Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Thursday, 5 November 2015

Quavadis Ateisme




We need to find God, and he cannot be found in noise and restlessness. God is the friend of silence. See how nature - trees, flowers, grass- grows in silence; see the stars, the moon and the sun, how they move in silence. We need silence to be able to touch souls 
"Mother Teresa"


                          Silence is the language of god, all else is poor translation.-Jalalludin Rumi-

Pada abad 18 dan 19, Ateisme dianggap sebagai pandangan yang baik dan memberikan kebebasan bagi ilmu pengetahuan untuk menentukan masa depan umat manusia. Pemikiran ini banyak dipegang para pemikir modern. Sejak nubuat Niezctche ttg “Kematian Tuhan” dan kemudian diikuti Heideger, para pemikir Modern mengganggap semua nilai transenden hilang secara pasti dan kemanusiaan dianggap sebagai hal yang utama dari nilai-nilai diluar alam. Mereka percaya bahwa hanya dengan “kehilangan Tuhan” maka segalanya akan menjadi mungkin. Dalam pandangan itu, pemikir modern menekankan bahwa tidak ada standar objektif bagi keseluruhan kesadaran manusia.
Menjelang millennium, dengan Metode dekontruksi “Derida” hingga munculnya pemikiran Postmodern yang menggugat materialisme modern dan kerinduan akan nilai-nilai religiutas hingga mengambil kembali metafisika yang di era modern dikalahkan oleh materialisme mekanik. Para pemikir postmodern mulai mengkaji konsekwensi negative Ateisme!! Dengan berlatar pada munculnya dekadensi moral, genocide, perang dunia 11 dan ancaman global warm serta perang nuklir yang mengubah wajah dunia dalam penderitaan yg panjang. Bagi pemikir postmodern, Materialisme mekanik modern sudah selayaknya ditinggalkan karena terbukti tidak bisa dijadikan acuan bagi berlangsungnya kehidupan dunia. konsekwensi negative ATEISME antara lain.
1. “Nihilisme”
Pandangan ini menekankan bahwa bagaimana menjalani hidup dan termasuk cara kita memperlakukan org lain akhirnya sudah tidak penting lagi. (scr pribadi saya berasumsi pemikiran ini juga melanda kaum eksitensial yang menggugat ketidakbermaknaan hidup) pandangan ini bisa mengakibatkan keputus-asaan yang panjang, bunuh diri, hingga kejatuhan moral. Jika pandagan seperti ini dipegang oleh manusia dgn kekuatan penghancur ditangannya akan menghasilkan dunia yg sangat berbahaya.
2. “Materialisme ateistik”
Pandangan ini menekankan bahwa manusia tidak berhenti menjadi religius tanpa beriman pada satu objek religius tradisional. Materi adalah realitas tertinggi alam semesta. Pandangan ini, bisa mengakibatkan nafsu tak terpuaskan dalam mengejar bentuk-bentuk materi. Pemikiran ini melahirkan “Darwinisme sosial” dengan etika “Survival for the Fittest”. Persaingan tak terkendali dan menciptakan dunia dgn menyisihkan semua yang gagal bersaing. Bayangkan akan seperti apa dunia?
3. “Militerisme dan Nuklirisme”
Pandangan yang menganggap bahwa hanya mahluk-mahluk fisik saja yang memiliki pengalaman indrawi. Sehingga tak ada norma objektif yg mempengaruhi tindakan manusia. Pemikiran ini menghasilkan kesimpulan bahwa hanya kekuatan pemaksa satu-satunya cara untuk mempengaruhi org lain. Realpolitik “Machiavellian” akhirnya menjadi ciri dunia hari ini. bayangkan??
4. “ Neotribalisme”
Pandangan yang menekankan perbedaan antara “kita” dan “mereka”dan menyatakan bahwa norma-norma moral yg berlaku pada kita tidak berlaku bagi mereka. Rasisme akhirnya menjadi pola dasar dalam keseluruhan kesadaran.
Akhirnya,,
Manusia menjadi tenaga penghancur kehidupan tata surya, nilai Transendensi mungkin akan menjadi medan perdebatan paling sengit dewasa ini. Tapi apapun itu harus disadari bahwa kemanusiaan manusia tidak bisa menjamin kehidupan sosial yang baik. Manusia cenderung lemah ketika berhadapan dgn hukum-hukum alam. Dan bagi kaum postmodernis hanya Percaya pada Tuhan-lah yang bisa menyelamatkan dunia dari ancaman dehumanisasi.

Zat tertinggi tidak harus diperdebatkan sebagai mahluk ber-pribadi, memiliki karakter atau berjenis kelamin, Namun bagi postmo percaya pada Tuhan adalah satu-satunya penolong manusia dari keruntuhan moral. Tanpa terjebak pada antroposentrisme yg menganggap mahluk lain hanya untuk kepentingan manusia. Bagi Postmo, hukum-hukum moral adalah nilai tertinggi bagi ilmu pengetahuan. Tanpa itu, kecerdasan manusia hilang bersama keniscayaan kejatuhan tata surya.


Tiba tiba, pengusung modernis bertanya?


Mengapa atas nama Tuhan kita justru menindas orang lain? mengapa dengan mengatasnamakan Tuhan, kita kehilangan kemanusiaan kita? 


Ber-Tuhan-
Tanpa harus memikirkan Tuhan orang lain, tanpa harus mencurigai kepercayaan orang lain. Menghormati tanpa mereduksi, Toleransi tanpa prasangka karena Tuhan adalah Tuhan yang tidak pernah menindas.




Artikel Terkait

0 komentar: