Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Showing posts with label Perang dan Cinta. Show all posts
Showing posts with label Perang dan Cinta. Show all posts

Sunday 30 January 2011

waktu kau marah, bahkan iblis pun tak ingin berteman denganku!


Betapa maha genit-nya tuhan karena pernah mempertemukan kita lalu membuat jarak, padahal hidup masih panjang, Dia akan menciptakan banyak cara untuk kita saling melupakan..

andai saja besok kiamat, pasti ku culik kau skrg!

aku takan perduli jika itu menjadi dosa terakhir yang ku buat didunia…






Ini kota getir..

Berkabut jika malam tiba, pekatnya menganga seperti sisa kayu di api unggun. Sudut-sudutnya ditenun oleh bayangan kota dalam taman, gedung-gedung setengah tidur berdampingan dengan pabrik, sawah dan tanah kosong, berserakan seperti jala-jala nelayan.

Bila siang...

Mereka bilang ini kota apologia, didalamnya penuh dengan bocah tua nakal berdampingan dengan perempuan muda. Para pekerja, guru, buruh, tukang ojek dan orang kaya baru, mereka mengenakan kalung yang digantung di leher dekil dari lekuk tubuh yang bersesakan diatas mesin pabrik. Dijaga pak satpam yang celananya bermerek impor.

Disini tak perlu kau cari bayangan Lafargue, tak ada jejak Guy Debord disini, alih-alih mbah berjenggot tebal, Adam smith sedikit lagi akan menguasai kota ini dan yang kutemui hanya ruang berbinar hampa dan kosong, hampir setengah dari ruangan itu memutar musik, tak ada Jim Morrison disini apalagi AC/DC, tak perlu distorsi untuk menunjukkan kemewahan. normatif!


Aku disini na!

Berada diantara mereka, terengah-engah layaknya manusia dari planet lain setengah sekarat dalam pertentangan ide-ide.

Meskipun begitu, bagiku ini adalah kota imaji, tempatku menikmati keterasingan dan pelarianku dari jerit klakson yang memperkosa jalanan, memuaskan kegilaan petualanganku di deretan rumah yang tidak bersesakkan. Aku menemukan adrenalinku bergejolak di distrik bersawah yang masih juga diselipi pengendara slengean. Bagiku, kota ini lubang perlindungan dari bom bernama ideal-ideal, dari mimpi masa remajaku juga tempatku sembunyi………………………………… dari mu!

Ada banyak cerita yang ingin kuceritakan padamu na...

Kisah yang kudengar dari obrolan orang-orang yang duduk mengelilingi meja disudut ruangan berjuluk kantor. Cerita dari kota yang berselimut sunyi, dari negeri berawan biru muda, terletak di sudut timur tempat jakarta duduk sombong di tahta joroknya. Jauh dari tempatmu menidurkan ponakanmu, telanjang, tertatih-tatih, mengigau dan mandi, sampai rendezvous di lelehan macet.


Cikarang! Na… bila hari selesai datanglah kemari demi segelas jahe dan separuh kisah manis!


Jangan tanyakan apa-apa disini,

hujan gerimis dan matahari selalu bersahabat disaat malam, menggigil seperti bayi tanpa selimut. Bau harum tanah masih menempel dikorden jendela meski dibeberapa tempat separuh bahu jalan mulai ditutupi semen. Sudah dua hari mendung bermain-main diatas awan, daun-daun rontok dan serpihannya kadang masih melayang-layang dipinggir jalan. aku meraba jejakmu dihamparan sawah persis dimulut kantor, masih ada sisa sisa keramahanmu diantara debur angin yang menderu. Pepohonan, harum udara dan awan putih selalu membawaku pada ingatan tentangmu! Aku melihatmu berlari di sela hembusan angin menyapa mentari dan menjadikannya hangat.




Di lorong itu..

di antara kejenuhan kerja yang membongkar kegelisahan gedung-gedung dan manusia, diantara mirisnya slogan perubahan yang masih jijik pada keringat kaum buruh, aku menemukan secuil keindahan yang tidak dapat diilhami oleh seni mana pun, berkelebat di antara segala yang bernama dan tidak bernama, di antara segala yang nyata dan tidak nyata. Seorang gadis yang mencintai hidup dengan cara yang biasa, seseorang yang merindukan daun hijau meski separuh hari-harinya terpenjara dalam etalase kaca kantor. Seketika itu kami dekat dan setiap malam menciptakan ruang, adegan dan merancang obrolan yang kadang aneh.... Berpura-pura seperti kanak-kanak, pada rencana mengelilingi dunia, swiss, nederland, roma, mesir, kanada, denmark, jepang, cape town, atau mungkin ke bromo, merapi, sumbing atau kemana saja angin berhembus. Kita akan berangkat bersama-sama, lalu menghilang bersama-sama. Menembus seribu tangga pelangi, bertahta di spektrum warna yang sempurna sampai membeku terbungkus salju di kiliminjaro.

aku luruh pada caranya memandang hidup, pada kesederhanaanya, tutur katanya minus basa-basi, apa adanya, Karena begitu sangat ‘biasa’ dia lalu menjadi begitu luarbiasa bagiku! Mengenalnya, aku pecah menjadi partikel kecil.


“gw lebih bahagia bisa bicara sama lo daripada ngobrol sama presiden” ujarku.

“ampun deh gw”


Daun-daun pun runduk dalam bisu, seperti sedang memikirkan segala peristiwa dunia.




“Bagaimana hidup yang sesungguhnya?” tanyamu.


“Hidup yang manis hanyalah ketika kita bisa bercocok tanam dipagi hari, disiang hari kita bisa membaca buku, sorenya kita bebas menjala ikan dan pada saat malam, kita dapat menulis lagu. Ouh.. kita akan mati dalam keadaan bahagia, semua hal itu bisa kita lakukan tanpa perlu berprofesi Petani, tanpa harus menjadi intelektual, tanpa perlu jadi nelayan dan tak penting lagi menjadi seorang seniman”



“Bagaimana dengan kota ini?” tanyamu lagi yang membuat iblis disekitar kita ikut tertawa.

Jakarta itu pengap, sesak, macet, kota yang membuat kita mati tua dijalanan, tapi disana ada kau’ dan itulah satu-satunya alasan Jakarta begitu kurindukan…







Dedication to nayang, someone not named that because of its simplicity shines!

Kenangan itu na… Membuat kita semakin tua dan fana, seperti hujan pertama yang basah dari ujung tertinggi hingga ke titik terendahnya, lalu menjadikanmu air- mengalir kesemua arah hingga saat kau kembali menjadi awan lalu menghilang, tak terkejar, tak terlihat, tak terdeteksi..





Cikarang, Akhir Januari 2011

Wednesday 22 December 2010

When Bedul Meet Tuty * Feelin Blue!



Tadinya gw gak ingin menuliskan kisah ini, terlalu banyak salah yang sulit untuk diluruskan kembali dan sejujurnya gw juga gak yakin lo bisa menyikapinya dengan baik hanya saja semakin lama gw terus menerus dikejar rasa bersalah yang bertumpuk-tumpuk dan gak ada tempat untuk sembunyi.

Sebenarnya kisah ini terlalu singkat dan tak cukup untuk bisa dibagi, pun kenangan selalu gak utuh, tetap ada penggalan yang tercecer! Sayangnya gw gak sanggup menyimpannya sendiri… Tapi sudahlah, kutitipkan saja sebagian kenangan itu didinding dan kusimpan sebagian yang ada. Bila esok kita berpapasan dijalan atau berjumpa dipersinggahan puncak semeru. Kita bisa kembali meraba sisa-sisanya meski mungkin tak lagi sama. Lewat secangkir kopi saat rintik hujan basah dirambutmu pun jika elo tak ingin mengingatnya. Biarkan saja angin mengurainya kesegala penjuru.

Untuk saat ini, yang terpenting lo baik-baik saja....


udahlah.. gak ada yang perlu dijelasin lagi, enough for everythin! terlebih lo udah bohongin gw, jangan hubungi gw lagi” sms itu masuk. Tak terlalu mengejutkan pada akhirnya emang akan seperti itu.


Hey… apakah semua udah berkumpul? Cepatlah.. upacara akan segera di mulai.. Mari! gw akan menceritakan kisah tentang ilalang yang sedang berjuang merambat ke akar pepohonan demi mencari titik air yang jatuh didahan bunga lily.

Tenang guys, Ini bukan roman kemenangan! gw yakin, kisah tentang kemenangan udah terlalu sering elo dengerin dan kadang-kadang kisah kemenangan terlalu romantis untuk orang-orang seperti kita yang mengagungkan petualangan…

sekali lagi, tulisan ini tentang ilalang! Sombong ia menderu lalu menemukan air tapi masih juga memaksakan diri menantang puncak bukit padahal bunga lily tersimpan di vas bunga teras kota ..

julukan ilalang itu bedul dan bunga lilynya bernama tuti. Awalnya mereka meretas rahasia canda, sayangnya.. siang ini diantara mereka ada momentum dingin bertitel perang…

guys.. Lo percaya gak? Kalo ternyata asumsi dan prasangka banyak membekas dijejak kaki yang kita ciptakan, perlahan tapi pasti mematahkan ranting harapan, seperti itu pula ilalang, seiring jalan dia pun rontok dalam prasangka..


ada sebuah kalender dan jam tua, Belum semusim, hari kesepuluh di bulan sepuluh si bedul menyapa tuty ditrotoar malam, waktu itu hujan beringas, dingin juga sunyi padahal jalanan begitu ramai antara pasir danau hingga halaman belakang rumah orang-orang memainkan gitar merayakan kemacetan...

dan di sisi lain sekawanan elang baru balik dari negeri antah berantah lalu berkisah tentang orang yang menunggu hari gelap disebuah stasiun kereta, sesekali mereka menghalau dingin sambil bersorak-sorai ditengah jalan dengan menghunuskan pijar kepada setiap yang lewat, menjelang malam dalam kepenatan metropolis


telanjang kita mengakui keterasingan” ucap si bedul malam itu, tuty hanya menganggukan kepala dan di ujung sana dering telepon tak di indahkannya.


mereka sedang menghitung jumlah kesepian dan gelak tawa yang diselimuti kertas-kertas kerja, hingga subuh tiba dan kendaraan kembali menyalak bagai serigala di semak-semak dan deadline yang mengintai setiap hari.

“apa yang kau dapatkan dul... dari segenggam umur yang diberikan tuhan?” Tuty bertanya.

Sambil bertanya, ia mendendangkan lagu untuk orang tenggelam, berbisik pelan dengan intonasi minim hingga angin pun ragu mengulurkan sayap-sayapnya lalu malam pun mengkaramkan kapal-kapal waktu


“entahlah.. akan jadi apa tubuhku di dalam lingkaran ini, sebelum malam ini gw gak pernah mabuk harum persik pun kerinduan damai terus mengejarku meski gw bersembunyi diatap gedung, padahal gw gak pernah perduli tentang pulang...” jawab bedul.


“mungkin tak ada yang gw dapatkan, mungkin juga ketika elo tersenyum gw gak perlu apa-apa lagi” sambungnya sambil mengedipkan mata


“jadi saja kau batu!” tuty berteriak ditengah jalan yang mengering, udara dingin menghembuskan asap kendaraan, dan temaram lampu berbaris menuju pegunungan…


“ sudahlah.. tak perlu kau hakimi motivasi! Gw menghormati keramahan dan sahajamu, hanya saja, hormatilah.. pendirianku’ kau adalah penyatuan dua sumbu berlawanan, dan gw sadar, bahwa petualangan ini akan berakhir dipelukmu.. gw udah menemukanmu! Kau pikir, sebegitu mudah bagi gw untuk melepaskanmu lagi? “ si bedul menengok. Ia ingin tahu benarkah waktu hilang jejak, adakah seutas rambut yang tersisa, benarkah kakinya berpijak didetik itu. Ia menginginkan pulang, perjalanan yang sama seperti saat mendaki diwaktu lalu, hampir tanpa sesat, semulus betis perawan desa yang terlindung dari jarah para petualang.

