Film ini beredar tahun 2007, diangkat dari kisah nyata berawal dari tewasnya Josep Smith atau seorang yang dianggap Rasul oleh Gereja Mormon atau Latter Day Saints, di Indonesia dikenal dengan Gereja Orang Orang Suci Zaman Akhir. Kemudian memunculkan pembalasan orang orang Mormon. Berangkat dari peristiwa di-bulan September tahun 1857 yang menceritakan pembantaian di Mountain Meadows dengan mengambil nyawa 120 pria, wanita, dan anak-anak. Korban itu adalah mereka yang bepergian dari Arkansas menuju California. Tentu saja film ini meninggalkan kontroversi. Bagi penganut Mormon film September Dawn adalah distorsi sejarah. Namun terlepas dari itu, sutradara Christopher Kain menggunakan penayangan yang artistik dalam pembuatan film ini untuk memberi kesan bahwa film ini tidak diabaikan dari fakta yang sebenarnya.
Saya mencoba keluar dari kontroversi dengan menarik lebih jauh tentang kekerasan atas nama agama. Sejak awal berdirinya, Mormon dianggap menyimpang dari ajaran Yesus. Namun seiring berjalannya waktu ajaran Mormon berkembang pesat diseluruh dunia. Bahkan politisi Partai Republik Mitt Romney eks Gubernur Massachusetts yang juga calon presiden Amerika ditahun 2012 adalah penganut Mormon yang taat. Ryan Gosling yang terkenal dengan Film The Notebook adalah seorang aktor yang tumbuh besar dalam ajaran Mormon. Saya membayangkan jika film ini adalah film yang menyerang agama mayoritas di Indonesia pasti akan menimbulkan keributan atau bahkan huru hara yang luarbiasa. Kita tidak bisa membayangkan jika salah satu Gubernur di Indonesia dari Ahmadiyah, Syiah, Mormon atau Saksi Jehovah, apa bisa eksis di negara ini? Tentu saja, kita tidak bisa menyamakan Amerika dan Indonesia. Namun sebagai salah satu negara demokrasi terbesar didunia pada saatnya Indonesia akan kompromi dengan hal hal tersebut. Whatever.
Hari ini, kekerasan atas nama agama marak diberbagai tempat di Indonesia. Perang ideologi yang menampilkan sisa doktrin Orde Baru dengan aksi aksi ormas yang melarang peredaran buku, film, acara dan sebagainya. Argumentasi dilawan dengan ancaman. Debat kritis diberangus tanpa memberikan penjelasan rasional. Ironisnya peran negara seakan akan tidak ada. Begitu banyak orang phobia dengan komunisme, liberal atau paham paham dari luar. Barangkali kita sudah lupa, bahwa bahkan agama pun kita impor. Saya meyakini, komunisme sudah jadi bangkai dan pun jika harus bangun lagi hanya sekedar teori diatas meja, hanya sekedar perdebatan intelektual. (sorry to say) Tidak mesti harus setuju dengan Fukuyama namun mau akui atau tidak tapi demokrasi liberal sudah menang sejak politik perestroika Gorbachev lahir. Komunisme sudah tidak perlu ditakuti, apa yang dibawa Marxisme saat ini hanya sebagai acuan ilmu sosial. Tidak lebih.
Kembali ke film tadi, kita harus mengakui, bahwa negara ini terlambat beberapa abad dari negara negara demokrasi lainnya dalam membangun komitmen keberagaman. September Dawn memang hanya soal interpretasi. Namun jika menyimak film itu jelas itu adalah kampanye yang akan membuat penonton membenci Gereja Mormon-Latter Day Saints. Lihat bagaimana dramatisnya peristiwa itu. Wanita dan anak anak dibawa menuju ladang pembantaian lalu ditembak seperti hewan. Sangat vulgar. Anehnya, tidak ada perlawanan-nya yang berarti dari Latter Day Saints untuk membendung opini yang dibangun dalam film ini. Padahal Rasul kedua mereka, Brigham Young dianggap terlibat dalam peristiwa tersebut. Okeylah.. Mereka menolak membenarkan namun tidak ada hura hara. Tidak ada teror. Tidak ada gesekan yang berarti.
Well, bagaimanapun juga memang tidak bisa membawa hal-hal seperti itu ke indonesia. Kondisi geopol dan sejarah masyarakat kita berbeda dengan negara lain. Namun sekali lagi, kita harus melihat fakta bahwa saat ini Indonesia sedang coba dibawa menghadap ke Timur tengah, Arab, Suriah. Beberapa lainnya mencoba membawa kita ke Barat. Ada juga yang mencondongkan kita ke Rusia, China. Whatever... Keberagaman memperkaya kita. Dan karena keberagaman itulah Indonesia masih tetap eksis hingga hari ini.
Tuesday, 1 March 2016
Review Film September Dawn: Kisah Gereja Mormon dan Keberagaman Kita
19:08
rockrevolt
Artikel Terkait
0 komentar:
Post a Comment