kerja, masih siang namun bangunan gedung tempatnya bekerja sebagai kuli harian itu tinggal pengecatan. Mandor bilang, dia sudah boleh pulang. Darmin senang bukan kepalang, janji kencan dengan munaroh bisa terlaksana setelah berhari-hari gagal. Kencan disiang hari ditengah taman kompleks, sebuah hal yang menyenangkan bagi darmin dan munaroh.
Mereka belum lama kenal, munaroh adalah babu yang bekerja disebuah rumah persis berdampingan dengan rumah yang sedang dibangun darmin dan kawan-kawannya sesama kuli, wanita asal jawa barat itu hampir setahun bekerja disana. Mereka jatuhcinta pada pandangan pertama, saat munaroh dibentak karena lalai membeli belanjaan dan lupa menceboki si kecil, saat darmin lelah berkeringat usai mengayak semen, Diterik matahari, ditengah himpitan rumah-rumah besar dan jam kerja yang tak berperikemanusiaan, cinta mereka bersemi!
“jika aku udah dapat bayaran, aku akan lamar kamu” ujar Darmin sambil membelai rambut munaroh yang berketombe akibat jarang shampooan. Mendengar itu Munaroh tersipu, sambil menggenggam jemari darmin yang berdaki tebal, ia bahagia.
Langit luas tak berbatas angkasa. Ditingkahi semilir angin dari balik pohon mahoni seakan berlomba menerbangkan ujung rok munaroh, hingga menggelitik kaki darmin yang beralas sandal jepit. Kata-kata gombal yang terucap mungkin tak semanis mereka yang suka baca Shakespeare namun bagi munaroh itu sudah lebih dari cukup. Cinta mereka memang tidak terbang di atas hamparan taman eden, tidak juga berbalut decak kagum, hanya sebuah cinta biasa yang tegar melawan keadaan
“kamu pernah melihat kabut? “ kata Darmin.
“dikampung, setiap pagi selalu berkabut, aku sering menghabiskan waktu bersama adik dan ibuku waktu kecil menari-nari didalam kabut, mencari batu untuk dijual pada juragan sarmin” ujar Munaroh. Tatapannya sayu mengenang ibunya yang kini sudah tak ada kabar lagi sejak berangkat jadi TKW ke arab. Darmin menatap wajah kekasihnya, sambil tersenyum dia berucap.“kita adalah kabut, kumpulan tetes-tetes air kecil yang melayang-layang di udara. Kabut mirip dengan awan tapi kita bukan awan karena awan tidak menyentuh bumi, sedangkan kabut menyentuh bumi bahkan sampai kedasar tanah”
Munaroh sadar, ucapan darmin hanyalah penawar rasa diantara sengsaranya hidup, meski begitu selalu cukup membuat rona merah dipipinya yang kusam.
Hukum gravitasi tidak berlaku bagi mereka yang sedang jauh cinta - Albert Einstein-
Kisah darmin-munaroh jelas jauh berbeda dengan william-kate. Darmin bukanlah pemilik istana, dia hanya kuli upahan yang dibayar untuk membangun istana-istana William, munaroh adalah babu kasar yang menyiapkan makan malam bagi kate-kate yang lain. Ketika ribuan orang lupadiri berkumpul disekitar istana Buckingham dan meneriakan yel-yel bagi pernikahan agung itu, ketika miliaran tatapan mata tertuju digereja Westminster Abbey Inggris, darmin dan munaroh justru tidak perduli. Darmin sedang gundah karena kata mandornya, subsidi BBM akan dihapus dalam waktu dekat yang otomatis harga-harga akan semakin tinggi, biaya hidup semakin melambung. Munaroh juga terancam PHK karena majikannya akan memangkas pegawai. Kemaren sore, sopir pribadi rumah tempatnya bekerja bilang bahwa hanya akan ada tiga pembantu dirumah itu. Otomatis munaroh harus tersisih mengingat dirinya adalah pembantu ke empat. Kata sang sopir, majikan mereka sedang gundah akibat perusahaan industry tekstilnya merugi oleh banjirnya produk-produk china.
Tapi siapa yang perduli? Hari ini kemiskinan hanyalah hitung-hitungan diatas kertas, tak sesemarak warna-warni partai dihari pencoblosan.
Tujuan lelucon bukan untuk menurunkan manusia, tetapi untuk mengingatkan bahwa dia sudah terdegradasi -George Orwell-
Kencan mereka berikutnya, munaroh menggenggam erat jemari darmin.
“kita harus tetap berdoa” katanya lirih demi membesarkan hati darmin.
“doa saja tidak cukup” jawab laki-laki itu.
“tuhan pasti punya alasan, dan apapun itu tuhan selalu punya cinta kasih untuk kita” desis munaroh.
“ apa tuhan mencintai kita” Tanya darmin. Munaroh tertawa.
“tentu saja” jawabnya.