Ia salah, tuti tak ditemukannya lagi…



kata-kata adalah senjata karena juga mampu merubah sejarah. Bahasa setua kesadaran dan menemukan pembenaran kognitifnya dalam tindakan… kata-kata adalah media yang memiliki sayap dan bebas untuk diinterpretasikan namun kebenarannya tidak pernah ada..


Lima menit sebelum kapal meninggalkan dermaga tuty berkata

“dul, gw gak pernah percaya kata-kata” lalu lonceng berbunyi namun tubuh tak jua bergerak. Bangku ruang tunggu, menara, kantin, seakan hanya hiasan dinding. Tangga pun dinaikan beriringan dengan layar yang digelar hingga ia tak lihat bekas. Kemana jejak-jejak itu? Ia mencoba mengulurkan tangan, tapi tak mampu menyentuh..

pulanglah… di dekat rumahmu yang bercat biru ada ribuan kupu-kupu yang mendengingkan namamu…. memandikan bukit dari kabut, mungkin itulah tempatmu! baru saja ponakan2mu mengigau, mereka berharap ada sebidang telaga berkecimpung dalam ingatanmu. Sesekali melirik dalam nostalgia, tersimpan cerita tentang pangkalan becak, pasar juga lumpur dan sekawanan kerbau dari simfoni angin dan merdu terkukur yang berlarian menyusur pohon – pohon tempat para petani menuai lelah: seperti cerita-cerita kakek kita dahulu… mematung tapi tanpa derai tawa…


“ah,, tuty, betapa mahalembutnya kau dahulu…” desis si bedul tapi ia lupa, bahwa semua sudah tidak akan pernah sama lagi. Semakin deras dia berusaha, semakin dalam kegetiran didadanya, dan dia pun tak ingin memperpanjang sesak itu lagi.


“karena kebodohan, maka gw terlalu sering mengucapkan selamat tinggal.” Katanya, lalu ia pun luruh pada serpihan sejarah yang tercecer antara jakarta dan bekasi.




Cikarang, menjelang tutup tahun 2010


Tuesday 2 November 2010

'"jika Ada Sesuatu yg Terlupakan Di dunia ini maka itu adalah -Kesederhanaanmu-"



gw ingin menulis sesuatu tentang lo’ pada riwayat kertas tipis tanpa bingkai prasangka hanya agar orang-orang tahu’ bahwa engkau pernah hidup..


gw percaya, sejarah tidak hanya berisi penaklukan atau cerita orang-orang besar tapi keseluruhan dari sejarah dimulai dari hal-hal yang paling sederhana’ napoleon tak akan bisa memenangkan perang tanpa prajurit berpangkat rendah bukan? gutenberg tak akan bisa menemukan mesin cetak tanpa buruh-buruh terampil. Ada banyak kisah-kisah kecil yang hampir terabaikan bahkan tanpa kita sadari lintasan peristiwa itu nyata hadir dalam keseharian. Seperti saat kita mengenal seorang temen di bis kota, ruang tunggu, bandara, dipedesaan, kereta atau saat kita bertemu sahabat lama di warung makan pinggir jalan. Bayangin’ dari hal-hal kecil tersebut mampu memberi kita beragam sudut pandang bahkan mengajak kita melihat dunia yang berbeda dari yang selama ini kita pahami- pola pikir kita, cara kita melihat pun memahami realitas dibentuk dari sesuatu yang paling sederhana pun hidup ini bukan saja tentang keputusan-keputusan besar tetapi juga keputusan kecil yang kita ambil walau sedang berada dalam ketergesaan, keputusan singkat, perjumpaan singkat yang ternyata imbasnya mengalahkan berdirinya imperium besar.





sekawanan elang baru balik dari negeri antah berantah lalu berkisah tentang orang yang menunggu hari gelap disebuah stasiun kereta, sesekali mereka menghalau dingin sambil bersorak-sorai ditengah jalan dengan menghunuskan pijar kepada setiap yang lewat, menjelang malam dalam kepenatan metropolis


Hari yang diam minus cahaya ditengah cuaca mendung menebarkan dingin yang berhembus dibalik korden jendela. Kota ini bisu dalam ketergesaan yang kaku. Begitu purba dalam hitungan tahun-tahun mahalampau. Gedung dan jalan yang dibangun dari keringat kuli kasar dan berhasil memberi kenaikan gaji para arsitek dibalik meja. Terlalu biasa dalam gemerlap kota yang dipenuhi mimpi. Dari para petualang politik, pialang saham hingga mucikari di industri musik.

Pada sudut peradaban yang begini memuakkan’ elo muncul mengabarkan kisah sebidang tanah penuh rindu’ pernah berkecimpung lama dalam ingatan. elo melirik dalam nostalgia, tentang pangkalan becak, pasar juga lumpur sawah dan sekawanan kerbau dari simfoni angin dan merdu terkukur yang berlarian menyusur pohon – pohon tempat para petani menuai lelah: diatas tanah yang biru.

elo menghancurkan persepsi dan merobek batas kontradiksi yang selama ini coba gw lawan. Disini, ada seorang gadis yang suka mendengarkan gamelan, menonton wayang juga mencintai gunung.. hahaha..









“Suatu hari gw akan cuti dan pengen naik ke gunung lagi’’ ucapmu.

“mbah marijan pasti tersenyum di alam sana karena dalam kota yang penuh barang import ini masih ada gadis semanis elo yang merindukan panorama gunung” bisikku tertawa

“ hahaha.. si bedul mulai lagi gombalnya”

“yeeee, bukan gombal kok! Kalo pun gw gombal itu hanya untuk orang-orang yang pantas digombalin dan elo sangat pantes di gombalin” sambungku tertawa.

“bedul.. bedul.. dasar si bedul”



elo itu api yang mengaku kunang-kunang’ menyala-nyala dibawah pohon pakis seperti matahari yang menabrak malam... sebentar saja gw datang membawa segenggam imajinasi… elo itu perempuan gelisah sedangkan gw laki-laki jalang, bersua kita disudut ramai’ musim hujan tiba, menjelma dahan menjadi pucuk diatas tanah yang rindu basah… 






Awalnya gw kira elo adalah bagian dari kelopak bunga melati yang mekar pada malam kemaren tetapi setelah gw pikir-pikir lagi itu gak mungkin karena kalo elo adalah rangkaian melati mana mungkin lo bisa bersuara, hehe.. suara lo itu bikin gw addict, belakangan ini gw malah lebih sering dengerin suara lo daripada suaranya brian johnson, tau dah.. suara lo itu bagai mengandung busa-busa beer yang tak sanggup gw habiskan dan gw selalu tidur lelap jika selesai ngedengerin suara elo.. hehehe!

“mungkin karena kita sama-sama kesepian el... ” katamu malam itu.

“bukan kesepian dalam arti yang semantik’ gw tau lo pasti ragu bagaimana mungkin gw kesepian.. tokh, gw kerja digedung yang ramai dan aktifitas sosial gw sibuk bahkan terlalu bising, temen-temen gw banyak tapi siapa yang tahu -hati gw hampa” katamu lagi. Gw tertawa mendengar itu.

“hey, di kota ini semua orang kesepian naa, masyarakat kota hanya disatukan oleh kepentingan-kepentingan semu, kita dan mereka bagai senyawa atom yang mudah tercerai berai, siapa yang gak kesepian dalam kota yang begini sunyi” kataku datar

“el, el, bahasa lo itu gak kuat gw.. hahaha”

“ ini bukan bahasa bersayap , trust me! Ini fakta’ anggap aja bahasa gw ini bahasa pemabuk yang mencapai pencerahan spritualnya… “ jawabku disambung tawamu



kita adalah pedang yang berkilat kilat, kokoh digenggam zaman’ kita adalah anak panah yang meluncur membelah mata angin’ kita adalah rerumputan yang ujung daunnya selalu berharap menyentuh tanah’


“ hal yang menyamakan kita adalah, kita sama-sama merindukan ketenangan, kedamaian dan kita mereflesikannya dengan hal-hal yang sederhana”

“ yeah, kita adalah sepasang manusia kesepian yang berbahaya” sambungku cepat

" yuk akh" suara lo mendayu.

"kemana kita" tanyaku bingung.

" menurut elo dimana lagi tempat sembunyi yang paling aman?" katamu malah balik nanya.

"hmm, jika bukan dalam pelukan elo maka satu-satunya tempat yang gw rindukan adalah gunung"

" hahaha.. geloooo!"

" gunung, pantai, mari kita kesana, dunia ini mulai tua"



Berapa banyak dari kita yang sadar bahwa peradaban ini sedikit demi sedikit merampas hal yang intrinsik dalam diri kita, sesuatu yang paling berharga? Kesederhanaan! gw yakin’ semua orang selalu merindukan kesederhanaan. Dari balik tembok kemegahan ada moment dimana orang-orang akan mencari sesuatu yang hilang dalam dirinya. gw dan elo beruntung memilikinya..




jika elo bunga maka gw ini ilalang, kita terbang di musim kemarau bersama canda dan bisik jangkrik’ dibawah bumi yang mulai tua!


Saturday 9 October 2010

(platonik) Lebaran kali ini..






For your sake, I hurry over land and water. For your sake, I cross the desert and split the mountain in two, And turn my face from all things, Until the time I reach the place ‘Where I am alone with You – AL Hallaj-



Hujan pagi ini sangat deras, air mengguyur merontokan awan sekaligus menebarkan dingin juga bau harum tanah. Sementara matahari tak punya kuasa untuk berdiri diatas singgasananya, Mendung begitu leluasa dan langitpun bebas untuk memuntahkan air hujan dikawasan ini, selalu begitu pada setiap pergantian musim. Tak ada tempat terbaik untuk sembunyi selain menekur tubuh dibalik selimut. Jalan-jalan pun sudah terlihat lenggang, tak ada yang berarti selain gumpalan air pada aspal dan rerumputan. Gedung-gedung yang selama ini menjadi sentral dari segala rutinitas harus merelakan penghuninya untuk sebentar saja berhenti dari segala aktifitas Mendekati lebaran dan orang-orang sudah kembali pulang setelah berkelut dengan kepenatan. Ritual yang berlangsung tiap tahun. Mudik.. istilah yang cukup manis menggetarkan.


Aku baru saja terbangun disisi hari, padahal belum berapa jam tertidur lalu disambut bunyi air yang menampar atap kamar. Tak ada halilintar, tak ada petir hanya suara gemericik yang membangunkan dan mendorongku masuk pada lintasan waktu maha lampau. Peristiwa-peristiwa tertentu yang menggelitik gairah spiritualku. Hal paling dramatik diantara jutaan gerak perjalananku. Seperti berada dipuncak kosmos dan melihat semua rahasia yang selama ini tersembunyi. Hujan pun semakin deras seakan menyenandungkan lagu-lagu syahdu yang menbawaku kembali pada suasana yang begitu melankolis, sesuatu yang begitu sulit datang belakangan ini. Pada musim hujan yang dulu, dihari pertama orang-orang berbondong-bondong pulang dari mesjid dengan semua hal yang baru, melintasi toko-toko dan jalan basah. Pernah sering aku berjalan dengan riang’ lalu mencium tanganmu yang terulur dari balik mukena. Setiap tahun’ dan semua itu tersimpan dalam ingatan indah masakecilku: jauh sekali sebelum realitas menjadikanku nihil…


Entah bagaimana aku harus menggambarkan semua ini lagi dihadapanmu..

Setelah lelah membangun jembatan di imajinasi, kuputuskan untuk menyusuri kenyataan. Bukan lagi untuk menyangkal realitas atau memporak-porandakan kebenaran, bukan juga tentang berita TV, tak lagi tentang teriakan berisik atau umpatan-umpatan yang ternyata malah membuatku lupa diri. Selalu ada perasaan bersalah yang hadir dan masih saja mengejarku dari tahun ke tahun. Situasi tertentu yang membunuhku diam dan inilah moment terbaik untuk kembali mengenangmu. Meletakkanmu ditempat yang seharusnya! Tak ada yang penting selain kenyataan bahwa aku merindukanmu di semua tempat, merindukanmu di segala cuaca dan musim, saat-saat tertawa atau ketika semua hal begitu absurd.


Biarkan keindahan dari apa yang kau cintai menjadi apa yang kau lakukan.-Rumi-


Tentu saja aku masih bisa mengingat'

dalam perjalanan ke dermaga bertahun-tahun yang lalu' ketika aku hendak beranjak’

kau sisipkan kata dibalik rambutmu yang memutih: Jangan lupa untuk pulang' karena kemanapun kau pergi, kemanapun kau berpaling disanalah wajah Tuhan.. ‘ucapmu dan diantara kata-katamu malaikatpun ikut menangis. Tidak ada periode sejarah yang pernah besar atau yang dapat bertindak atas nama keagungan, motif idealisme dalam waktu yang lama telah mendorong beberapa dari mereka terkubur tanpa kehormatan dan aku membayar hukuman untuk itu. Begitu banyak pahlawan, pemikir, dan pembaharu yang lahir didunia ini tapi mimpi mereka tak pernah bisa merubah apa-apa. Adakah itu merupakan sinyal kekalahan tetapi dalam evolusi pengetahuanku telah menandai langkah pertama dalam proses menuju kemenangan. Aku telah berada dititik ini sebagaimana individu-individu lain yang membentuk dunia ternyata aku hanyalah sebentuk pengalaman.


It is love that brings happiness to people. It is love that gives joy to happiness. My mother didn't give birth to me, that love did. A hundred blessings and praises to that love. –Rumi-



Di bawah pohon-pohon jati’

aku melihatmu menyusuri setapak kecil. Dan aku memikirkan bagaimana kau berjalan di sepanjang tanjung’ dari batu hijau pada bulan juni, dikota tanpa istirahat yang lelah dengan kehidupan, hari yang tak wajar oleh berita kepergianmu, aku menemukan diriku berada dalam kondisi dramatik dan kuhabiskan air mataku disana!

Akhirnya... Kusingkap korden jendela dan awan menerobos masuk menandai butiran air meski tidak membawa badai di pagi ini. seperti melihat bayi yang baru lahir namun tidak memiliki nama. Barangkali: seperti itu pula inginku’ aku ingin bersemayam tanpa identitas. Ingin terlahir diantara rintik hujan tanpa diikuti kutukan. Kubiarkan hujan meneduhkanku dengan tetes cairan perak' cukup sudah... tak ada yang bisa dipertahankan lagi' Aku tidak akan menyerahkan diri pada prinsip-prinsip, apalagi hidup juang atas nama berhala' mereka sudah mati! sedangkan aku akan terus berproses membentuk kepribadian sepanjang umurku. Mengikuti waktu..


Ketika langit cerah dengan kemunculan matahari yang terkena angin dan cahaya. Diperbukitan rendah berkubah' aku berdiri sebagai seorang laki-laki yang terselubung penuh debu' mengapung diladang ranjau sambil menyaksikan rembesan cahaya terlambat. Perlahan-lahan melepaskan jubah kesombongan untuk sejenak hening, jeda.. menghela napas.

Hujan pun akhirnya berhenti’

Namun aku hampir lupa bahwa kau telah berbaring ditanah basah. Pada nisan kecilmu yang rindang oleh harum kamboja, aku menumpuk banyak salah yang mungkin tak akan termaafkan dalam ribuan tahun tapi kau selalu tersenyum ke arahku– abadi…


Selamat Idul Fitri! Maaf, selalu gagal menjadi bijaksana...



Jika semua orang tahu diri mereka sempurna, maka mereka harus mati… -Albert Camus-



Wednesday 24 March 2010

aku sudah kalah tapi aku tidak akan pernah menghormati kemenanganmu!


sahabat datang dan pergi kadang mengkhianati..
begitu pun rasa cinta kadang mengecewakan..
kita punya harga diri, kadang terpendam di hati..
kita punya hati nurani kadang tertimbun mati..
ku tertawa walau hati kecewa.. Ya, kupaksa untuk tetap tertawa!
ku bernyanyi walau hati menangis.. Ya, kucoba untuk terus bernyanyi!
HAMBURGER - SLANK



mimpi mimpiku sudah usang
tertulis di kertas buram' meledak debar tak lagi sama…. seperti lampau waktu!
terjal remuk pada tubuh, berlari resah, geram dan bisu
kembali lagi aku terjungkal pada jemari yang menari di bingkai getir kata-kata.
aku terbunuh…

ketika kemunafikan berbicara…
hingga debu langit berbohong’ semua bintang tak terpercaya
ku mahkotai para sahabat’ sebagai teman sejati!
sedikit sekali pasir waktu’ kejayaan menyilaukan lalu kata berubah dusta
bak musuh menikam senja’ tak sama kiraku!
aku berdarah….


pengkhianatanmu indah’ abadi didadaku…
waktu terbelah menjaga kita tak lagi sama, busur panahmu sahabat’
seperti hukuman untuk sendiri!
tubuhku perih’ sebongkah nestapa’ sungguh tak mampu membuatku berdiri..
aku malu pada bunga batu, kamboja liar, asoka, semak belukar yang menertawai ketiadaanku..
pun eidelweis memberi saksi getir ini..

aku mengaku! aku sudah kalah tapi aku tak akan pernah menghormati kemenanganmu…




sebentar saja…
kan kutangisi ini dengan darah juga sisa keringat, tak apa tertahan memojokanku disudut salah
tak kuat lagi aku berlari’
sejenak aku akan sembunyi’ tertidur untuk waktu yang lama’
berteduh sesaat dari mimpi yang usang’ biar.. biarkan saja dunia mengutukku!
aku lelah….

rayakan kemenanganmu hari ini’ hanya untuk hari ini…
bila saatku tiba’ aku pasti kembali untuk mengambil semuanya’
hingga tak ada lagi sisa yang terampas dariku’
percayalah’ aku akan kembali untuk memerangimu seperti musuhku…

sobat!
atas nama masalalu aku menghormatimu’
untuk kata yang berubah khianat’
hari ini, aku sudah menguburmu dalam pusara dusta..



aku sudah kalah tapi aku tak akan pernah menghormati kemenanganmu!!






Friday 19 March 2010

HALTE SALEMBA *ketikasenyummutaklagidisini...







karena tak ada yang lebih indah darimu, maka ini kubawakan cermin untukmu, memimpikan air tidak akan menghilangkan rasa haus, ketika datang ke gunung buatlah suara indah karena bunga-bunga dan pepohonan tak akan mekar di musim gugur......

(Arr Rumi)




(Review I)


Materi di kelas filsafat waktu itu, apa yaa?? Hmm… sepertinya membahas Heidegger atau barangkali origin speciesnya Darwin, duhh… Gw lupa! yang bisa gw pastikan’ lo memakai kemeja berwarna pink dengan syal di leher dan gw memakai kaos berwarna hitam yang bertuliskan “boikot pemilu dan berontak bersama kami” hehehe… tulisan itulah yang membuat kita jadi dekat karena setelah membaca tulisan itu, elo berani menyapa gw hingga kita terlibat dalam pembicaraan akrab dan esoknya lo ngajak gw demo! Haha, Tau gak lo’ Sebenarnya gw sering nyuri-nyuri pandang sama elo lagee’ sejak awal masuk cuma tengsin aja bila mau kenalan duluan.. .hehehe!

Itu dulu, waktu gw nulis lagu tentang gadis manis pemilik rosario beberapa tahun lalu, ada kisah lain terselip di sana, lagu ini gak pernah selesai meski tiga botol beer tergeletak di sisi meja, tak sangka kita jumpa lagi, akhirnya gw ambil gitar dan pena lalu melanjutkan lagu ini, tak perlu selesai seluruhnya, hanya agar dia tahu, kalo lagu ini masih tentang dia juga tentang sebuah halte disalemba…


SCENE 1


Ingat gak…
“tunggu aku jam 6 sore di halte UI salemba” itu ucapmu di telepon siang itu. Sumpah mati!! Gw berjingkrak kegirangan seperti mendapat tiket gratis konser AC/DC.. hahaha’ gw udah membayangkan, nongkrong di sisi jalan sambil makan nasi goreng pedas, bercerita kita tentang apa saja! Menyenangkan….
Seharian itu gw merasa alam semesta berpihak sama gw dan bayangan elo tetap aja membekas meski selimut malam datang, saat tertidur gw masih saja tersenyum dan malam itu gw bermimpi, Janis Joplin datang lalu menaburkan bunga di dalam kamar.
Esoknya…
hujan keras gak henti di atap kamar, Jakarta oh Jakarta, setengah gila, gw phobia akan janji kita! Duh.. kenapa hujan gak berhenti-henti’ bisa batal nieh! Aow! Hehehe…
Gw kutuk hujan, awan, dan mendung! Biarin aja Jakarta banjir besok, gw rela, hancurin isi kamar gw juga istana presiden. Persetan!! asal jangan hari ini, please…
jam 3 lebih sedikit, hujan mendadak berhenti!
then..
jam 6 kurang 15 menit gw udah di halte salemba!
Sebuah bis muncul dari arah selatan, lo datang tepat jam 6! Switer bergaris-garis putih mendekap tubuhmu, senyum manis riang disana meski sisa-sisa kelelahan jelas tergambar di dahimu yang bersih, waktu serasa berhenti saat kugenggam tangan elo! “ udah lama nunggu” itu katamu, garis-garis tipis dibibir mu selaras dengan warna senja! Lo cantik banget…


(Review II)


Gramedia di daerah matraman paling sering gw kunjungin, toko buku itu pernah menjadi tempat favorit untuk menjumpai elo, pun saat-saat terakhir sebelum kisah ini berakhir tanpa titik, waktu itu’ gw jemput elo disana dan dengan bajaj kita menyusuri manggarai menuju sebuah LSM di tebet, meski pengap suara knalpotnya memekakan telinga, masih juga gw membual tentang musik rock… hahahaha! harusnya gw genggam tangan elo yaa! Waktu itu elo berkemeja putih seperti peri dari kayangan….

Ini dulu’ waktu gw nulis esay tentang gadis manis pemilik rosario’ dia anggun seperti bintang pagi, diantara gemerlap jakarta’ dia malah lebih bercahaya dengan segala kesederhanaan yang ada, waktu itu musim hujan dan kota ini tak henti di guyur hujan, esay ini seharusnya gak pernah selesai meski dua botol vodka tumpah ditenggorokan gw, ini masih tentang dia dan hanya tentang dia….



SCENE 2


Basa-basi sebentar lalu gw ngajak lo nongkrong di warung kaki lima depan pasar paseban, nasi goreng pedas sungguh terasa nikmat tapi duduk bersama lo’ jauh lebih indah.. hehe! Sejak semalam gw udah wanti-wanti pada diri gw, kalo hari ini’ gw gak boleh membahas social politik sama elo, gw pengen berkisah tentang pelangi, tentang sebentuk senyum manis dibibir elo yang merah, tentang mimpi-mimpi elo, anehnya: gw gak punya daya untuk itu padahal lo udah memberi tanda untuk pembicaraan-pembicaraan yang melankolis, gw malah mengalihkan dengan obrolan-obrolan tentang social politik! Gw begoooo banget! Sumpah, gw sesali itu hingga hari ini….
Mungkin gw gugup! Salah tingkah! Terkutuklah gw…
Padahal kisah filsafat dan isu politik itu udah sering banget kita bicarakan di hari-hari sebelumnya, harusnya malam ini ada hal yang berbeda! Harusnya gw kasih tau elo” kalo lo tuh sering datang dalam tidur gw, kalo elo betah banget nongol dalam pikiran gw, kalo elo tuh manis, wuidih!! Haha….