“tapi tuhan lebih cinta juragan sarmin”
“ apa maksudmu?” kening munaroh mendadak tegang,
“tidak apa-apa, tuhan selalu bersama mereka yang punya kuasa, tuhan selalu bersama mereka yang punya uang”
Darmin tidak beralasan, pada setiap kawasan yang dihuni manusia hampir pasti akan selalu ada rumah yang diakui sebagai tempat memuja tuhan dan selalu bergemuruh saat ritual tak perduli apa nama nabinya. Namun dari banyaknya agama yang diciptakan dimuka bumi belum ada satupun berhasil menghapus kemiskinan. Atau kah mungkin kemiskinan itu adalah sesuatu hal wajar, sebuah hal yang biasa. Sebuah kebenaran yang menyejarah, bukankah kemiskinan sudah ada sejak berabad-abad lampau?
Barangkali darmin sedang mengigau, bagaimana mungkin dia harus menolak kebenaran! Bukanlah kemiskinan sudah ada bahkan jauh sebelum agama muncul. Kemiskinan sudah merajalela jauh sekali bahkan sebelum fasisme lahir. Kemiskinan sudah nyata jauh sebelum partai kiri menjual ilusi konyol persamaan.
"In the name of God, stop a moment, cease your work, look around you" -Leo Tolstoy-
Hey darmin..
Kemiskinan itu wajar… sama wajarnya dengan kekayaan yang hanya dimiliki segelintir orang.
Bukankah wajar kita melihat pengemis yang berdiri disetiap lampu merah?
Seluruh toko dan cafĂ© memajang pengumuman bahwa mereka dikolektivisasi, bahkan semir sepatu pun dikolektivisasi. Pelayan dan penjaga toko memandang wajahmu dan memperlakukanmu sederajat. Sikap merendahkan diri bahkan ucapan basa-basi sementara menghilang. Yang terpenting terdapat keyakinan pada masadepan, sebuah perasaan mendadak tumbuh diera kesetaraan dan kebebasan. Ditempat-tempat pangkas rambut terpampang pengumuman yang dengan khidmat memaklumkan bahwa tukang cukur bukan lagi budak – George Orwell, Homage To Catalonia-
Darmin berhasil memboyong munaroh dalam pernikahan, jelas tidak seheboh William – Kate. Pernikahan mereka biasa hanya dihadiri oleh mandor darmin dan seorang paman munaroh.
“Tidak mudah bagi kita untuk bisa berdiri hingga dititik ini” kata darmin setelah mengucap janji pernikahan. Disisinya munaroh tersenyum malu-malu dengan mengenakan kebaya yang dipinjam dari istri muda majikannya.
“kau memang wanita kuat, ku akui itu. Tidak semua perempuan mampu untuk bertahan pada masalah-masalah suram yang menohok hidupnya”
Hari itu mereka sepakat berikrar dengan sepotong puisi sakral, tanpa apa-apa, untuk semua alasan yang paling masuk akal, mereka hanya punya kata- cinta.
Ku berikan padamu setangkai kembang pete, Tanda cinta abadi namun kere
Buang jauh-jauh impian mulukmu, Sebab kita tak boleh bikin uang palsu
Kalau diantara kita jatuh sakit, Lebih baik tak usah kedokter
Sebab ongkos dokter disini, Terkait di awan tinggi
Cinta kita, cinta jalanan Yang tegar,.,mabuk di persimpangan
Cinta kita cinta jalanan Yang sombong menghadang keadaan
semoga hidup kita,.,. bahagia,.,., semoga hidup kita,.,. sejahtera
Ku berikan untukmu sebuah batu akik
Tanda sayang batin yang tercekik
Rawat baik-baik walau kita terjepit
Dari kesempatan yang semakin,.,.,sempit..
– Kembang Pete, Iwan Fals –
Ketika hampir semua mata tertuju pada pernikahan akbar di inggris, hal itu cukup menjadi dongeng yang meninabobokan.. “andai aku jadi kate, andai aku jadi william”
Disini… dongeng itu sedikit lagi mampu membuat lupa bahwa sebentar lagi pemerintah akan menghapus subsidi BBM. Usaha kecil dan menengah terancam oleh banjirnya produk-produk china akibat ACFTA, mereka mungkin lupa bahwa menteri tenaga kerja gagal memperbaiki nasib buruh.
Ketika seluruh penduduk bumi bertepuk tangan pada saat William dan Kate berciuman dibalkon istana mereka juga sebenarnya bertepuk tangan untuk melegitimasi kebenaran monarki. Mereka mungkin lupa,Tapi darmin tidak!
Most people are other people. Their thoughts are someone elses opinions, their lives a mimicry, their passions a quotation -Oscar Wilde-
Fakta yang paling benar yang menyamakan Darmin dan William adalah mereka sama-sama pewaris, jika william adalah pewaris syah kerajaan moyangnya maka darmin merupakan pewaris syah kemiskinan bapaknya.
Selamat hari kuli darmin, mayday, mayday…
maaf, seperti yang lain saya juga tidak perduli dengan penderitaanmu..
"Semua orang berpikir mengubah dunia, tapi tidak ada yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri - Leo Tolstoy-
Bogor, 1 Mei 2011
Wednesday, 18 May 2011
Itu Dongeng kalian, Bukan Dongeng kami.
00:40
EL Hendrie
Artikel Terkait
2 komentar:
Selamat hari kuli darmin, mayday, mayday…
maaf, saya juga tidak perduli dengan penderitaan mu..hahaha
Manis tapi sinis
Post a Comment