(Review III)


Hey! Gw pernah pake cara paling norak untuk ngungkapin perasaaan gw dengan meminjamin elo buku! Hahaha, kata-kata yang harusnya gw katakan sore itu di salemba gak sempet terucap tapi gw tuntaskan pada secarik kertas yang gw selipkan di buku yang lo pinjem dari gw, judul buku itu “The First Kiss For God” - dan saat gw pinjemin ke elo, gw sisipkan kertas berisi untaian-untaian kekaguman gw sama elo! jadul dan norak banget gaya gw yaa?? Hahaha… Oh iyaa!! Lo juga pernah minjemin gw buku yang berjudul -Tuhan dan Agama Dalam Dunia Postmodernisme- buku itu masih gw simpen loh! Hahaha, gak sempet gw balikin.…

Ini dulu, waktu gw melukis panorama tentang seorang gadis manis yang anggun, tulus sederhana dan dia cantik sekali! saat itu kami masih serupa kanak-kanak’ kerikil di aspal, pengamen di bis kota juga lorong di sebuah rumah kost anak-anak jalanan dikalimalang menjadi selekta yang pernah ada diantara kisah ini, lukisan itu tiba-tiba jadi buram dan merambat seperti akar pepohonan sampai akhirnya berhenti di sini padahal anggur merah senantiasa menertawai cerita ini’ barangkali ini hanya kisah tentang lupa….




SCENE 3


banyak lagi moment setelah hari itu, ada banyak warna, ada yang indah tapi ada juga caci maki, ada kesal, benci walau ada juga harapan dan puncaknya malam itu’ pada sebuah perdebatan (pertengkaran yang konyol tepatnya) disebuah warung tenda kaki lima kawasan menteng, entah mengapa’ gw menyerang semua pembelaan-pembelaan lo, bersama dua orang teman yang berusaha untuk bersikap netral malam itu, gw tahu! Lo kesal dan benci banget atas semua kalimat yang gw ucapkan dan mungkin gak akan pernah ada kata maaf lagi, hahahaha…
hingga elo pun hilang di telan ibu kota dan gw gak pernah ketemu elo lagi sampai akhirnya facebook mempertemukan kita’ ahay! (thanks mark zuckenberg, untuk situs ini’ hahaha)
Semua pun udah banyak yang berubah elo makin cantik, makin cerdas, makin mapan, makin bersinar dan gw rasa lo sudah gak sesederhana dulu lagi’ lo menjelma dalam mimpi megapolitan! sementara gw makin durhaka, makin jalang, makin tersesat…
Semua udah banyak berubah!!
satu hal yang gak akan pernah berubah’
halte di salemba itu’ selalu mengingatkan gw pada garis tipis yang mengukir senyum di bibir elo…

Tuesday 2 March 2010

Episode Kali Ini....




“Free love? As if love is anything but free. Man has bought brains, but all the millions in the world have failed to buy love” (Emma Goldman)

Kau pasti tahu..
bahwa kita pernah berada ditempat ini, berlari-lari diantara pepohonan, bergelayut di tiang jalan dan lampu-lampu kota. Sesaat setelah rimbun hujan yang gelap berakhir dan anak-anak kecil berambut cahaya mengajak kita menyulut bianglala! Segalanya indah saat kusadari sejarah bermula ketika senyum merekah dibibirmu…
Barangkali kita memang seharusnya disini lagi…
menyanyikan lagu-lagu yang kita sukai untuk menyingkirkan segala caci maki, betapa banyak waktu yang terbuang karena kebodohan-kebodohan kita, aku berharap dalam bilangan detik arak-arakan pelangi kembali ada di matamu, ku kutuk diriku atas airmata yang kuciptakan disana, aku menyesalinya!
Dan diantara riuh rendah hari yang tersembunyi oleh bising mesin kota, aku memikirkan semua itu, tlah ku letakkan semua yang kupunya di sana dan aku tak lagi punya apa-apa…

Gerimis …
Aku berjalan mengikuti bintang yg menuntun arahku, menuju pulang, walau aku tidak pernah bisa menerka kemana akhirnya, aku hanya berharap ketika sampai nanti, kau ada didepan pintu menyambutku dengan senyum manismu…
Hujan sore tadi masih membekas pada aspal dan rerumputan, sempat kulihat siluet dirimu melintas diantara labirin lalu menertawai ketidaksadaranku, aku percaya ketika pagi nanti, sisa alcohol di gelas akan menjadi embun yg terselip diujung daun lalu mengukir liur dibibirmu, ada namamu berderai diantara gerimis lalu menguap dan jatuh di tanah yang basah, rintik hujan inilah yang akan mengabarkan rindu ini sampai ke jantungmu agar maaf untukku tak lagi bisa kau perdebatkan’ aku menyayangimu seribu tahun…

“Love is a promise, love is a souvenir, once given never forgotten, never let it disappear.” (John Lennon)


Dear…
ini aneh, berada disini lagi, tempat yang sudah lama aku tinggalkan, jalan ini memang bukan jalan baru, namun sepasang kakiku adalah kaki yang pernah kupakai sebelumnya untuk menemukanmu, meski aku tak akan tahu apa yang harus kuhadapi disini, tapi akan kucoba meski kau berada di jalan yang berbeda! ingin kurobek langit lalu ku sibak pintu galaksi agar aku tahu isi segala juga mengenai takdirku! Akan kususuri ketidaktahuanku agar bisa kusingkap tirai yang membelenggu kebekuanmu seperti batu-batu salju di kutub utara, aku berharap peradaban ini hancur agar batu-batu itu melepuh’ beri aku maafmu seperti zaman es berakhir dan kehidupan baru dimulai…

Kau pasti tahu..
bahwa kita pernah berada ditempat ini, suasana pegunungan yang syahdu serta hangatnya udara pesisir, menyusun harmoni yang lembut dari harum tubuhmu, rambutmu yang terurai laksana lukisan alam yang maha sempurna, sedangkan diriku’ seperti akar yang haus lalu meresap dalam gelap mencari cahaya dalam getir memburu mata air dipadang gersang, mencoba tetap tegak berdiri, berusaha untuk selalu teduh sebagai penyubur kering dedaunan, dan di rumput beratus warna terlihat danau syahdu para pemancing sunyi membawa jeritku mengadu tapi sampai badan habis dimangsa waktu tak sampai-sampai juga teriakanku, tak pernah sampai ke lubuk mahasunyimu, rindu ini membunuhku…

“You, yourself, as much as anybody in the entire universe, deserve your love and affection.” (Buddha)


Aku masih mengingat perjalananan kita diwaktu lalu….
“Keheningan dan panorama di sini akan memberimu kedamaian,” ucapmu senja itu. aku tahu kau hanya berusaha mengatasi keraguanku. “berapa jauhkah perjalanan kita kala memulai hidup dengan segala upaya untuk meraih kegemilangan tanpa harus berada di sisi kota, bukankah kau tahu’ aku selalu menginginkan kebebasan??” tanyaku! Kau tertawa seakan menertawai ketakutanku, “hujan kencang juga angin menderu dari gunung diatas sana, segala mungkin terjadi... siapkan nyali! bertempur seperti badai samudera karena kita tiada tahu esok hari” Kutatap dirimu dan kau memandangku dengan tatapan hangat, “yakinlah!” katamu lagi, lalu kecemasan menghilang, akupun yakin bersamamu segalanya akan baik-baik saja….
Tapi kini kau pergi dan semuanya tidak pernah menjadi baik!
suasana itu kurindukan’ dirimu yang tak pernah lelah memeluk tubuh kotor ini, dirimu yang selalu ada saat semua berlari meninggalkanku, dirimu yang membuatku selalu tegar meski dunia menuduhku pengecut! Akh.. Betapa waktu berjalan tanpa belas kasihan, meninggalkan begitu banyak cerita, begitu banyak kenangan, begitu banyak pedih dan aku kehilanganmu! kukutuk diriku untuk setiap tetes air matamu, kumaki diriku atas luka yang kutancapkan di sana…


Aku harap kau tahu…
Saat ini sudah kutanggalkan jubah kesombongan yang megah, ternyata tidak ada tiada guna pergi jauh menggapai langit tinggi, sudah tak ada gunanya lagi menaklukan rintangan-rintangan! Lelah sudah kakiku melangkah dan disimpang jalan selalu kutemui sistem dan berbagai ideology yang mengamuk di negeri antah berantah, aku hanya akan terus bernyanyi, menulis sajak akan indahnya hidup’ lalu menjadi cahaya pada setiap langkah yang kau lewati’ Karena hanya engkau satu-satunya alasan perjalananku, kau yang anggun, mempesona tanpa polesan’ dan sungguh kesederhanaanmu melumpuhkan segala mazhab di benakku!
Aku merindukanmu seribu tahun…


“I have found the paradox that if I love until hurts, then there is no hurt, but only more love.” (Mother Teresa)


Dear..
beri aku maafmu! biarkan aku bisa masuk lagi kehatimu yang damai, hatimu yang tenang seperti rumah dengan telaga air jernih, dikaki lembah dan gunung-gunung hijau, rumah yang berdinding kehangatan’ dihiasi ketulusan, aku ingin sekali lagi masuk kesana dan tak harus keluar lagi, dimana aku bisa menetap untuk waktu yang lama hingga aku bisa mengalahkan waktu, dan selamanya memilikimu…
Selamanya memelukmu…..



* java, akhir februari 2010
gerimis hujan telah habis maka habis pula secarik imaji tapi aku takkan berkelit menunggu musim berganti...

Wednesday 17 February 2010

RESTORASI: aku hanya ingin benar-benar hidup...




"Hanya bila kita benar-benar sadar dan mengerti bahwa waktu kita di dunia terbatas dan bahwa kita tak punya cara untuk mengetahui kapan waktu kita habis, kita akan menghayati setiap hari dengan sepenuh-penuhnya, seolah-olah hidup kita hanya tinggal sehari itu" (Elisabeth Kubler-Ross)



Aku hanya ingin hidup!! Benar-benar hidup, merasakan semua kehidupan sebelum aku benar-benar mati….


Aku tahu kawan…
Aku tidak hidup di taman firdaus dengan nyanyian burung di pagi hari bersama harum bunga, sejuk embun, warna bianglala dan orang-orang yang tersenyum tulus. Aku tidak hidup di negeri pelangi yang berisi wewangian, tidak ada puja-puji damai, bau alami tanah, gunung dengan panorama indah, angin dingin yang menerpa senja, laut biru dan manusia-manusia bijaksana tanpa keserakahan, aku tidak hidup di lintasan awan dalam dongeng yang menyajikan segala kesejukan, solidaritas, persahabatan abadi, aku tidak berada dalam surga itu, aku tidak hidup disana!!
Kenyataannya aku hidup disini, tanah yang bertuan, tanah yang sejak sejarah dimulai para tuan sudah mengklaim memiliki tanah ini, tak ada ketenangan, tak ada kedamaian apalagi kebebasan!!
Aku tahu kawan, aku sadari itu…
Aku hidup didunia dan setiap hela napasku, aku dipaksa untuk memiliki ijin atas-nya, aku berada dalam sebuah perahu besar yang didalamnya aku di data, di register, di periksa, di control. Aku hidup didunia yang tak lagi memiliki emosi, dimana manusia sedang antri di mesinkan, menuju hidup yang mati. Aku hidup di dunia dengan segala kebosanannya, setiap aktifitas harianku kini mulai diserang oleh rasa muak. Aku hidup didunia dengan orang-orang besar yang membuat bangunan besar sambil mengekebiri orang kecil dengan dominasi disemua lini: seperti sebuah penjara yang didalamnya ada hirarki, privilege dan gap-gap yang membatasi langkahku menuju matahari kebebasan,
aku hidup didalam imperium diam berjuluk peradaban. Ironisnya: aku hanya sekedar batu bata yang menopang tembok mereka terus berdiri...
Aku mungkin juga adalah kamu!!
Dan hari ini, hampir tidak ada lagi yang bisa dipercaya, tak ada pengetahuan progresif, tak ada gagasan-gagasan revolusioner semua itu komoditi yang bisa diperjual belikan bahkan untuk ide-ide pemberontakan tak lebih dari sebuah sensasi. Seberapa besar perubahan yang di tawarkan untuk menghadapi realitas ini, seberapa kuat pengaruh dari teks, naskah, manuskrip atau dalil-dalil yang menggelora, menggetarkan dada tapi hancur ketika keluar dari pagar rumah!
Jejak hidup selalu berisi pengalaman, untaian kata manis, kepalsuan dengan kebenaran yang dipaksakan, begitu banyak hal yang dipelajari dalam hidup, berapa banyak ideology yang tercipta, mazhab, paham ataupun isme-isme yang katanya untuk memperjuangkan kemakmuran, persamaan dan keadilan tapi apakah semua itu bisa mengusir kejenuhan?? Mengapa ada kejenuhan? Mengapa rasa bosan dan keterasingan begitu dekat? Bahkan lebih dekat daripada napas! Mengapa….
Lihatlah disekeliling: para intelektual baik kiri, kanan ataupun abu-abu mencoba menalar dunia, menganalisa segala hal, perdebatan social politik, ekonomi ataupun budaya, para ekonom menganalisa modal, aset-aset yang dinasionalisasi, bursa saham, pertentangan dalam teory ekonomi klein, adam smith, pertumbuhan ekonomi di amerika, di soviet, di chili, di venezuela, di italia, di perancis dan sebagainya, lalu yang lainnya sibuk mengkaji gerakan perubahan sosial, kemajuan demokrasi baik liberal maupun demokrasi proletariat*, memilah-milah demokrasi di eropa dan diasia, pun para budayawannya sibuk berkutat dengan teory kemajemukan, otentitas kesenian, peralihan antara budaya tinggi dan budaya rendah, budaya massa dan budaya rakyat, disisi lain, para petinggi-petinggi moral berubah menjadi fasis dengan mengklaim kebenaran sebagai miliknya! Apakah tesis-tesis mereka bisa membebaskan kita? Apakah semua sintesis dari dialektika mereka mampu membuat kita bahagia? memberi keadilan, bah!! Omong kosong!! untuk memberi keadilan saja tidak akan mungkin apalagi untuk menghapus rasa bosan?? dan mengapa para pecundang itu ada???
Karena kapitalisme tidak hanya membuat korporasi besar over produksi tapi juga menciptakan para politisi, intelektual dan budayawan: mereka itu adalah anak kandung dari system yang mereka lawan sendiri!!
Mempercayai mereka sama saja menghamba pada raja-raja baru! Biar saja mereka memberiku label sesuai kehendak mereka, liberal yang radikal, atau bahkan dicap borjuis! Persetan dengan semua labelitas itu! Berusaha sebisa mungkin untuk hidup tanpa pengharapan, apa itu mungkin?? tanpa terjatuh dalam keputusasaan radikal? Apakah masih ada alasan untuk hidup terus apabila tak ada harapan atasnya! Begitu sulitkah untuk lepas dari belenggu kebosanan, rutinitas hidup yang monoton…


"Nilai-nilai objektif menguasai diri kita: kita menjadi budaknya. Maka ketika kita menyingkirkan ilusi tentang kebebasan, kita dibebaskan. kebebasan absurd adalah membebaskan! tetapi hal itu juga absurd karena kebebaan absurd itu meninggalkan diri kita sendirian tanpa makna" (Albert Camus)




Ketika peradaban timur bergerak ke barat dan peradaban barat menguasai timur, mitos-mitos pun bangkit dari dalam kabut waktu. menguasai pemikiran banyak orang lalu melahirkan segala doktrin yang bermetamorfosa bahkan dalam ide-ide yang diklaim sebagai agen pembebasan!!
Bagiku: tidak akan pernah ada kebebasan, persamaan, keadilan bagi manusia selagi mereka tetap mempercayai peradaban, segala teory revolusi, perubahan social, dalil-dalil ekonomi tak akan menemukan pembebasan total, tidak memberi pengaruh apapun pada kemerdekaan individu, itulah yang utopia!! Penindasan ini sistematik dan telah dimulai sejak manusia mulai hidup menetap, lalu melembaga ketika manusia mulai belajar menggunakan mesin!
Mengapa marx gagal? Mengapa berkman bunuh diri? mengapa soviet runtuh? Mengapa china malah menjadi otoritarian? Mengapa insureksi di spanyol, yunani tidak membuahkan apa-apa?? Mengapa kapitalisme menang dengan terus memodifikasi dirinya? Mengapa?? Mengapa?? muntahkan pertanyaan dan kubur jawabanmu!!
Penindasan ini, ketidakadilan, kebusukan ini di topang oleh peradaban!! Dan bagiku:
siapapun mereka yang bicara tentang revolusi, perubahan social tapi percaya pada peradaban maka semua slogannya itu hanya akan menjadi sampah diselokan!!
Sampai kapan orang akan menyadari hal itu? sampai bumi sudah tidak layak lagi untuk ditinggali, sampai semua janin manusia dieksploitasi, sampai seluruh isi bumi habis? Sampai kapan? Adakah yang bisa menjamin 1000 tahun lagi bumi ini masih menyisakan kehidupan? Kutub es mencair, atmosfer menipis? Kehidupan bawah laut hampir habis, terumbu karang mendekati kepunahan! pada suatu hari kelak kondisi sebenarnya dari eksistensi manusia akan terlihat, buah ketika bumi ini hanya komoditi bagi system yang tidak punya mata. Kematian akan tampak sebagai alienasi fundamental eksistensi manusia! Dan apa lagi yang bisa dihasilkan dari peradaban ini? apalagi selain… onani!!
Lalu…
Apakah aku harus membenci peradaban? Apakah aku harus berdiri dibelakang Zerzan, mengikuti jejak Theresa Kintz, mengiyakan mereka yang menolak peradaban dan bergabung dengan para aktivis hijau di pedalaman? Semua pertanyaan itu tidak akan menemukan jawaban' Tidak akan!!
Aku bisa saja memilih jalan lain….
Apakah aku kalah? Apa ini apatis? Bukan! Ini bukan pesimistik, ini sikap! berapa harga yang harus dibayar untuk mengusir rasa bosan dan keterasingan? Hidup diantara orang-orang yang masih percaya akan adanya pahlawan, menunggu penyelamatnya, Melarikan ketidakberdayaannya dalam altar-altar! Apakah ada yang bisa merubah nasib seseorang selain dirinya sendiri? berlalunya waktu berarti juga berlalunya kehidupan dan itulah akhir masa depan, dan apakah yang dirindukan itu adalah yang harus ditolak???
Dan apakah aku harus kalah? Menyerah pada nasib kelahiranku lalu mulai ikut arus…
apa ada stimulus dari semua ini… tentu saja ADA kawan!!
kebahagiaan, kegembiraan dan ketenangan dalam menghayati kehidupan dengan kesadaran pada kondisi bahwa disemua lini kehidupan ini tengah terjadi proses mekanisasi. Konsekuensi dari penghayatan itu adalah membangkang, Pembangkangan bukan aspirasi atau dalam pengertian yang semantik, pembangkangan tidak melulu menciptakan harapan karena kebebasan yang diperjuangkan bukanlah kebebasan metafisik yang diturunkan dari langit, Kebebasan bukan kemampuan berkehendak! Tapi etos yang menghancurkan kehendak untuk berkuasa dan pembangkangan adalah kepastian menghancurkan nasib...

Pada akhirnya:
aku hanya ingin merdeka, menjadi manusia bukan mesin! Aku ingin merasakan semua emosiku hadir sempurna, menyelami semua mimpiku, menikmati senja, sunset yang bergerak menuju bulan, menghirup semua pengalaman, meresapi harum bunga saat pagi beserta orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku, berapakah harga yang harus dibayar untuk itu?? apakah aku harus menyerahkan diriku untuk dijadikan komoditi?? Tidak….
Aku memilih melarikan diri!!
Aku menghindar! aku tidak mau berdiri dibarisan orang-orang yang menunggu aba-aba. Aku melarikan diri dari proyek besar penyeragaman’ aku tidak mau menyerah pada kekuatan yang hadir dalam persepsi kebanyakan orang, sejarah yang dimanipulasi, pengetahuan yang dikooptasi, kebutuhan palsu yang dipaksakan dan kesemua itu ada di setiap ruang, di susupkan melalui warna mereka, kata-kata mereka, bunyi-bunyian mereka juga suara mereka yang tentu saja menghasilkan pemikiran seperti yang mereka inginkan! Aku menolak untuk berada dibarisan itu…
Aku memilih menciptakan ruang dalam hidup harianku, menciptakan surgaku sendiri bersama mereka yang masih memiliki ketulusan di tengah imperium yang diam ini, menulis sejarahku sendiri karena sejarah bukan hanya tentang mereka yang menang perang, juga bukan saja tentang diriku tapi juga tentang mereka yang menangis dan tertawa bersamaku, sejarah bukan tentang jenderal-jenderal besar tapi juga tentang mereka yang kecil dan tertindas…

Aku hanya ingin hidup, benar-benar hidup sebelum aku benar-benar mati!

Hidup adalah pilihan, hidup bukan tentang menjadi siapa, berada dimana tapi hidup adalah proses menjadi! peradaban ini seperti kutukan yg memaksa manusia jatuh dalam keterasingan yg lebih mengerikan dari kematian dan hanya dengan terus berpetualang dan melakukan hal-hal gila merupakan satu-satunya cara untuk membuat hidupku penuh warna, jauh lebih indah dan terasa mengagumkan!
Untuk itu aku memilih menjadi orang bebas…

Monday 18 January 2010

LANGIT....


be..
Langit kita luas, langit kita bijaksana!!
Geraknya perlahan’ berarak mengagumkan’
Indah’ penuh pesona..
Warnanya memantul dengan tegar’damai walau berkesan misterius
Biru, hitam, kadang-kadang menjingga, kemerahan bahkan memutih..
Tapi gw suka bila langit memantulkan sinar violet...
Karena itu mengingatkan gw pada memory hampir dua yang lalu.
(tau kan, apa yg gw maksud)

picture itu masih ada loh be..
tersimpan rapi di album virtual gw!
Tapi dressnya gw ubah menjadi hitam putih’
Biar kelak bebas di warnai seindah yg gw mau..
Karena gw tau’ langit ini juga tidak akan abadi!

Hey be..
Ternyata langit kita teduh, baik, kuat juga rendah hati.
Slalu bersemangat memayungi bumi,matahari, rembulan, meteor,bintang-bintang dan semua mahluk material digalaksi bima sakti!!
Langit itu wonderful be..
Memberi kita udara, atmosphere, sinar, harapan-harapan, mimpi dan semua yang dibutuhkan utk ”Glory Of Humanity”

be...
Langit kita sungguh perkasa’
menggetarkan’ juga menggairahkan
Tegar y be’ harus..
Karena lo adalah LANGIT itu!!

My Rock & Roll Girls...

This summary is not available. Please click here to view the post.

CERITA DALAM KARDUS …


Aku ingin menulis tentang kenangan, tentang pengalaman, tentang ingatan lama yang hampir usang di sudut memory barangkali sebentar lagi lapuk di almari ingatan berdebu, tentang sepenggal kisah yang hadir sesaat, pernah membekas, pernah begitu hidup dan pernah hilang…



Tulisan ini di mulai sore tadi, ketika aku sudah hampir sudah tidak punya ide untuk melakukan apa-apa, saat rasa bosan yg sentimentil hadir menyapa dinding kamar yg diam, lalu ada selimut dan bantal guling, tempat sembunyi terindah dari cuaca dingin akibat sisa hujan pagi yang masih membekas di atap kamarku. Jenuh!! Moment itu mengambil durasi terbanyak hari ini, sementara inspirasi untuk mencipta tak jua hadir, barangkali tubuhku menginginkan ranjang untuk bertemu mimpi yang lupa kusapa semalam. Aku mencoba untuk tidur meski hari sudah hampir gelap, hari ini benar-benar membosankan!! Seharian berita TV hanya mengupas tentang skandal century, selain radio yang memutar musik yang itu-itu saja, sedangkan untuk melakukan kesenangan berfesbuk ria, aku agak malas, selain karena lemotnya loading computerku juga suasana kamar yang mulai kusadari tak lagi kondusif, karpet dan rak-rak buku telah begitu banyak menyimpan debu. (aku lupa, kapan terakhir membersihkan lemari buku ini) Ketika kesadaran itu muncul, akhirnya rasa kantuk sekejap hilang!! Bergegas ku bersihkan rak-rak bukuku berlomba dengan matahari yang mulai malu-malu turun dari tahtanya. Sepertinya’ senja tak akan kunikmati di beranda, terlalu banyak buku dan kotak kardus yang harus kelepaskan dari jaring laba-laba yang ternyata sudah mendirikan imperium nya lama sekali…
Setengah jam waktu yang kubutuhkan sebelum kotak kardus berwarna putih yang mulai pudar di makan usia menampar sudut mataku, anehnya’ aku sudah lupa isi didalamnya, kotak ini sudah tak pernah kubuka bahkan sejak aku belum menetap dikamar ini- yeaah!! Ketika kubuka: didalamnya aku menemukan tiga buku diaryku yang pernah kunyatakan hilang, didalamnya juga tersimpan foto-foto lama dan beberapa lembar teks surat berwarna biru langit dengan title “The Story of Courteous Girl VS Naughty Boy” dan dalam tiga detik,dadaku sesak, mataku luruh kesudut yang tak lagi kubisa kuraba, ingatanku melayang menembus waktu ditahun 2003!!



Ini bukan tentang kalian yang pernah duduk manis di hari-hariku, ini tentang seseorang yang lupa ku sisir dirambutku, tentang seseorang yang hampir hilang di dalam kotak kardus, tentang seorang sahabat…


Denpasar, Pecalang dan Langit malam...



Pada agustus 2003, sebuah organisasi mahasiswa yang dipayungi institusi besar dinegeri ini, mengadakan muktamar di denpasar bali, aku bukan bagian dari organisasi itu, secara kebetulan kakak sepupuku aktif disana dan cukup punya peran penting di organisasi itu, karena aksesnyalah, hingga aku dipercaya untuk membuat lirik lagu dan notasi nada untuk dijadikan “mars lagu” pada pembukaan acara. Aku dibiayai kesana, fasilitas penginapan, akomodasi serta transportasi ditanggung panitia. Waktu itu aku belum begitu peduli dengan tetek bengek isme-isme dan segala varian2nya, bagiku: satu lagu untuk menebus liburan kebali…’its not big deal! (kapan lagi kebali gratis?? Hehe…) tapi aku tidak ingin membahas tentang organisasi atau benturan-benturan ideology didalamnya, bukan karena sekarang aku menolak organisasi tapi ada kisah indah tersimpan disana, yang terlalu manis untuk dilupakan, kisah yang biru tentang langit-langit malam di bali, tentang pantai kuta, tentang turis-turis telanjang, tentang suasana senja di jalan renon denpasar juga tentang seraut wajah manis yang kukenal disana….
Muktamar itu diadakan di auditorium kampus Universitas Udayana dan aku menginap di sebuah penginapan yang tak jauh dari lokasi acara. Aku diberi ID card yang bertugas sebagai sie acara panitia, otomatis aku berangkat seminggu sebelum kegiatan dimulai untuk berkordinasi dengan panitia daerah dan mempersiapkan lagu yang akan dinyanyikan oleh kelompok paduan suara local…
Beruntungnya aku, laguku tidak jadi di jadikan ikon acara (mars muktamar) karena perwakilan dari kota Malang sudah duluan mengirimkan lagu lengkap dengan not balok dan telah disosialisasikan di sana, lagu yang kubuat hanya akan di jadikan pelengkap pada sesi penutupan dan akan dibawakan oleh perwakilan dari Jakarta yang selama ini sudah sering mereka nyanyikan sebelum aku berangkat kesini. Fakta ini, kemudian menguntungkanku karena aku tidak perlu repot-repot berkordinasi dengan panitia local, yeah!! Akhirnya’ aku bisa menikmati kota denpasar dengan leluasa…!!
Hari pertama kulewati dengan mencoba berbaur dengan situasi, melihat-lihat, mengamati juga berusaha mengenal beberapa orang, di hari kedua pun demikian!!
Pada hari ketiga’ aku mengenalnya….
Dia wanita yang sangat menarik dan kebetulan, dia juga bukan bagian dari organisasi itu. menurut ceritanya, dia hanya membantu kawannya yang kebetulan panitia local di bali. Dia tinggal di daerah tuban denpasar dan kuliah di salah satu universitas swasta di bali. Karena bukan bagian dari organisasi itu, maka kami pun tidak terikat secara administrasi dengan panitia acara. Aku sering menghabiskan waktu bersamanya, berjalan-jalan atau sekedar ngobrol, dia seperti gambaran umum masyarakat minoritas di bali. Pasca ledakan bom di legian sedikit banyak juga memberi imbas pada kehidupan disana. Aku sering bertanya padanya tentang pohon-pohon besar yang diberi kain berwarna hitam putih disepanjang jalan yang kami lewati dan dengan bahasa yang lugas di menjelaskan padaku semua yang ingin kuketahui. Hanya dua minggu waktu yang kami punya untuk dekat dan menjadi sahabat… yeah!! Dia hanya kawan, meski ku akui, aku kagum dengan sikap, pola pikir juga pesona yang tersirat jelas di wajah manisnya. Beberapa teman mengira kami telah berhubungan lebih serius karena seringnya kami menghabiskan waktu berdua. aku sudah hampir lupa moment-moment saat itu, beberapa yang tertulis jelas di buku diaryku saja yang masih bisa kuraba, pernah sekali kami di bentak oleh petugas adat (pencalang) karena bernyanyi agak keras di tengah malam, akhh!! Aku lupa.. benar-benar lupa! Tiga hari menjelang acara selesai kami sempat menghabiskan waktu di pelataran robinson mall denpasar, duduk bersama kawan-kawan yang lain (ironisnya: semua yang ada malam itu pun sudah tak lagi ku ingat, nama dan mereka sekarang dimana) yang kuingat hanya tentang langit, tentang bintang-bintang dan obrolan-obrolan kecil kami. Mall sudah tutup jadi kami hanya duduk dipelatarannya menjelang tengah malam selesai. Akhh!! manis sekali untuk dilupakan…
Setelah penutupan acara’ aku tidak sempat menemuinya’ meski untuk mengucapkan selamat tinggal, sempitnya waktu karena jadwal keberangkatan ke Jakarta sudah ditentukan hari itu juga, memaksaku bergegas dan lupa. Belakangan kuketahui’ dia menunggu di lapangan parkir hotel, ketika kendaraan yang mengantar rombongan kami pulang ke Jakarta aku memang sempat melihatnya duduk dibelakang setir mobilnya…
Selepas itu, komunikasi kami tidak terputus seketika meski juga tidak intents, hingga 7 bulan setelahnya, dia menemani kakaknya yg kebetulan melakukan operasi kesehatan di Jakarta. Kami pun berjumpa lagi namun hanya berdurasi setengah jam berhubung 3 jam berikutnya’ dia harus mengejar pesawat, setelah ini, komunikasi kami mulai tersendat, hanya sekedar kartu pos (berisi ucapan selamat ulang tahun dan gelang-gelang kecil) dia juga pernah beberapa kali menelponku namun tragisnya: handphoneku hilang dan semua nomor pun ludes, Kami pun lost contact… !!!
Aku sudah benar-benar lupa hingga kotak kardus berwarna putih ini mengingatkanku lagi padanya, seorang temen yang pernah dekat, pernah kukenal tapi tak lagi ku ketahui dimana. Barangkali saat ini’ dia terikat dalam kontruksi pernikahan dengan seorang laki-laki yang memberinya bayi mungil yang lucu, entahlah… aku tidak bisa menerka! Akh, sudahlah! Aku merasa malam ini indah karena tlah berhasil menelanjangi memoryku’ salam manis untukmu kawan’ dan panjang umur, peluk hangat utk 7 tahun yang lalu…

Ini hanya tentang kenangan, yang barangkali semua orangpun pernah mengalaminya, Simpanlah kenangan mu kawan karena kenanganlah yang menjadikanmu seperti hari ini…

MALAIKAT HUJAN..


Malaikat itu baik sayang..
Dia gak egois’ gak punya tendensi!!
Bergerak berdasarkan naluri baik tanpa nafsu…
hanya bermetamorfosa berdasarkan dalil dari semua kitab suci agama2 didunia!!
tidak menyerang, tidak menindas, tidak juga punya kebencian!!

Tapi gw kurang suka sama malaikat…
Karena hanya memberi’ bertindak tanpa rasa apapun’
Dia gak nangis, gak marah, gak sedih… sok hebat banget y’
padahal disini semua manusia sempurna dari zaman aristoteles, Nieczthe sampe zamannya Pramudya udh megap2 dilindas praduga dunia yg indah tapi sinis ini!!!

Kadang-kadang gw pengen menjadi iblis loh beib..
Beringas, liar dan buas…
Menyumpah, memaki atw tertawa terbahak-bahak..
Bebas, lepas gak ada aturan, hukum, norma atw perangkat sosial lainnya yg mengikat!!
Hanya gw, gw dan gw!!!!Tapi kaya’nya gak mungkin…
Sebagai mahluk sosial’ tindakan gw otomatis berimbas pada dunia yg gw pijak..
Sial…Albert Camus bener y’ Didunia yg absurd ini kita pengen berontak tapi gak tau mau berontak pada siapa”… hahahaha..
eksitensial nihilistik katanya Betrand Russel…

dear'
Malaikat gw udh pernah datang’ tapi pergi lagi..
Singgah sebentar doank’ lindungi gw dari hujan, panas, dingin, saat marah, menangis atw sekedar memberi semangat kala gw bener2 rapuh!!
Sekarang dia terbang lagi’ namanya juga malaikat'..
Klo pergi gak bilang2’ hahahahaha..
Dan sekarang’ kondisi gw juga sama seperti lo, mereka semua org2 diluar sana..
Gw juga lagi menunggu malaikat gw..
Sebentar lagi dia pasti datang’ bayangannya juga udh muncul…
Memantul di sunset’ wow..
senja mulai turun’ burung2 pada nyanyiin lagu2nya Beethoven...
Karena dia datang ketika hujan’ maka dia gw namain ”Angel of Rain”

Sunday 29 November 2009

MONOLOG SENJA


Selepas senja’
Dipelataran kampus tempat mahasiswa mengeja filsafat…
Senyum yg manis…’ dihiasi bongkahan-bongkahan mutiara seperti keringat didahimu..
begitu menawan dalam dekap angin sore!
Aku menjumpaimu dalam cahaya…
Keanggunan tersirat nyata’ tak ada bayangan mall disana, tak ada sisa-sisa distro atau endorse.
Hanya lanskap keteduhan dari kota tua…
Aku menemuimu didalam terang….
Kau begitu sederhana diantara gegar langit-langit Jakarta yg mamaksa manusia jadi mesin konsumerisme!!
Pesonamu membunuhku….
Barangkali akan kutemukan lagi keserdehanaan seperti ini dikota ini..
Saat iklan-iklan gencar menyuarakan produk’ kau malah berkutat dgn bacaan…
Tak ada yg hilang pun wajah cantikmu menjadi satu dalam khayalan peri langit…
Aku berharap kau akan selalu hidup’
Walau hanya didalam ingatanku….

Saturday 21 November 2009

MaaF, Saya GagAl Jadi OrAng b(A)ik…


“Ketika semua bentuk ke-normal-an itu dijungkir-balikkan, ketika fakta tentang nilai menjadi -orang baik- didobrak, ketika manusia modern meragukan diri dan ke-normal-annya, ketika kebenaran, nilai-nilai, moralitas, pengetahuan dan tata aturan baku di hancurkan!!”


Aku terbangun jam 11 siang-lebih sedikit, computer masih menyala, menyisakan sisa ingatan semalam, ranjang, seprei dan bantal guling kubiarkan saja berhamburan muntah, aku berharap ranjang ini tidak muak menampung tubuhku, barangkali: jika dia memiliki suara maka akan terdengar jeritan kebosanan…
“bukan manusia doank yang bisa bosan mas, gw juga jenuh kalee” hahaha… anjayyy!!!
Aku jadi teringat percakapanku semalam dengan seorang teman wanita, kami terlibat diskusi yang cukup alot dan berakhir tanpa menghasilkan stimulus apa-apa selain tensi emosinya yang mendadak naik saat aku mengatakan, “system kerja hari ini hampir tidak berbeda dengan perbudakan di abad 17, dan kebanyakan kaum pekerja tidak sadar jika mereka diperbudak”. Yeah!! obrolan kami tentang kebosanan, alienasi, etos kerja dan semua bentuk pandangan umum masyarakat dominan: aku yakin’ pagi ini dia akan mengenangku sebagai orang yang menyebalkan, aneh atau barangkali gak normal…
But I think, I dont care!!

Intermezzo




Hegemoni merupakan sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan; mendiktekan/memaksakan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral - Antonio Gramsci


Aku sadar, aku hidup di dalam dunia berisi individu-individu yang melebur menjadi masyarakat dan sebagai bagian dari mereka, maka aku hanya bisa mendapatkan posisiku ketika aku berada dalam kolektifitas social. Dengan ini, berarti diriku tidak akan bisa lepas dari kondisi social tempatku berada, -kelas sosial, pengetahuan, moralitas juga norma-norma-. Otomatis semua pandangan umum dominan akan menjadi kacamata/ pijakan bagi lingkungan sosialku dalam memahami kehidupan, pun diriku akan begitu sulit melarikan diri dari semua kebiasaan umum itu. sekalipun aku bisa melarikan diri dari semua itu maka aku akan di beri klaim “berbeda – lain - gila atau sejenisnya-“ percayalah sayang!! ketika orang-orang disekitarmu mengganggapmu berbeda maka, hak - hak mu pun akan terabaikan, hak mu tidak akan sama dengan mereka yang manggut-manggut pada pola kebiasaan umum, meski sebenarnya, hak – hak yang universal sudah lama terampas!! Mengingat percakapanku semalam, aku jadi ingin tertawa, sungguh ironis; di zaman dimana semua hal bisa menjadi mungkin masih ada saja orang-orang yang merasa aneh dengan pemikiran-pemikiran yang lari dari pola-pola umum, memangnya kenapa kalo ada yang mempunyai pemikiran anti kerja, memangnya kenapa kalo ada yang orang yang menggugat otoritas, moral dan norma-norma?!? Barangkali, karena aku berhadapan dengan orang yang hidup dengan kesenangan yang berlimpah, gadis yang menganggap dunia ini baik-baik saja, apalagi di kota ini, dimana kapitalisme menusuk tepat di ulu hati dan memberi batasan yang jelas antara mereka yang berpunya, kaum elite, borjuasi dan mereka-mereka yang dibawah. Mereka yang diatas sana, akan sulit sekali menerima ide-ide pembangkangan karena secara langsung ide-ide tersebut mengancam eksitensi mereka, menggugat keberadaan mereka-pun gadis ini. Aku mulai mengerti bahwa wajarlah kiranya, jika ketidakadilan sudah mengakar didalam masyarakat karena hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang biasa, hal yang umum, penindasan yang di “Iya”-kan oleh kesadaran kebanyakan orang. Aku masih sempat mengingat nada ucapannya yang mengutukku, “dasar kamu aneh, gila!!” nada suara itu menukik ditelingaku, menggelitik kupingku lalu mencairkan tawaku dan hal itu yang membuat emosinya mendadak naik, dan dipuncak-nya dia lalu bilang “maaf, gw jadi ilfeel sama lo” hahahaahha!! Kupretttt….aku tahu’ pemikiran gadis itu mewakili semua pandangan umum masyarakat dominan, pandangan masyarakat mainstream, aku sadar, bahwa aku agak “sedikit berbeda” meski sebenarnya banyak yang mempunyai pemikiran sepertiku bahkan ada yang lebih ekstreem lagi. tokh- itu adalah sesuatu yang sudah terlalu sering kutemui, aku juga sudah cukup sering ditinggalkan oleh orang-orang yang berarti dalam hidupku hanya karena pandangan-pandanganku yang menyimpang dari pola pemikiran mainstream. Sudah sangat biasa, aku dibenci bahkan di musuhi oleh kawan-kawanku sendiri karena pemikiranku yang sebenarnya juga di anut oleh banyak orang. Aku tidak akan berhenti sampai disini!! Jika kelak aku kalah- minimal aku pernah punya sesuatu yang kubanggakan, meski sebenarnya, ini bukan sesuatu yang harus dibanggakan.. hahahaha, amsyiooonggg dah!!

Teringat gadis itu: aku juga ingat, konsep keberlain-an yang digagas oleh Foucault, murid tak langsung Nieztche ini pernah melakukan penelitian tentang sejarah orang-orang yang berbeda, yang diklaim gila; yakni tentang mereka yang ditolak, dia berhasil mengungkap formasi-formasi bahasa dan diskursus yang telah menciptakan konsep “Pihak Lain”. Untuk hal ini, Ia menggunakan deskripsi genealogis. Genealogi bukanlah teori, tapi lebih merupakan cara pandang atau model perspektif untuk menempatkan diskursus, praktek sosial dan diri kita sendiri dalam wilayah relasi kuasa. (wiidihhh, bahasanya jadi sok intelektual gini, halah: biar cerdas lo; hahahaha)
Berkenaan dengan sejarah kegilaan, Foucault menunjukkan bahwa predikat ‘gila’ bukanlah sekedar masalah empiris atau medis semata, tapi juga berkenaan dengan norma-norma sosial, Dalam arti, pengertian tentang kegilaan adalah hasil ciptaan manusia. Pengertian gila terus berubah mengikuti zaman. Pada Abad Pertengahan, orang gila adalah yang tidak berintegrasi dengan masyarakat. Menurut versi agama, orang gila adalah yang tidak memiliki loyalitas pada agama. Pengertian gila terus berubah sesuai dengan perspektif dan kepentingan pemegang kuasa, ikut terlibat para dokter, politisi, pakar hukum dan unsur-unsur yang dominan dalam masyarakat. Diantara semua itu yang paling krusial peranannya adalah para dokter yang menciptakan bahasa simbol dan tanda-tanda. hingga, struktur bahasa inilah yang sangat berpengaruh dalam menilai ‘gila’ atau ‘waras’nya seseorang. Analisa genealogis adalah kritik terhadap ilmu pengetahuan modern, dalam hal ini ilmu pengetahuan sejarah. Ilmu pengetahuan sejarah modern lebih merupakan pembungkaman terhadap Pihak Lain yg berbeda. Kegilaan adalah aspek yang kemudian terlupakan -yang terbungkam, yang terpinggirkan. Dari penelitiannya, Foucault berhasil menyimpulkan bahwa kegilaan merupakan kebutuhan masyarakat akan formasi sosial yang dikehendaki, hingga menjadi kebutuhan sosial tertentu. Dari sini tercipta mereka ‘Pihak Lain’. “Kamu gila” berarti “kamu bukan golongan kami.” itu pointnya!!! Bagiku, Kegilaan (gila dalam perspektif masyarakat dominan) mengandung banyak hikmah dan kebijaksanaan. Buktinya - aku banyak belajar dari mereka-mereka yang terpinggirkan, aku lebih bisa memahami hidup dan mencintai hidup ini karena mereka-mereka yang dianggap berbeda. Anehnya: dari mereka lah aku bisa menemukan hakikat sesungguhnya dari hidup ini. Tidak bisa dielakkan bahwa: aku hidup dalam pemikiran masyarakat yang sudah di bentuk dari atas, dimana kepercayaan pada apa yang ada didepan mata seakan-akan sudah tidak bisa diganggu-gugat lagi, ide tentang demokrasi, ide tentang otoritas hirarkis, semua menjadi sesuatu yang sudah tertanam, menjadi idea fixed, melahirkan dogma!! Apa yang harus kulakukan untuk membatasi diriku dari distorsi tersebut, realitas yang sudah semestinya di hancurkan karena terbukti tidak mampu merepresentasikan hak semua orang secara adil dan merata!! Satu-satu-nya hal yang bisa kulakukan hanyalah dengan membangun moralitasku sendiri, membangun dunia-ku sendiri- persetan orang-orang yang memberi stigma apapun untukku, tokh, hal itu tidak akan membuatku mati atau hidup, “aku percaya bahwa hanya dengan terus melawanlah satu-satunya alasan yang menjagaku hingga tetap waras”. Melawan disini tidak harus dengan mengangkat senjata tapi juga melawan dengan pemikiran, minimal sadar- bahwa ada ketidakadilan, bahwa dunia hanya nampak baik dipermukaan, bahwa bentuk kenormalan yang ada ternyata harus dibalik. Itu saja dulu-lah!! Walau itu sebenarnya sangat tidak cukup…
Kadang-kadang aku ingin terlahir tanpa tahu apa-apa, seperti Socrates yang merasa bijaksana’ jika dia tahu bahwa dia tidak tahu- Socrates aneh juga!! Mana mungkin orang akan bijaksana jika mereka tidak tahu?? Hahaha!! Apa dengan tidak tahu apa-apa maka hidupku hanya mengikuti aturan main seperti mereka yang diluar sana, tapi aku yakin- jika itu terjadi, aku sama saja seperti mesin tanpa emosi, mesin yang hanya memiliki moralitas kerja tanpa bisa mempertanyakan ini- itu, sorryyy yee, mas Socrates, gw kagak mau kaleee…lha, kok jadi salahin Socrates. Hahaha!



Kerja




Para pekerja baru dapat menjadi diri-nya sendiri setelah waktu kerja selesai - Karl Marx-

Semua manusia butuh eksitensi, semua orang butuh pengalaman, butuh ruang untuk mengeksplorasi dirinya, dan kerja adalah salah satu ruang dimana manusia bisa merepresentasikan dirinya, pengalamannya juga kemampuannya, dengan bekerja manusia akan menemukan hakekat kemanusiaannya. Di titik ini, manusia secara langsung berhubungan dengan dunia sosialnya, memiliki keterkaitan dengan dunianya, keterikatan ini bersifat horizontal. Manusia memberi apa yang dia bisa, melakukan apa yang dia kehendaki didalam kolektifitas social. Mengenang percakapanku semalam, rasanya semua terlihat absurd hari ini-
kerja.. kerja.. kerja…!!
Gadis itu seketika diam ketika aku mengatakan, “kamu kerja, alasan paling simple mu adalah untuk mencari uang dan membiayai hidup, alasan itu juga lah yang membuat posisi tawarmu lemah di hadapan kapitalisme, dan itulah senjata mereka untuk memperbudak dirimu,”
Aku bisa saja percaya bahwa, semua orang butuh kerja bukan sekedar alasan untuk membiayai hidup tapi lebih-lebih untuk merepresentasikan dirinya. Yeah.. yeah.. yeah..
Ironisnya!! System kerja hari ini hampir tidak berbeda dengan perbudakan dimasa lalu, gairah dan emosi para pekerja hampir hilang atau bahkan sudah mati ditelan deru kebisingin waktu yang sempit, kerja telah menjadi momok yang menakutkan karena kebanyakan orang yang bekerja hanya alasan untuk mencari uang dan membiayai hidup, That’s Fuck!!! Dengan alasan ini –lah, mereka bekerja tanpa ada perasaan apapun atasnya, mereka tidak lagi berusaha memanifestasikan dirinya untuk dirinya dan dunia sosialnya tapi semua waktu dan tenaganya telah di eksploitasi oleh kapitalisme untuk kepentingan mencari laba sebesar-besarnya, kaum pekerja tidak bisa lagi berpikir bebas dan kritis karena semua waktunya sudah habis dihisap jam kerja, parahnya lagi, kebanyakan dari kaum pekerja melakukan pekerjaan yang sebenarnya jauh dari yang di senanginya: hanya karena alasan tersebut diatas. Alih-alih untuk mempertanyakan ketidakadilan bahkan pikiran dan tindakan mereka melayang pasiv di langit yang tidak bisa di ketahui mau kemana. Asshole!!! Jadi dimana keadilannya?? Aku juga tidak mungkin menyalahkan gadis itu, karena aku tahu’ tanpa kerja dia tak akan bisa makan- pun diri-ku’ darimana aku harus dapat uang dan membeli kebutuhanku jika tak ada pekerjaan: apa masih mungkin aku menulis dan bernyanyi tanpa uang? Ini memang dilemma: bahkan untuk kencing aja dijakarta mesti bayar… kentut aja yang gratis: hahahaha!! . siapa yang harus di kutuk atas ini?? yeahh!! System ini lah yang harus bertanggung jawab!!

System ini merampok semuanya bahkan dibenarkan oleh logika, yeah!! Hegemoni!!, belenggunya mengikat bahkan sampai di ruang paling tersembunyi sekalipun, ditingkat permukaan dia memperkosa sadar bahwa kaum pekerja di beri upah dengan semua loyalitas kerjanya tapi itu hanya manipulasi. Inti dari kapitalisme adalah pencapaian keuntungan sebesar-besarnya, keuntungan itu juga diperoleh lewat pertukaran manusiawi namun dalam mekanisme pertukaran jasa dan barang hanya selalu menguntungkan kaum pemilik modal melalui cara penghisapan. Seperti yang pernah di cetuskan oleh Karl Marx dalam teory nilai lebih (surplus value), inti nilai lebih adalah nilai yang diberikan kaum pekerja secara terpaksa melampaui apa yang dibutuhkan. Misalnya seorang buruh bekerja 10 jam sehari dengan upah Rp 20.000/hari, waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelasaikan kerja-nya hanyalah 5 jam, namun karena dia terikat perjanjian kerja maka para buruh harus menyelesaikan waktu 5 jam-nya juga. Inilah yang sesungguhnya yang direnggut oleh para kapitalis, waktu lima jam ini lah yang kemudian menjadi dasar dari pembahasan nilai lebih dan teory-teory turunannya. belum lagi ketidakseimbangan upah dan fenomena buruh kontrak yang saat ini sedang jadi polemik.
“apa kamu sadar bahwa kamu hanya dijadikan komoditas” aku masih ingat pertanyaan itu saat obrolan kami masih kondusif malam itu. tatapan matanya yang seakan mengulitiku, lebih tajam dari suara garang Brian Johnson. “siapa bilang? Aku bekerja dengan gaji lumayan, tiap bulan aku bisa liburan ke bali, aku bisa membeli tas prada, Gucci, aksesoris yang aku mau, aku bekerja keras dan karena itu aku di gaji, wajarlah!!” dammz!!!
Secara umum kapitalisme juga mengaburkan ketidakadilan itu di tingkat konsumsi bahwa upah yang layak telah diberi kan bagi kaum buruh. Alasan ini begitu melekat hingga sulit sekali bagi kaum pekerja untuk menggugat-nya, kapitalisme telah memodifikasi dirinya dengan sangat rapi dan indah hingga samar untuk di kenali. Jawaban gadis manis itu semakin mempertegas garis demarkasi diantara kami, posisi kami memang secara alami bersebrangan. Yahh!! Aku jadi merasa perlu untuk menyerang semua alasan-alasannya, dan saat kuputuskan itu’ aku lupa, aku akan kehilangannya.
Sedikitnya waktu yang tersisa bagi kaum pekerja akibat penghisapan ini, sedikit demi sedikit juga mereduksi emosi mereka, fenomena di kota-kota besar memungkinkan semuanya berjalan seperti ada-nya, industri membuat kota kehilangan emosi-nya, tiap hari yang nampak hanya manusia-manusia yang lelah akibat desakan untuk bertahan hidup, wajah-wajah yang menampilkan dandanan menor demi menutupi betapa datarnya emosi mereka, mereka yang diatas akan selalu hidup dalam ketakutan, was-was pada apapun, mereka akan terus menjaga kekayaannya agar tidak hilang, asumsi inilah yang membenarkan mereka untuk terus mencari untung sebesar-besarnya hingga emosi mereka hilang. Begitupun yang dibawah, mereka akan terus di kejar keterdesakan akan pemenuhan kebutuhan hidup dan percayalah, emosi mereka juga menyusut!!. Mereka berpikir bahwa mereka bebas padahal sesungguhnya mereka hanya bebas memilih barang untuk mereka beli tapi kebebasan yang sesungguhnya, seperti berpikir kritis sudah dirampas oleh system ini, selebihnya lagi, mereka sedang berbaris antri menuju proses mekanisasi, mereka di mesinkan!! Jangan aneh, jika kota ini sudah kehilangan emosi-nya, kota ini tak lebih dari kumpulan manusia-manusia mekanik. Karena kaum pekerja hanya menjadi manusia ketika waktu kerja usai!! Mereka hanya akan menjadi manusia setelah mereka lepas dari kantor, setelah mereka keluar dari pabrik-pabrik, pendek sekali waktu untuk yang mereka punya untuk menjadi manusia?? Bayangkan, dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore’ waktu mereka di ambil oleh industri, selebihnya harus mereka gunakan untuk istirahat, berapa jam waktu untuk mereka menjadi dirinya? Dan apa kah itu cukup? aku ingat, gadis itu begitu marah saat kupaparkan alasan-alasan ini dan aku tahu ini akan membuatnya jauh dariku tapi seperti yang dikatakan oleh George Orwell “kebebasan adalah memberi tahu orang – orang apa yang tidak ingin mereka dengar”. meski ini juga secara otomatis memutuskan hubungan emosionalku dengannya, mungkin, kelak aku akan merestorasi kembali cara-cara seperti ini, yahhh!! Mungkin aku perlu melakukannya!! Aku sadar system ini kuat sekali untuk dihancurkan, sedang gerakan-gerakan yang mengaku revolusioner masih terpolarisasi akibat perbedaan strategi dan taktik, belum lagi pengkultusan akan adanya tokoh sentral sebagai martil.. Persetan mereka… !!!

Berlari Menampar Langit



He who controls the present controls the past ; War is peace, freedom is slavery, ignorance is strength - George Orwell

Apa lagi yang bisa kusimpulkan dari percapakan semalam, bahkan ranjangku pun bosan dengan segala perdebatan. Aku hanya perlu membangun moralitasku sendiri, membina hidupku dengan segala yang kupercayai. Aku percaya, surga bisa diciptakan didunia nyata, dimana burung pagi akan selalu bersajak bersama embun. Orang-orang tersenyum tanpa basa-basi karena tak ada pemaksaan. Saat kulirik hape-ku, sebuah sms ternyata sudah bertengger sejak jam 9 pagi tadi “gak normal lo, belajar jadi org benar deh, jalan pikiran lo aneh, gw gak mau kenal lo lagi”.hahaha!!. Rupanya amarah gadis itu masih terbawa hingga pagi ini.
Memangnya normal itu kaya gimana seh?? Dengan bekerja mapan dan dijadikan komoditi itu adalah bentuk kenormal-an, dengan mewakilkan hidup pada orang lain itu dianggap sebagai sebuah hal yang wajar, lha!! Jika ada orang yang ingin lari dari pemikiran itu, gimana, dianggap gila?? jika orang sadar bahwa dirinya hanya dijadikan komoditi, itu bukan orang baik?? Defenisi baik itu mesti taat pada semua aturan yang sebenarnya sangat abstrak, apakah normal-norma yang terbangun sekarang itu representative? jadi orang yang hanya manggut-manggut dan diperbudak itu adalah orang baik, orang normal?? apa gak terbalik neh dunia?!?. Aku tidak anti kerja dalam pengertian yang paling radikal, enggak!! aku juga tidak menentang mereka yang bekerja, aku hanya ingin mengatakan bahwa’ system kerja hari ini, hampir tidak beda dengan perbudakan di abad-abad sebelumnya” apa itu gak normal, hahahaha!! Bukannya yang gak normal itu mereka yang bekerja dengan menghamba dan dijadikan sapi perah para pemilik modal. Etos kerja itu yang perlu digugat!! Aku ingin bekerja tapi dengan cara yang adil dimana didalamnya aku bisa berasosiasi bebas tanpa ada pressure dari atas, aku ingin bekerja untuk menyempurnakan hidupku dengan memberikan apa yang aku bisa bagi kolektifitas sosialku. aku ingin bekerja sambil bersenang-senang, sambil bernyanyi, menari didalam hujan atau merasakan hembusan angin tanpa takut ada tekanan. Didunia ini, semua nilai, norma juga moral hanyalah sebentuk komoditi, siapa seh yang tidak munafik di dunia yang juga munafik ini??. Aku tidak ingin menjadi mesin tanpa emosi, lihatlah para pengkhotbah selalu bicara moral, kita taat dan patuh pada moralitas mereka, sedangkan di atas sana apa mereka perduli pada moralitas? Berapa banyak korupsi? Berapa banyak maling yang mencuri uang rakyat?? Apa mereka bermoral?? Jadi yang dibawah dipaksa bermoral sedang kan yang di atas dibiarkan saja bahkan cenderung dibenarkan dengan dalih-dalih moral, fuck!! Moralitas hari ini adalah: pemimpin berhak atas seluruh hidup bawahannya, bahwa penguasa bebas mengambil keputusan apapun dan itu dibenarkan oleh hukum, bahwa rakyat di bawah tidak perlu banyak ulah, harus taat, patuh, ada peraturan, ada penjara!! demokrasi, top forty, konsumerisme, itu-lah moralitas yang didiktekan dalam kesadaran massa hari ini.. enak aja!!! Seharusnya para pemimpin itu di reduksi, hingga tiada lagi orang yang mengaku pemimpin dan moralitas bisa di bangun kembali agar bisa merepresentasikan elemen-elemen social dimasyarakat. Aku menolak memperbudak orang, menolak menjadi bagian dari system yang menindas orang lain, siapa yang lebih bermoral? Aku atau mereka?? Shitt!!
Apa aku harus diklaim bukan orang baik, jika aku ingin merasakan emosiku hadir secara alamiah, sempurna dan apa adanya, akh sudahlah!! Aku akan melarikan diri dari system ini dalam artian aku tidak harus mengasingkan diri di planet lain atau tinggal di belantara, aku hanya menolak patuh pada aturan-aturan baku, aku hanya menolak di seragamkan, menolak di mesinkan, tapi aku pastikan akan tetap bersentuhan dengan peradaban ini, tetap merdeka dan bebas di dalam denting-denting gelas berbusa sambil berteriak dan bernyanyi meludahi modernitas, nonton gigs-gigs musik rock, melihat pagelaran-pagelaran, sesekali nonton film, bersenang-senang sepanjang hari!! (gw bukan orang kaku mas, bukan orang yang diperbudak ideology, gw orang senang!!hehe..) jika suatu saat, aku bertemu lagi dengan gadis yang sebenarnya sangat cantik itu, aku ingin mengucapkan testimoniku, “maaf dear, saya gagal jadi orang baik!!!” hmmm, jadi pengen bersenandung, “Here we go, welcome to the machine, It's taken me all this time to find out what I need. Here we go, welcome to the machine, It's taken me all this time to find out if I bleed.” dengan selesainya lagu pink floyd itu, gadis itu pun juga ikut berlalu dan secara tidak langsung pupus sudah harapanku untuk bercinta dengannya.. hahahaha!! Asshole….